Tuesday, 19 December 2017

Penghujan

Musim hujan tiba sudah di kotaku.

Kian hari kian lebat jatuhnya.

Tak terasa pula 24 tahun sudah aku merasakan basahnya.

Layaknya roda kehidupan yang terus berputar dan tak bisa berhenti.

Membuatku ingin berhenti sejenak.

Melirik kembali ke dalam setiap rintik yang jatuh.

Sekilas memori yang tampak jauh.

Bayangan tawa dan tangis yang terbalut dalam dinginnya hujan.

Berbagai kisah hidupku selalu tampak menarik dalam derasnya.

Berlari-lari selepas sekolah, bermain bola bermandikan lumpur.

Menari nari di halaman belakang tanpa sehelai bajupun.

Mengantar pulang gadis pujaan.

Hingga menangisi hati yang terluka karena cinta tak terbalas.

Sungguh banyak hal terjadi antara ku dengan hujan.

Aku selalu menikmati harumnya tanah basah ketika dia datang.

Memanjatkan doa pengharapan di kala hujan.

Berharap setiap rintik mengamininya.

Dan memberiku hari baru berhias pelangi di kala dia pergi.

Monday, 27 November 2017

Belum Ada Judul Ch2

Ku mulai melangkah dengan mantap menyusuri jalan utama penghubung antara gerbang sekolah dengan gedung utama. Jalannya yang lebar, dihiasi taman-taman kecil di kiri kanannya serta tidak jauh terletak di sebelah barat dari gedung utama, terdapat lahan parkir yang lumayan luas, dan aku pun dapat menyaksikan bangunan bangunan besar berada di balik gedung utama. Pagi ini semua siswa baru akan mengikuti acara penerimaan siswa baru di aula gedung utama.

Ketika aku mulai masuk ke dalam gedung utama tersebut, aku sangat kagum akan besarnya gedung tersebut. Layaknya area tamu hotel bintang 5. Dibagian tengah terdapat meja yang melingkari tiang besar yang berada tepat di bangunan tersebut, orang-orang yang duduk di meja tersebut tampak sibuk melayani mereka yang datang, seperti halnya yang biasa dilakukan resepsionis. Aku pun mengamati sekelilingku mencoba mencari tahu, di mana letak aula untuk acara tersebut. Akhirnya aku menemukan sebuah petunjuk jalan digital yang menunjukan arah menuju Aula yang kumaksud.

"Hei.. Anak baru ya?" Tiba-tiba ada suara cewek yang memgejutkanku.

"Ya, ada apa ya mbak?" Balasku seraya melihat kearahnya, ternyata dia tidak sendirian.

"Kenalin, nama gw Yuli, panggil aku pake nama aja gak usah pake mbak, aku juga cuma satu tingkat di atasmu kok."

"Gak enak mbak, entar dikira gak sopan ke senior."

"Halah, di sini gak ada senior junior, oh iya, namamu siapa klo boleh tau?"

"Namaku Roi mbak." Cewek ini easy going banget pikirku, tapi tidak demikian dengan 3 cowok dibelakangnya, dari tadi mereka hanya diam saja, perawakannya tinggi besar pula semua.

"Hoh Roi, nama yang bagus kayak orangnya.."

"What!?" Aku menahan keterkejutanku dalam hati.

"Jadi gini Roi, kalo dilihat dari postur badanmu, sepertinya kamu atlit kan?"

"Atlit? Gak kok mbak, saya cuma pelajar aja dari dulu."

"Hoo, klo gitu, kamu pasti hobi olahraga?"

"Gak juga, olahraga seperlunya aja, dan keseringan juga cuma lari."

"Wah, ekskulmu apa waktu smp?"

"Saya homeschooling mbak, gak pake ekskul ekskul." Kulihat wajahnya yang sedari tadi berseri mulai sedikit meredup. Mungkin aku tidak seperti yang diharapkannya.

"Klo gitu di SMA ini kamu harus ambil ekskul Roi, kamu bisa main basket?"

"Gak juga mbak." Sebenarnya aku sedikit bisa, namun aku takut memberinya harapan yang gak gak.

"Aku masih gak percaya, orang tinggi besar dengan postur yang bagus sepertimu bukan atlet." Dia menyipitkan pandangannya ke arahku. "Tapi gak apa Roi, aku sama temen-temenku ini anak ekskul basket, klo kamu mau Join setelah upacara mampir ke stand kita ya."

"Hahaha, bisa diatur mbak." Akhirnya dia berpamitan dan pergi bersama teman-temannya.
Karena upacara penyambutan sudah akan dimulai, aku beranjak ke aula. Setibanya di aula, sudah banyak sekali siswa baru berada di sana. Beberapa ada yang sibuk berkenalan, ada juga yang hanya duduk saja, pokoknya ruangan tersebut sangat ramai. Aula ini cukup besar, bentuknya seperti gedung opera hanya sangat besar. Jadi di sekolah ini upacara dilakukan di dalam ruangan ber AC dengan tempat duduk yang empuk menyerupai bangku gedung bioskop. Aku sampai lupa klo ini adalah aula sebuah sekolah.

Aku mulai mencari nomer bangkuku, A49. Perlahan kususuri deretan bangku itu, sampai aku melihat nomer A50, dan ada seorang cewek duduk di sana. Dilihat dari rambutnya yang sebahu itu, aku berpikiran pasti dia cantik.

"Permisi, boleh numpang lewat? Bangkuku A49." Sapaku kepadanya, sekedar meminta izin untuk lewat, dia pun memalingkan wajahnya.

"Kamu.." dia terkejut, begitu juga denganku, ternyata dia adalah cewek menyebalkan tadi.

(Bersambung)

Tuesday, 21 November 2017

Belum Ada Judul Ch1

Kring.. Kring... Kring...

Alarm di atas meja belajarku berbunyi begitu kerasnya, cukup membuatku setengah tersadar di pagi ini.

"Roi, cepat bangun, sudah jam berapa ini..!!"

"Iya, bu.."

Seperti pagi-pagi hari biasanya, ibuku tidak pernah berubah sejak aku kecil, tanpa beliau sadari sekarang aku sudah SMA. Ya, ini adalah pagi pertamaku di jenjang SMA, sebuah jenjang sekolah yang mereka bilang bagian paling menyenangkan. Aku mulai membayangkan seperti apa kehidupan SMA ku besok, apakah aku akan mempunyai banyak teman? Aku tidak sabar untuk memulai hari ini.

Setelah selesai sarapan dan berkemas, aku mulai pamit kepada kedua orang tuaku.

"Pak, bu, aku berangkat ya.."

"Iya Roi, hati-hati di jalan, nanti barang-barangmu akan kami antarkan ke asrama.." ibuku berkata sembari melambaikan tangannya.

Meskipun sekolahku ini berada di kota yang sama dengan tempat tinggalku, tapi aturan sekolah tersebut mewajibkan setiap muridnya untuk tinggal di dalam asrama. Sekolah tersebut sangat terkenal di negera ini sebagi sekolah yang menghasilkan siswa-siswi yang berprestasi. Garuda Muda, itu nama sekolahnya, sebuah sekolah besar yang terletak di kaki gunung Merbabu yang megah, dengan keindahan alam yang sangat mempesona mata.

Pagi itu transportasi masih sangat lengang, aku berjalan kaki menuju sekolahku yang berjarak sekitar 5 km dari rumah, namun udara di Saga ini masih sangat sejuk, sehingga sangat menyenangkan bagiku untuk berjalan menikmati udara segar tersebut. Jauh berbeda sekali dari tempat tinggal kakek dan nenekku yang berada di Jard, di sana udaranya sangat panas dan pengap. Aku menghabiskan masa kecilku tinggal di sana, karena kedua orang tuaku sangat sibuk, mengurusi pekerjaannya sehingga mereka sering berpergian ke luar kota bahkan luar negeri.

Ketika tengah asyik menikmati udara pagi ini, dan melamunkan kehidupan SMAku besok, tiba-tiba aku melihat seorang cewek, terlihat dari wajahnya sepertinya dia sedang kesulitan akan sesuatu, pandangannya terarah ke arah pohon yang ada di depannya. Jika dilihat dari seragamnya sepertinya dia berasal dari SMA yang sama denganku. Aku mencoba mencari tahu apa yang terjadi.

"Heii,, ada apa??"

Tiba-tiba tercipta keheningan, yang membuatku bingung dan dia menatapku dengan pandangan mata yang tajam.

"Hei.. " lanjutku mencoba memecahkan keheningan yang canggung itu.

"Apa kau bias memanjat pohon?" Dia bertanya dengan nada yang cukup serius.

"Huh, tentu saja..." jawabku.

"Tidak Nampak seperti itu bagiku." balasnya dengan nada yang mulai terdengar cukup mengesalkan.

"A.. apa kau bilang.." aku setengah terkejut dan kesal mendengar perkataannya tersebut.

Sejenak kulirik pandanganku ke atas pohon tersebut. Terlihat di sana, ada seekor anak kucing sepertinya dia tidak dapat turun. Mungkinkah? Jadi dia sebenarnya ingin menolong kucing tersebut.

"Kau tahu, akan aku panjat pohon ini dan membawa anak kucing itu turun." kataku kepadanya.

Aku mulai memanjat pohon tersebut dengan perlahan, lalu aku sampai pada ranting dimana anak kucing itu berada, aku mulai merangkak maju di atas ranting itu, namun semakin aku merangkak maju, ranting pohon itu semakin merunduk, dan tanpa perlu aku mengambilnya, anak kucing itu mulai berani lompat untuk turun.

"Fuih, sudah capek capek manjat ternyata dia lompat turun sendiri." pikirku dalam hati.

Kratak.. takk... BRUGH!!

Aw, ranting tempatku tadi patah, dan akupun terjatuh.

"Sudah, kuduga, kau memang bukan tipe orang yang bias diandalkan." aku mendengar suara cewek itu. Dia berdiri tepat di hadapanku. Ku mencoba mengumpulkan lagi tenagaku dan mulai berdiri.

"Daripada terus mengejekku, bukankah aku pantas mendapatkan ucapan terima kasih?"

"Apakah aku pernah meminta pertolonganmu?" balasnya padaku.

"Setidaknya berkat kecerobohanmu, anak kucing itu bias turun." tambahnya.

Ugh, malas sekali aku meladeni ucapannya tersebut. Meskipun dia memiliki paras yang cantik, tapi sifatnya itu membuatku malas bahkan untuk mengenalnya, akhirnya kuputuskan untuk mendiamkannya saja.

Setelah berjalan beberapa saat tibalah aku di komplek sekolahku. Tampak sudah betapa luasnya komplek sekolah Garuda Muda ini. Baiklah aku akan memulai kehidupanku yang baru di sini.

Let's GO!!!


(-bersambung)



Wednesday, 8 November 2017

Remainder

Too busy with my monotonous life recently, so I'm unable to keep it up to date. How long has it, from my last story? Hmm.

I'm doing just fine right now. Having a little bit shaky after so long unable to go home, unable to see some friendly faces. It really nice to be back.

It doesn't take to long, until one bye one, all of my friends contacting me. It's such a great occasion to met them, they didn't change at all. Listening to all kind of their troubles, mostly about ladies, hahaha, so typical.

I met Gio, Uga, Kimung, Epul, Zaki, Eza, Sabun, and also Mochi and Arifin who recently had just finished their study at Germany. I don't know when the last time I met them, all I can remember it's has been far too long, and yet I still get the same vibe like when we were just a mere high school student. And of course we are still a bunch of unemployed person, so funny though.

Oh yeah, I almost forgot. On the September most likely 2 months ago, My senior, as also as a mentor and best friend of me, Ionk, getting married. It's such a great wedding. I got the chance to met up with all of my senior and friends when we all still the member of PRMK FT Undip.

Being hectic in the morning, when I failed to contacting Risang. Also there is Yuke who got tricked by Arda, because Arda cancelled his departure. He got an extra shift at work. So Yuke going to the Purwakarta all by himself. Luckily, I'm able to hear his phone call. Due the delayed at Semarang for almost 2 hours, he arrived at 4 o'clock, when it usually around 2 o'clock in the morning.

So after I tried several time to contacting risang and the result is fruitless, I decided to leave him behind, because I promised Suzan to pick her up at Kebayoran Lama. So me and Yuke goes to pick Suzan up, after searching for her address, finally we able to get to her boarding house. She wore a red dresses that day, and yeah she look perfect. Next we moved to the church at Pasar Kranji Bekasi Barat.

What a surprise, I met with om Valz, Mas Danu, Tio, Gori, Vincen, Sasongko, Acan, Mbak Vincen, Ikalay, Arde, Mba Inka, Mas Dion, Mas Gedang, Mba Sista, Martin, Maria, Febri, Wimba, Chris, Dhea, Lala, Enggar, and Mas Luhur. They're all look great, and it nice to know they're doing fine. Then on the reception, there's also Juan, Cynthia, Feto, Dewi, who joined up later. But that's day was not an easy day for me. I also promised Pingkan to pick her up at her auntie, but after seeing the trafic jam at Google map, it was not a wise choice to pick her up, it will tak 3 or 4 hours to go from here to her and back here again, by the time we arrive the reception will long gone. So she decided to take Gojek, but the trouble not ended yet. Pingkan contacting Chris, telling him, that her phone was gone. That made us shocked to hear that, and she decided not to come. I felt sorry for her that time, for her lost, so I ask everyone, that after this we go to her aunt house, and everyone agreed to it.

The reception ceremony of the wedding had been held really well. The foodies are tasty, and the guest are packed full. So the food are all gone in the blink of an eye. That's not a big deal after all, being able meet everyone again after quite sometime was what I really look up for. Oh, yeah the troublesome thing is that I need to brought along a quite big picture, which I had kept for a long long time. Because I had promised to Ionk that I will bring that picture to his wedding.

So, afterward, me, Yuke, Suzan, and Chris were gone to Pingkan place, Achan didn't join us yet because his belongings are still in Gori houses. Yeah, even though it should be nearby, but the traffic was really crowded, it take almost 2 hours to reach there. Eventually, Pingkan phone has been found when we reach there, it seem the founder was kind enough to bring it back to her. After taking some short break, we decided to gather up with the rest at Gori houses, and of course another crowded road for us.

When we reach Gori places, there was Tommy in there, he just recently got back from his work, and decided to stop by here. Having some small talk, we all decided to take a dinner at SMB. Even tough I quite often to go to Bekasi, but this is the first time for me to go to SMB. Yeah the mall are quite big, not the biggest mall I ever see but, still bigger than any mall in Bekasi.

Having dinner like this with everyone, that I used to get dinner together in the past really savour my soul. It nice being together with them, you know, I was never understand what it's like to have someone you can call Kakak, but being together with them made me able to understand it feel. You know, there's more reason why did I decided to write this kind of story, another reason why I really happy that day, and also there's something I regret that I wish I didn't do that day, yeah it's about her that I adore. It's not like I don't want to write about her, but I afraid yeah I'm afraid that's it. At least being able together the whole day with her, and knowing she was fine just enough for me, and I also hope she never read this post, hahaha funny tough..

Friday, 29 September 2017

Kitab Suci (Catatan pribadi sebelum tidur)

Jadi, entah kenapa, aku kepikiran tentang banyaknya orang yang berduyun-duyun untuk menghadiri sebuah pembahasan kitab suci. Banyak orang yang merasa, dengan mendatangi acara tersebut, akan membantu minat mereka dalam membaca kitab suci dan mempelajari isinya. Tidak salah memang, karena memang, karena otak kita memang terprogram untuk menyenangi orang yang sepemikiran dengan kita. Mereka biasanya datang memang tidak kosong, karena mereka sebenarnya mencari pembenaran atas pemahaman mereka.

Aku sendiri bukan tipe orang yang rajin membaca kitab suci, khususnya alkitab karena saya beragama katolik. Bukan karena tidak menyenangi isinya, tetapi karena buat saya, kitab suci adalah sebuah bentuk pengimanan. Tidak perlu menurut saya, untuk membaca alkitab sepanjang waktu. Tetapi ketika saya memang butuh untuk membacanya, saya baca dengan iman yang sungguh. Bisa saya menghabiskan waktu seharian hanya untuk memahami apa maksud Tuhan melalui firmannya tersebut kepada saya. Dengan merefleksikan firman tersebut terhadap kondisi di lingkungan sekitar saya. Dari situlah iman saya tumbuh, karena saya tahu apa yang sebenarnya Tuhan kehendaki terjadi pada saya, dan itulah kebanaran Tuhan terhadap iman saya.

Hal itu berbeda jika kita mendengarkan maksud dan firman itu dari orang lain. Karena itu artinya, engkau mempelajarinya tanpa adanya pengimanan kepada Tuhan. Meskipun ayat yang dibaca sama, tetapi penyampaian Tuhan kepada masing-masing kita jelas berbeda. Karena itu, daripada anda berusaha untuk mempelajari maksud dari sabda tersebut, alangkah lebih baik jika anda mempertanyakan iman anda terlebih dahulu. Siapkah untuk mendengarkan sabdanya? Jika siap, bukalah kitab suci tersebut, imanilah setiap sabdanya, maka percayalah kamu akan menemukan maksud yang ingin Ia sampaikan kepadamu di dalamnya. Hal seperti ini biasanya membuat kenapa terkadang khotbah romo terdengar membosankan, karena pengalaman dan pengimanan seorang romo terhadap sabda itu tidak sama dengan umatnya dan umatnya sendiri yang belum siap untuk mengimani itu semua.

Tuesday, 19 September 2017

Aku dan Ayahku

Sejarah berulang, mungkin itu gambaran yang pas, yang menghubungkan aku dan ayahku. Sama sama pernah mengenyam pendidikan dasar negeri dan swasta katolik, mengenyam pendidikan kesarjanaan di bidang ketenaga listrikan di kampus yang sama pula.

Selama aku kuliah aku tak pernah mengetahui dimana ayahku melakukan kerja prakteknya, hingga kemarin aku membersihkan rak rak buku yang berisi buku buku lama yang sudah usang. Aku menemukan sebuah buku berjilid sedikit tebal, dengan judul yang menarik. Ya, itu laporan kerja praktek ayahku.

Ternyata dahulu beliau melakukan kerja praktik di Dan Liris, sebuah perusahan tekstil di Solo, di kota tempat beliau tumbuh besar. Tanpa kusadari, semesta bekerja dengan uniknya. Ketika aku kuliah, aku pun melakukan kerja praktekku di South Pacific Viscose, yang juga sebuah perusahan yang bekerja di bidang tekstil khususnya pembuatan serat fiber viscose, yang berada di kota tempatku tumbuh besar, Purwakarta.

Perlahan, kubuka laporan yang sudah usang dimakan waktu. Kertas-kertasnya yang mulai kaku dan menguning namun masih menampakan tulisan-tulisannya dengan sangat jelas. Saat kubuka lembar kata pengantar, banyak sekali bekas tipe-x di sana, geli rasanya melihatnya, seorang ayah yang kuidolakan itu, yang kata orang pandainya selangit, kata pengantar saja revisinya banyak sekali.

Masuk sudah aku ke dalam bagian isi. Tampak di sana gambar-gambar yang masih di gambar dengan tangan. Jelas saja, karena AutoCad belum ada saat itu, namun gambaran itu tak kalah baik dengan gambaran AutoCad sekarang. Sungguh luar biasa dosen dan mahasiswa kala itu, belum ada komputer hanya ada mesin ketik, namun sudah bisa membuat laporan serapih ini.

Kudapati pula dasar teori yang sepertinya tak lekang oleh zaman. Rumus rumus yang tak berubah dan nama-nama yang tak asing macam Nagrath, Arismunandar, dan William Stevenson. Penjelasan mengenai mesin spinning, dan spinbath, yang merupakan mesin primary di bidang textil yang juga prinsipnya tidak berubah. Tidak seperti manusia, di mana pemahaman, rumusan dan prinsipnya yang selalu berubah sepanjang hidupnya. Ilmu itu tetap sama dan abadi.

Selesai membaca laporan tersebut, tak dapat kubayangkan kehidupan mahasiswa zaman itu. Sekali teringat, aku mengeluh padanya tentang kaderisasi jurusanku yang tak kunjung usai, tentang dosen yang tak pernah hadir. Jawaban yang terlontar dari mulutnya selalu lah sama. "Koe ki lanang, nek lanang ojo kakehan sambat, lakoni wae, zamanmu ki wes penak." dari laporan ini bisa kubayangkan betapa sulitnya zaman ayahku, salah sedikit harus di tipe-x, diatur-atur mesin ketiknya agar pas, pasti bukan pekerjaan mudah.

Sekarang kehidupan mahasiswa itu sudah lepas dari diriku maupun ayahku. Namun rasanya masih sulit bagiku untuk move on dari status tersebut. Aku masih mau belajar lebih banyak lagi. Ada banyak hal yang mungkin aku sesali selama bermahasiswa, namun penyesalan tak akan pernah memuaskan kepalaku akan ilmu baru.

Aku berencana untuk menjadi pribadi yang lebih baik dari ayahku. Sekolah kejenjang yang lebih tinggi lagi. Mencoba menyelesaikan semua yang telah digariskan dari awal. Ada hal yang berbeda dari diriku dan ayahku, ketika lulus, ayahku sudah berpacaran dengan ibuku. Hal itu yang mungkin membuat prioritasnya berubah, mimpinya tak lagi lebih penting dari kehidupan keluarganya. Sementara aku tidak, aku masih sendiri, artinya tidak ada yang menghalangi antara diriku dan mimpiku. Percaya atau tidak, aku selalu merasa pernikahan itu termasuk hal yang membatasi mimpi kita.

Sekarang tinggal bagaimana aku bisa disiplin terhadap hal-hal yang sudah kurencankan. Mencoba menyelesaikan semua sebaik baiknya. Berdoa agar semua rencana tersebut dapat berjalan, baik rencana inti maupun cadangannya.

Wednesday, 30 August 2017

Cinta dan Gunung

Well, kalo disuruh mendeskripsikan cinta dan gunung, hmm. Orang-orang selalu berkata, menaklukan hati wanita itu seperti berusaha mendaki gunung. Mereka selalu bilang jika kita menyerah di tengah jalan, kita tidak akan pernah sadar betapa dekatnya kita dengan puncak. Honestly, I couldn't agree with that point of view.

Ya cinta itu seperti kita mendaki gunung. Aku mendaki gunung karena aku menyenangi keasrian alamnya dan berusaha untuk ikut menjaga keasrian tersebut dengan mengumpulkan sampah. Tapi apa yang dilakukan orang orang saat ini? Mereka yang membuang sampah di gunung adalah mereka yang tidak punya nurani.

Bagiku tidak semua gunung harus aku daki hingga ke puncak. Kadang aku berpikir, kenapa harus ngotot sampai ke puncak, apa yang kau cari, kepuasan, ego, kesombongan, pembuktian karakter? Well, semua itu bullshit, karena pada kenyataannya kau yang naik dan turun tidaklah ada bedanya. Mendaki gunung bagiku sebuah perjalan retret, akan kehidupanku, mencari tempat yang sunyi untuk berbicara denganNya. Membuatku menyadari realita dunia yang ada disekitarku. Ketika aku harus berhenti sebelum sampai puncak dan harus kembali turun, bagiku itu bukanlah sebuah kegagalan, itu adalah jawaban terhadap realita yang ada, bahwa persiapanku tidak matang.

Begitu juga cinta, ketika kau sudah berjuang dari awal, dan gagal di tengah jalan, kau tak perlu berkecil hati, kau bisa mencoba mendakinya lain hari. Namun untuk apa kau berjalan sampai atas? Bagiku menghabiskan waktu di bukit bukit kecil seperti Andong, Telomoyo, dan Sikunir lebih berharga dibandingkan aku harus naik Mahameru, karena bukit bukit kecil itulah yang membuatku nyaman untuk menikmati matahari terbit, teman menulis, atau sekedar menenangkan pikiran. Ingatlah menyerah disaat yang tepat bukanlah sebuah kegagalan, menyerah membuatmu menjadi pribadi yang lebih siap dan menunjukan padamu hal lain yang kamu lewatkan.

Cinta dan Bunga

Aku bingung kenapa orang selalu merelasikan perasaan cinta dengan bunga. Parahnya lagi, mereka mengorbankan sekuntum bunga demi menunjukan pembuktian rasa cintanya terhadap seseorang yang dia cintai. Hello, are you crazy guys? Di mana letak cinta dalam membunuh? Ya, tanpa kau sadari kau membunuh sebuah bunga hanya demi kesenangan sesaat. Jika kau memang memiliki rasa cinta dalam dirimu kau tak akan pernah tega untuk memetiknya. Sepertinya pemikiranku yang seperti ini, membuatku menjadi orang yang kalau suka dengan seseorang, lebih memilih menikmatinya dari kejauhan, karena aku percaya cinta itu ibarat bunga di halaman, yang harus dirawat secara teratur. Jika kau sudah merawatnya dengan baik namun dia tetap layu, itu bukanlah salahmu, memang bunga tersebut yang tidak cocok tumbuh di halamanmu. Kau tidak akan bisa memaksakan bunga beriklim salju tumbuh di daerah tropis.

Friday, 11 August 2017

Sarjana

Selesai sudah perjalananku menggapai gelar sarjanaku. Bukan perjalanan singkat dan mudah. Masih hangat di memoriku, seperti apa rasanya, pertama kali menjejakan kaki di Undip. Kaderisasi yang keras, yang kadang membuatku berpikir untuk menyerah. Kepala botak disiram mentari panas, dibentak dari sore sampe subuh oleh senior, disiram air dingin saat tengah malam, diminta kumpul saat sedang enak enaknya menikmati mimpi malam, tugas yang banyak dan kadang gak masuk akal. Itu semua kucoba kulakukan dengan ikhlas, karena aku percaya, senior kami tidak berencana membunuh kami. Melalui hal hal semacam itulah, aku semakin mudah mengenal angkatanku. Orang awam bilang itu kejam, maba sekarang bilang itu ketinggalan zaman, buat gw itu namanya perjuangan!! Berkat teman satu angkatanku lah, aku berusaha untuk tetap bertahan, bersama melewati proses kaderisasi tersebut, membentuk mental yang tak takut untuk mencoba hal baru, berani karena benar, takut karena salah. Setiap bentakan yang dilontarkan senior, melatih telingaku mendengar lebih baik, setiap hukuman fisik yang kujalani menempa fisikku menjadi lebih tangguh, dan setiap kali suaraku ditenggelamkan oleh mereka, membuatku mampu bersuara lebih lantang. Semua pencapaianku hingga saat ini, tidak terlepas dari proses tersebut, dan aku berterima kasih sekali, masih merasakan proses tersebut.

Kaderisasi yang kudapatkan tidak hanya berasal dari jurusan saja. PRMK FT juga sudah membantuku melihat, seperti apa Katholik yang sejati. Mengajarkanku melihat sudut pandang rohani yang lebih luas. Sebuah pendalaman iman yang tak akan pernah aku dapatkan dari kehidupan menggereja. Tinggal di beskem, membuatku semakin mendalami makna dari kata pelayanan. Bertukar pikiran akan segala aspek sosial, debat kusir yang kadang menyita waktu seharian, bahkan berbulan bulan. Mulai dari aspek sosial dan politik, bahkan sampai budaya dan kenakalan remaja, tidak pernah bosan dulu aku, kami dan mereka mengahabiskan waktu hanya untuk berbicara. Terima kasih PRMK FT, banyak sekali yang aku dapatkan darimu, namun hanya sedikit yang bisa kuberikan, meskipun aku terkadang sedih melihat kondisimu saat ini, tapi aku tahu, semua roda ada titik rendah dan tingginya, aku berharap semangat pelayananmu akan tetap hidup dan militan, seperti santa pelindung kita Jeanne D'Arc.

Tentu saja kehidupan di kampusku tak melulu seputar aktivitas sosial dan organisasi saja. Perjuangan dibidang akademis pun tidak terbilang mudah. Mood yang kadang naik turun, perasaan sedih karena kehilangan, atau ditolak sang pujaan, cukup menjadi tantangan yang berat untuk dilampaui. Dosen yang kadang datang seenaknya, atau menginap di kampus karena harus asistensi tengah malam, bahkan turun Sigar Bencah di pagi buta demi mengejar ACC laporan praktikum. Semua kejadian itu memang menyebalkan, namun semua itu menjadi bumbu penyedap perjalananku, membuatku tersenyum dan berkata, Aku sudah melewati itu semua, dan masih tetap bisa tersenyum. Well, tidak ada pengalaman yang sia sia, setiap pengalaman akan mengajarimu sesuatu, tinggal bagaimana kamu menggunakan setiap pengalamanmu itu untuk berkembang ke arah yang lebih baik lagi.

Terakhir adalah keluargaku yang kuakui selama perjalananku ini sedikit terabaikan. Bisa bertemu mereka setahun sekali saja sudah ajaib sekali rasanya, maafkan aku yang kerap melupakan kalian, karena kesibukanku. Ibu yang selalu mau mendengar keluh kesahku, yang tak pernah bosan membuatku tersenyum saat hatiku sedang patah. Ayah yang dibalik tangan dinginnya, selalu menyelipkan cinta dan dukungan akan semua hal yang kukerjakan. Adekku yang selalu ada disaatku membutuhkannya. Terima kasih Tuhan atas keluarga yang telah Engkau berikan padaku, terima kasih sudah menjaga mereka saat tanganku tak mampu menggenggam mereka. Semua pencapaianku saat ini merupakan bagian dari setiap doa mereka yang Kau dengar. Semoga dengan semua ilmu dan pengalaman yang telah kudapatkan, aku mampu mengembangkannya ke arah yang lebih baik lagi, sehingga aku mampu menggapai asa ku, dan menjadi terang serta garam dunia.

Sunday, 6 August 2017

24th

Genap sudah usiaku 24 tahun. Usia tersebut bukan hanya sekedar angka bagiku, melainkan sebuah perjalanan yang gak mudah. Sebuah perjalanan hidup yang membentuk banyak sekali karakter diriku hingga saat ini. Entah sudah berapa banyak keringat, darah dan air mata yang mengiringi hidupku hingga saat ini.

Seperti ulang tahunku yang biasanya aku menyempatkan diri untuk merefleksikan semua yang sudah kulakukan dari tahun ke tahun. Lama sekali kupandangi cermin di kamarku, tampak sudah bekas bekas luka, wajah yang menua, dan badan yang membesar. Aku bertanya, sudah puaskah? Seberapa dekatkah aku dengan mimpiku? Bahkan waktu yang berada dari umur 23 hingga 24 50% nya habis hanya untuk galau masalah hati. Fuck..!!!

I never realized how stupid I was, or it was always like this. It was always this late for me, to saw, to understand what I'm really lacking off. Namun, aku percaya, semua ini ada maksudnya, mungkin mereka yang telah melukai hatiku, dikirim-Nya untuk menguji seberapa tangguhnya hatiku, apakah hatiku sudah siap untuk menghadapi ujian yang lebih berat lagi di esok hari? Ya aku berterima kasih atas semua permasalahan tersebut. Aku bahkan sempat berpikir, jika lulusku tepat waktu, apa yang akan aku dapatkan? banyak sekali pengalaman berharga yang aku dapatkan karena lulus terlambat.

Ya, belakangan aku merasa lebih baik aku mulai mementingkan diriku sendiri lebih dulu. Egois atau tidak, aku mempunyai maksud tersendiri dalam setiap tindakanku. Aku juga mulai bisa memikirkan matang-matang setiap kata dan tindakan yang akan aku lakukan, seperti apa dampaknya bagi orang lain, semuanya sudah aku pikirkan baik baik.

Semoga di tahun tahun yang akan datang, aku masih bisa berkembang menjadi pribadi yang lebih baik lagi.

Wednesday, 19 July 2017

Seperti malam biasanya, aku hanyut dalam dunia imajinasiku. Hujan malam ini seolah membangkitkan kembali kenangan yang pernah aku alami selama aku kuliah. Aku tak pernah menyangka, aku mendapatkan pengalaman yang benar benar berharga. Membuatku tak bisa berhenti tersenyum. Aku ingat sekali bagaimana rasanya menjadi orang asing di tengah lautan manusia yang akan berlomba lomba mencari jati dirinya masing masing di universitas ini. Jalan dari patung kuda sampai ke kampus biru tercinta, Teknik Elektro, mendorong motor ditanjakan gerbang Undip, bergadang di kampus demi wifi cepat, bersembunyi dari serangan ibu kos galak, ngasih kajur surat rusak, lupa nama komting 2009 di pelantikan, botak satu setengah tahun, jatuh cinta ke beberapa orang wanita hebat, dan masih banyak lagi yang lain. Semua kenangan itu, ya Tuhan, kenapa aku gak bisa diam sedikit saja. Dalam hatiku aku benar benar bersyukur atas semua kenangan itu, baik yang buruk maupun yang baik. Sudah cukup banyak tawa, air mata, dan tenaga yang aku rasa cukup setimpal dengan semua yang aku dapatkan hingga saat ini. Kurang lebih satu bulan lagi, perjalanan ini akan sampai pada bagian akhirnya. Aku tak pernah menyangka aku mampu menyelesaikannya. Bahkan jika waktu harus berputar kembali sekalipun, aku akan tetap melakukan semua hal yang aku lakukan saat ini. Aku percaya setiap kenangan dan kejadian itu lah yang suatu saat nanti akan menolongku.

Thursday, 13 July 2017

Nasehat

Belakangan aku ngerasain, betapa hebatnya kedua orang tuaku. Gimana gak, selain udah bisa nyekolahin aku dan adekku untuk mengejar impian kita masing-masing satu hal yang aku gak habis pikir adalah mereka tidak pernah lelah menasehati kami berdua. Klo adekku dinasehati kadang masih nurut sih, cuma klo aku dasarnya kepala batu, kadang masih bandel aja. Akibatnya adalah setiap kali aku gak nurutin nasehat mereka, hal-hal negatif yang mereka peringati kepadaku, kejadian juga. Disaat hal itu terjadi, aku mulai ngerasa apa yang diomongin kedua orang tuaku ternyata memang benar. Mereka marah? Jelas, mereka sudah memperingatkanku tapi aku masih juga membandel, namun mereka tidak lelah untuk tetap menemaniku keluar dari masalah tersebut. Kejadian seperti itu gak cuma sekali, hampir lumayan sering, tapi ya siklusnya selalu seperti itu, makanya di situ aku merasa mereka orang tua paling hebat yang pernah ada.

Kenapa aku bisa kepikiran seperti itu? Pertama karena aku mulai merasa, aku sudah lelah untuk menasehati teman-temanku ketika mereka membutuhkannya mereka mendatangiku, tapi sepertinya tidak semuanya mereka dengarkan. Sepertinya aku mulai merasa lelah untuk melakukan itu, aku mulai berpikir lebih baik aku simpan tenaga untuk hal lain dari pada mengurusi hal tersebut. Soalnya kamu tahu, ketika nasehat kamu berikan kepada orang lain dan mereka tidak mengindahkannya, maka hal yang kamu harapkan tidak terjadi pada mereka, malah akan terjadi, dan itu otomatis akan membuat mereka berpikiran, klo kamu ada benarnya juga, akhirnya mereka akan balik ke kamu lagi, dan menurutku itu cukup melelahkan. Aku selalu berpikir coba kamu ikutin kata-kataku kemarin kamu gak bakalan curhat masalah ini sekarang.

Ya dari situ aku sadar, tidak mudah menjadi orang tua yang baik bagi anaknya. Aku lalu membayangkan, jika kedua orang tuaku memiliki sikap yang sama sepertiku, entah aku akan menjadi manusia seperti apa. Aku merasa sepertinya aku masih belum cocok untuk menjadi seorang ayah yang baik bagi anak-anakku besok. Oleh karena itu, aku mencoba untuk tetap sabar dan belajar mengahadapi teman-teman, sahabat, serta mereka yang aku kasihi, yang keras kepala, sehingga suatu saat, aku bisa menjadi seperti kedua orang tuaku. Mungkin ini juga menjadi alasan mengapa Tuhan belum mempertemukanku dengan jodohku, Dia masih ingin mempersiapkanku lebih baik lagi.

Sunday, 11 June 2017

Post Power Syndrome

Belakangan hari-hariku terasa membosankan. Selepas sidang, revisinya saja gak ada seminggu sudah selesai. Aku bingung mau mengerjakan apa. Dalam hatiku mau ini itu, tetapi belum selesai ngurus penyelesaian laporan. Mau nyari bacaan baru di gramedia, duit lagi di spare buat penjilidan sama daftar wisuda.

Awalnya, selagi menganggur begini, kuputaskan untuk membuat novel lagi, tapi dari kemarin belum ada ide, mau buat novel seperti apa. Mau main basket, lagi pada ujian, mau lari pagi, tidur aja baru jam 12 terus, susah susah. Hingga akhirnya kuputaskan untuk menghentikan satu buah kebiasaan burukku yang selama ngerjain skripsi jadi gak ke kontrol, yaitu merokok.

Kurasa akan cukup sulit untuk langsung berhenti, jadi kuputuskan untuk membatasi, 1-2 batang perhari. Sudah seminggu, cukup sulit memang, beberapa kali batasan tersebut sempat kulanggar. Awalnya sih masih semangat aja, tetapi lama kelamaan, mulut rasanya sepet, gampang ngantuk, mager, sulit mikir, kadang-kadang juga pusing. Parahnya lagi klo pas ada waktu kosong, wah udah itu pikiran kemana-mana gak jelas udah kayak orang depresi. Mirip kayak gejala orang yang kena post power syndrome.

Jadi biasanya orang yang pernah megang sebuah jabatan atau aktif disebuah organisasi ketika mereka berhenti dari rutinitas tersebut. Mereka akan menunjukan gejala perilaku yang lain dari biasanya. Memang gak negatif sih, tapi mungkin bisa dianggap mengganggu bagi beberapa orang. Biasanya orangnya akan jadi sensian / baperan bahkan sampai cemas yang berlebihan ketika seseorang tidak mengindahkan nasihat mereka. Tak jarang juga mereka masih suka mengontrol atau mengatur sesuatu yang sudah bukan ranah mereka lagi.

Dulu aku juga sempat terkena sindrom tersebut, namun efek berhenti merokok ini juga rasanya hampir sama seperti itu. Ya aku yakin dibalik usaha yang sulit ada hasil yang baik pula. Sekarang aku sudah bisa kembali mengontrol semuanya lagi, pikiran, perasaan, dan perbuatan. Aku sudah kembali seperti aku yang dulu. Menemukan kembali kebebasan, untuk mencintai orang yang pantas untuk aku cintai, berteman dengan orang yang memang ingin berteman denganku, orang mau bilang apa juga udah terserah, selama yang aku lakuin itu memang yang buat aku nyaman dan bahagia serta tidak mengganggu hak orang lain.

Perasaan takut akan kehilangan orang-orang yang aku anggap berharga juga sudah tidak ada. Aku yakin jika mereka memang seberharga itu dalam hidupku, sekalipun jarak memisahkan mereka juga akan menganggapku sama berharganya bagi mereka. So, aku rasa aku sudah siap untuk meninggalkan kota ini, mencari petualangan hidup yang baru lagi, bertemu wajah wajah baru, dan belajar lebih banyak lagi.

Monday, 5 June 2017

Agama Dalam Imagi

Belakangan ini, kondisi kehidupan masyarakat di Indonesia sedang tidak stabil. Hal ini disebabkan oleh sebuah istilah yaitu Agama. Well, sebelum meranah ke pemahaman orang banyak, aku sendiri merasa agama itu memang penting. Why? karena kita sebagai manusia memiliki keterbatasan. Keterbatasan membuat kita menjadi takut. Takut untuk bertindak, berkata, bahkan hidup. Jadi, aku pribadi masih merasa agama itu sebagai kebutuhan yang utama, paling tidak sebagai tempatku untuk berpegang, sebagai sebuah keyakinan yang mendalam tentang adanya Tuhan.

Ada sebuah kicauan menarik di lini masa saat ini, yaitu seorang pemudi bernama Afi, yang salah satu tulisannya berbunyi Kewarganegaraan saya warisan, nama saya warisan, dan agama saya juga warisan. Tentu saja, kicauan tersebut menuai pro-kontra. Klo bagi saya sendiri, well, not good but not half bad either. Sebagai orang Katolik, yang memang dapetnya warisan, tetapi sejauh ini saya masih berpegang teguh dengan iman saya, merupakan sebuah perjalan religi yang panjang. Memang tidak salah, hanya saja, penuturan yang dia tuliskan dalam tulisannya di facebook, saya pribadi tidak menemukan sangkut pautnya, pantas saja banyak yang kontra, namun sebagai sesama penulis saya yakin dek Afi ini sudah memikirkan matang-matang tentang tulisan tersebut, dan saya akan senang jika bisa duduk ngopi, ngudu, lalala, sambil membahas tentang agama warisan ini.

Well, hard to denied, agama di negara kita memang warisan. Mengapa? karena di negara kita ada agama yang diizinkan dan dilarang, serta semenjak lahir dan menjadi warga negara Indonesia kita diwajibkan beragama. So much for freedom, that's this country always proud of, ditambah lagi kebebasan untuk berpendapat juga semakin dikekang di negara ini. Well that aside, back to the main topic, kericuhan ini bermula dari terangkatnya kasus tentang permasalahan yang "katanya" penistaan agama oleh bapak Basuki Tjahya Purnama a.k.a bapak Ahok. Hal-hal berbau agama menjadi sesuatu yang sensitif di telinga masyarakat saat ini, kaum-kaum ekstrimis dari berbagai agama muncul kepermukaan, dan seperti halnya pedagang di pasar, mereka menggadang-gadangkan agama mereka masing-masing.

Melihat hal tersebut, saya mencoba merefleksikan sendiri apa yang sebenarnya terjadi. Saya pribadi merasa, ini merupakan ujian kepada bangsa Indonesia, sebagai sebuah negara, yang menganggap bahwa Ketuhanan adalah hal yang utama. Kita sebagai orang-orang beragama, sebenarnya sedang diuji, sejauh apa iman kita sudah percaya pada-Nya. Aku menarik sebuah benang merah yaitu, sistem pendidikan agama di Indonesia ini masih kurang tepat sasaran. Hal ini sebenarnya sudah aku pikirkan sejak dulu zaman SMP, SMA, hingga kuliah. Ada kalanya dulu, saya pernah berpikir, mengapa saya dilahirkan sebagai orang Katolik, hingga setiap hari saat saya berangkat ke sekolah Negeri, saya harus mendapatkan berbagai macam penolakan dari mereka yang tidak seiman dengan saya. Mencoba untuk menemukan jawaban dari permasalahan itu, setiap hari saat itu, saya mencoba untuk membaca Alkitab. Perlahan basis iman agama saya mendapatkan penguatan. Tapi hal itu tidak menjawab semua keraguan saya, akhirnya saya mencoba membaca kitab-kitab versi bahasa Indonesia, agama-agama lain. Lalu apa yang saya temukan, semuanya kurang lebih sama.

Hal ini lantas menjadi pemikiran yang belakangan ini saya rasa mungkin bisa menjadi sebuah landasan, kalau sistem pendidikan agama di negara kita memang belum tepat. Jika kita sejak SD, pelajaran agama kita sudah dikotak-kotakan, bagaimana mungkin saat berada di masyarakat kita bisa membaur? Seperti hal yang disampaikan oleh Romo saat misa di Karangpanas kemarin minggu, Gereja itu hanya organisasi, hirarki hanya otoritas, dan liturgi hanya upacara, semuanya itu terjadi jika tidak adanya kehadiran Tuhan di dalamnya. Kitab-kitab suci mengajarkan tentang kita, sesosok Tokoh yang menjadi lambang kehidupan kita, lantas apakah kita akan selalu bisa menjadi cerminan dari mereka? jawabannya tentu tidak. Oleh karena itu kenapa kita harus memaksakan anak-anak kita menjadi sama seperti mereka, padahal siapa yang tahu jika ternyata idola mereka dan kita berbeda.

Menurutku tidak ada salahnya, jika setiap anak diajarkan mengenai berbagai agama yang ada di Negara ini. Menurutku selama masa sekolah dasar hingga sekolah menengah pertama, sudah cukup bagi mereka untuk memahami baik-baik tentang semua agama tersebut. Biarkan mereka memilih, mana yang menjadi panggilan mereka, sementara untuk proses keimanan yang lebih dalam, bukankah lebih baik diserahkan pada Agama yang bersangkutan, dengan mengadakan proses pembelajaran di luar jadwal sekolah, jika dirasa hal tersebut memang penting bagi mereka (anak-anak). Klo kata temanku, hal paling simpel adalah, biarkan anak-anak memilih, mereka mau berkomunikasi dengan Tuhan dengan cara apa. Sehingga mereka tahu, alasan mereka beragama itu seharusnya adalah untuk membangun komunikasi dan relasi yang baik dengan Tuhan, serta direfleksikan dengan komunikasi dan relasi yang baik terhadap sesamanya.

Aku sadari, hal tersebut tidaklah mudah. Terutama menyangkut masalah pengajarnya. Menciptakan seorang pengajar yang mampu mendidik secara objektif, dan mampu menyampaikan nilai-nilai rohani dengan baik masih cukup sulit. Lalu apakah pelajaran agama masih penting untuk dibawa dalam sistem pendidikan formal? Karena menurutku keyakinan seseorang terhadap Tuhan, tidak mampu diukur dengan nilai yang ada dalam sekolah formal. Tolak ukur ini yang menyebabkan masih banyaknya masyarakat kita yang buta dengan alasan mereka pribadi dalam beragama, sehingga kesannya masih gampang ikut sana-ikut sini.

Kalau basisnya kita adalah orang yang percaya dengan adanya Tuhan. Bukankah segala kejadian yang ada di dunia ini, semua sudah ada dalam rencana-Nya? Kalau Tuhan mau kita lahir sama, kita pasti sudah lahir sama, dengan keadaan yang sama, tetapi belum sadarkah kita, Tuhan memang menginginkan kita untuk hidup berbeda? Kita tidak perlu sibuk mempropagandakan agama kita masing-masing, apakah agama diciptakan untuk menjadi sebuah barang yang diperjual belikan dan disembah? Karena itu dalam hidup aku selalu berprinsip, aku hidup hanya untuk Tuhanku dan sesamaku manusia saja. Aku sendiri juga tidak senang dengan pemuka agamaku yang dalam ceramahnya seolah mendeskreditkan mereka yang tidak satu keyakinan denganku. Bahkan dalam alkitab sendiri tertulis dalam 1 Korintus 12: 5-7, yang berbunyi, "Dan ada rupa-rupa PELAYANAN, tetapi hanya ada satu Tuhan. Dan ada berbagai macam perbuatan ajaib, tetapi Allah adalah satu; Dialah yang mengerjakan semuanya dalam semua orang. Tetapi kepada tiap-tiap orang dikaruniakan pernyataan Roh untuk kepentingan bersama." karenanya saya sendiri sebagai orang Katolik, jika memang yang dilakukan sesamaku manusia adalah hal yang dilakukan demi kepentingan bersama, sesungguhnya dia sudah melakukan pelayanan terhadap Tuhan yang sama denganku. Karenanya percuma jika engkau sebagai orang Katolik berteriak-teriak Yesus itu Tuhan, jika dalam teriakanmu tidak terdapat Roh kudus di dalamnya.

Mungkin ini sedikit pemikiranku, menanggapi maraknya perselisihan yang terjadi dalam hidup bermasyarakat di Indonesia, karena masih banyaknya masyarakat Indonesia yang berpegangan pada agama dalam imagi mereka, bukan agama yang berasal dari keyakinan mereka terhadap Tuhan YME. Semoga saja bangsa Indonesia bisa melalui ujian ini dengan baik.


"Seperti halnya pensil, agama ditangan orang yang salah, dapat digunakan untuk membunuh"



How to Unlove your feeling?

Jadi, selama ini aku selalu merasa, kalau perasaanku kacau karena permasalahanku dengan Tugas Akhirku. Well, sudah hampir seminggu, aku dinyatakan lulus dari ruang sidang selasa kemarin, tapi mengapa rasa ini masih ada? Apa mungkin aku coba ke psikoterapis? Mesti bayarnya mahal. Mereka bilang memang gak gampang, dan butuh waktu. Cuma klo perasaan ini tiba-tiba datang seperti hari minggu kemarin, itu jadi permasalahan sendiri.

Awalnya karena aku sadari rasa ini muncul lagi, aku memutuskan untuk gereja Banyumanik, sampai tiba-tiba aku melihat jadwal MotoGP sore itu jam 7. Pikirku kalau aku ke gereja Banyumanik, aku gak bakalan sempat liat MotoGP, tapi klo ke gereja Karangpanas, aku pasti bakal ketemu pengurus PRMK FT yang udah pasti juga ada Maria. Mungkin klo ketemu aja gak masalah kali ya, tapi klo sampe harus tahu dia ke gereja sama cowok lain, meskipun aku bukan cowoknya, perasaanku pasti bakalan kacau deh.

Setelah kupertimbangkan matang-matang, aku akhirnya memutuskan untuk tetap ke Karangpanas, karena bagaimanapun aku lebih kepingin nonton MotoGP, sambil berusaha mengalihkan pikiranku ke hal-hal lain. Sesampainya di gereja, seperti biasa, aku duduk di bangku yang biasanya aku singgahi, kondisi masih sepi, karena aku sepertinya berangkat terlalu cepat, awalnya aku berniat menghindari kemungkinan macet, tetapi jalanan masih sepi. Pikirku dari bangku ini, aku tak akan mungkin mengetahui kedatangan pengurus PRMK FT, apalagi prediksiku pengurus PRMK FT paling terlambat. Namun sepertinya Tuhan berkehendak lain, saat salam damai, aku melihat barisan pengurus PRMK FT duduk di tengah, yah dan dia ada di sana, damn pikirku.

Hatiku sedih, hatiku gundah, hatiku bertanya, hatiku curiga, mengapa aku seperti ini Tuhan, jauhkan aku dari segala prasangka, bantulah aku melihat segalanya lebih dekat, dan buatlah aku lebih bijaksana. Itu yang aku harapkan saat itu, namun aku tak bisa. Akhirnya daripada-daripada, aku memutuskan setelah gereja selesai, aku pergi melalui pintu samping dan langsung menuju parkiran. Aku pikir juga, salamku kepengurus sudah kutitipkan ke Christin, jadi ya it's not a big deal.

Selama perjalanan kembali ke kos aku berpikir lagi, aku jadi teringat pertanyaan Maria waktu ke Kerep, dan sepertinya kesalahanku saat itu adalah aku berkata seperti itu. Ya alasanku waktu itu aktif lagi di PRMK juga karena memang aku pingin deketin dia, tapi aku menjawab hal lain yang klise. Sekarang statusku juga sudah bukan mahasiswa lagipula alasan terakhirku untuk tetap ada di PRMK juga sudah tidak ada. Aku jadi teringat perkataanku sendiri saat awal kepengurusan 2014, PRMK yang aku kenal sudah lama mati. AD ART yang klo di negara itu ibarat Pancasila saja sudah dirubah, rumahku itu memang sudah hilang, itu juga yang jadi alasan kenapa sekarang aku klo ikut acara PRMK harus ada temanku, karena mereka merupakan bagian dari rumah yang sudah hilang itu. Aku sudah memutuskan untuk tidak terlibat dalam segala permasalahannya, klo memang ada yang ditanya ya jawab sesuai yang ditanya saja, mau disuruh nyari jawaban sendiri juga udah pada males.

Yeah, 23 years old, and still don't know how to deal this kind of feeling, sometimes back in the head of my mind, I regret to be back again that's time, and I didn't come just by myself, I dragged along all of my friend back into it. I feel sorry toward them, to be dragged to my mess, and eventually they already back to the place they used to be, so do I. Maybe avoiding some of PRMK event at least if there is no one asked me to come personally, will help me to undo this feeling. It's may take sometimes, but seriously I don't know the best way to deal with it.

Saturday, 3 June 2017

Did i love her or i just love the moment?

Sebuah pertanyaan kecil kembali muncul di pikiran ini. Sebuah pertanyaan yang unik yang muncul di sebuah film berjudul cavemen. Sekilas aku merasa tokoh Dean di film tersebut mirip denganku, mulai dari sikapnya yang berusaha untuk tidak menyinggung perasaan orang-orang disekitarnya terutama para sahabatnya.

Tulisan di atas merupakan sebuah penulisan singkat yang aku tulis di note handphone ku pada tanggal 27 April 2014. Jadi seperti pada postingan ku hari ini yang lain, aku sengaja memindahkan beberapa tulisanku dari note ke blog, karena aku khawatir jika tulisanku di note suatu saat hilang karena aku lupa pernah menulis di situ.

Untuk postingan kali ini cukup membuka pemikiranku. Aku memang tipe pria yang sangat mudah sekali jatuh cinta terhadap sebuah moment. Hal itu aku rasa tidak terlepas dari kepalaku yang tidak mudah lupa, dan tidak pernah diam juga.

Sampai sekarang pun aku masih bertanya-tanya. Did I really love all of them or just I love the moment that I had with them? Apapun itu, aku rasa suatu saat aku akan bertemu dengan wanita itu. Yang sama-sama menikmati moment ketika aku dan dia berdua saja. I know, you are somewhere in the corner of this wide world, that you do looking for me as well as I'm looking for you, and when the time we finally met, we will just laughing next to each other talking about how long and confusing this journey had lead us on.

And for now, let me cherish this glorious feeling that still affect me, after finishing my bachelor degree. I have been put on the rough way to be able to get to this point. Some may said that I was lucky, but truthfully, it was because of His grace that I managed to pull it off. So, I know I already told some of my friend this tips, how to get more luckiest, you need to get rejected a lot.. hahaha, I don't know if that'll work on anyone else, but to me I think it was worked just fine.

This Night Just so Perfect

Setelah sekian lama akhirnya aku merasakan lagi hal itu, ya pada acara bakar2 ini aku bisa merasakan sebuah rasa kedekatan keluarga dengan yang lain. Sepertinya semua usaha yang aku lakukan dari pagi tadi tidak percuma. Semua berjalan sempurna, melihat raut wajah yang menyenangkan dari mereka yang datang sudah cukup membuatku melupakan semua rasa laparku. Aku tak tau seperti apa rasanya masakan itu, tapi rasa senang dan puas melihat keluarga ini berkumpul sudah lebih dari cukup.

Meskipun ada 1 kejadian yang cukup mengangguku di mana seseorang yang kuundang untuk datang dalam acara ini entah mengapa tak memberikan tanggapan sama sekali. Yah, mungkin memang dia sibuk, mungkin juga aku yang membuatnya tak nyaman, sepertinya saya akan menyerah untuk mendekatinya. Mungkin memang lebih baik aku hanya berharap dia sebagai temanku saja nothing more.

Aku sudah tak mau lagi bermimpi jika pada akhirnya aku harus menahan perih lagi. Tapi terlepas dari itu semua, this night just so perfectly.

(26 Juni 2014)

Sebuah Puisi Kecil dari Note

Hai malam,
Kau tahu aku pernah membenci kota ini?

Karena semua derita dan pengalaman buruk di sini..

Entah sudah berapa bulir air mata menetes

Tapi sepertinya tidak untuk saat ini..

Aku sadar, aku mengerti..

Semua kejadian buruk itu telah menguatkanku..

Mengajarkanku untuk tetap tenang..

Tetap tersenyum dan tak menyerah..

Malam ini aku bersyukur sekali..

Kau telah menempatkanku di sini

Telah mengenalkanku dengan mereka

Mereka yang bisa kupanggil kakak dan sahabat

Mereka yang telah membimbingku

Menolong dan menasehatiku

Mengajarkanku untuk melihat dunia

Dari sudut pandang mereka yang beragam

Membuatku tak lagi membenci kota ini.

(9 November 2014 - updated from phone note)

Saturday, 27 May 2017

Kesempurnaan

Berbicara tentang kesempurnaan, aku percaya sesungguhnya tidak ada yang tidak ssmpurna di dunia ini. Kamu cacat, kamu miskin, kamu sakit, atau hal hal lain yang menyedihkan yang lain yang dapat terjadi padamu itu bukan berarti kamu tidak sempurna, melainkan Tuhan memandang kamu sudah cukup sempurna dengan kondisimu tersebut. Kesempurnaan itu seperti hal matematika. Kita perlu menyepakati terlebih dahulu, skala apa yang mau kita bawa, dari sistem apa yang mau kita pakai, sama seperti matematika 1+1 tidak selalu sama dengan 2, kita harus sepakat dulu, mau menghitung dengan biner apa desimal, begitu pula kesempurnaan.

Sebenarnya saya tidak setuju, jika kesempurnaan itu hanya milik Tuhan. Seperti yang kita tahu dalam alkitab sekalipun menyatakan dengan jelas bahwa, Tuhan menciptakan manusia itu serupa dengan dirinya, jadi sebenarnya kita juga lahir dengan kesempurnaan yang diberikannya. Bahkan Allah sekalipun turun sebagai manusia dalam diri Yesus. Aku selalu berpikir, alasan kenapa Allah mau turun ke dunia saat itu, berdasarkan pemikiranku yang mendalam, serta penjabaran akal serta nurani, aku berkesimpulan bahwa Allah ingin menunjukan manusia itu sempurna apa adanya, Dia menunjukan pada kita melalui tindakannya yang merepresentasikan Tuhan.

Oleh karena itu, aku selalu berpikir untuk tidak mencari kesempurnaan, karena aku sudah sempurna apa adanya. Jika ada orang yang tidak sepakat, aku hanya menganggap dia mengejar sesuatu yang tidak jelas. Dengan menggunakan pola pikir tersebut, aku tidak ambil pusing dengan perkataan orang yang menurutku tidak masuk akal, karena selama aku tidak melanggar aturan hukum dan aturan gereja, menurutku tidaklah ada hal yang salah, semuanya sempurna.

Friday, 26 May 2017

Tantangan Gereja

Hari ini aku baru sadar, ternyata blogku gampang sekali dicari, modal ketik PRMK FT Undip di google, langsung nongol. Konyolnya adalah aku baru tahu setelah diberi tahu oleh Christin tadi saat ada acara sarasehan. Ya, itu bukan masalah sih, malah lumayan nambah pemasukan.

Hari ini benar-benar hari yang melelahkan, by the way aku nulisnya hari sabtu dini hari, jadi yang aku maksud adalah kamis malam hingga jumat malam. Masih teringat jelas bagaimana sibuknya aku kemarin, pulang gereja langsung nge print laporan 4 rangkap, masing-masing 200 halaman lebih. Mulai kerja dari jam 8 kamis malam baru selesai jumat pagi jam 4. Pulang dari nge print, aku bingung, kalau tidur takut kebablasan, karena deadline untuk mengumpulkan draft pukul 9 pagi. Akhirnya aku putuskan untuk tetap melek, sampai akhirnya aku resmi mendaftar sidang periode bulan ini. Aku dijanjikan jadwal keluar setelah selesai jumatan namun sampai tadi jam set 12 setelah sarasehan, aku mampir kampus dan mendapati jadwalnya belum keluar.

Berbicara soal sarasehan, konsep acaranya cukup menarik, pembicara yang diundangpun cukup berwawasan luas. Terlihat dari bagaimana beliau secara rapi menyampaikan point-point menggunakan pemahaman yang mudah dicerna anak anak zaman sekarang. Memang benar yang beliau katakan, mengenai mental anak muda saat ini, bagaimana beliau secara hati-hati menegur dengan menggunakan bahasa yang sangat halus. Kalau aku yang suruh ngomong, jelas cara penyampaiannya akan berbeda.

Ya, anak-anak zaman sekarang memang mayoritas bersikap pragmatis, dan hal itu terbentuk karena laju zaman yang semakin cepat. Segala jenis kemudahan yang ada pada zaman ini, membuat orang semakin merasa mereka lebih baik dari orang lain, karena mereka merasa dirinya tahu akan banyak hal yang mereka ketahui dari internet. Sehingga anak-anak zaman sekarang cenderung malas untuk memikirkan hal hal yang fundamental, yang menurut mereka hal tersebut sudah usang. Mereka lebih tertarik pada teori-teori yang bersifat praktis dan bermanfaat bagi mereka secara langsung.

Hal ini menjadi kecemasan tersendiri, karena tanpa kita mempelajari segala sesuatunya dari dasar, kita tidak akan pernah memperoleh hasil yang maksimal. Contoh kecil, sebuah organisasi A, akan mengadakan sebuah kegiatan Z. Lalu organisasi A menyusun segala sesuatunya dari dasar. Sehingga terbentuk sebuah sistem R. Lalu suatu ketika, organisasi B datang berkunjung saat berlangsungnya kegiatan Z. Mereka melihat, dengan sistem R, kegiatan Z tersebut dari segi kualitatif dan kuantitatifnya sangat memuaskan. Kebetulan organisasi B juga akan mengadakan kegiatan Z, akhirnya mereka meniru yang klo kata pembicara tadi generasi copy paste, dengan mudahnya berencana menggunakan sistem R. Namun yang mereka ketahui hanya dari segi teknis, dan prakteknya. Akhirnya acara kegiatan Z yang mereka rencanakan tidak berjalan sesuai harapan. Mereka lupa kalau ada hal hal yang sifatnya fundamental yang tidak mereka perhatikan, yaitu bagaimana kualitas SDM nya, bagaimana hubungan intrapersonal SDMnya, dan bagaimana karakter organisasi itu sendiri serta masih banyak parameter fundamental lainnya.

Lalu selain pragmatis, ada juga individualis. Karena bawaan sifat pragmatis adalah keyakinan bahwa dirinyalah yang paling benar, maka ketika orang-orang tidak bisa menerima pola pemikirannya tersebut, dia akan condong menjadi pribadi yang individualis. Dan jangan salah, kadang pelakunya sendiri tidak menyadari bahwa dia sudah menjadi seorang yang individualis. Bahkan dalam berorganisasi pun sifat tersebut akan sangat nampak, ketika seseorang tidak percaya akan rekannya dalam mengambil sebuah peranan yang menurutnya dialah yang seharusnya mengambil peranan tersebut agar semuanya berjalan lancar. Aku teringat akan perkataan orang orang tua zaman dahulu baik itu Tio, Ionk, Rio, Mas Yudha, Mas Anggun, Mas Setyawan, dan lain lain, tak pernah bosan selalu berkata, lebih baik membiarkan seseorang untuk salah dan mengajarinya mencari  tahu yang benar, daripada mengajarkannya selalu untuk benar dan dia akan kebingungan saat dia salah. Ketika kita merasa kitalah yang mampu untuk melakukan hal tersebut​ dan orang lain tidak, sebenarnya saat itu pula egomu yang bertindak.

Ya gak cuma dua hal itu yang tadi dibahas, bagaimana kita harus berkumpul, harus mau melayani, dan tak lupa juga kecenderungan anak-anak zaman sekarang untuk ngobrol saat misa atau bahkan main handphone. Klo buat aku, gereja adalah kebutuhan, karena saat di gereja, aku merasa Tuhan itu ada dan aku bisa mengutarakan segala isi kepalaku kepada-Nya. Makanya kadang aku suka bingung, mereka yang ke gereja masih main handphone, klo dia temanku biasanya aku tegur, karena menurutku orang-orang seperti itu tidak perlu ke gereja, klo yang dia cari hanya surga atau kewajiban. Ya intinya apa yang disampaikan bapak FX Joko Purnomo tadi cukup membuktikan pengalamannya sebagai pengajar, aku yakin beliau pasti sudah sering menulis dan banyak membaca. Ya mungkin segini dulu yang aku sharing malam ini, semoga besok jadwal sidangnya sudah keluar.

Friday, 19 May 2017

Selamat malam, kalian orang-orang lemah, yang kalo ketemu mantan, ngumpet. Norak, kalian tahu gue, malem ini habis ketemu orang yang nolak gue, 2 orang!! Itu namanya move on.

Wkwkwk.. belakangan ini aku sama temenku Christopher lagi seneng banget, sama seorang stand up komedian, namanya Coki Anwar. Kata-kata yang aku pake buat kalimat pembuka itu, karakter yang selalu dilontarkan tokoh tersebut, makanya iseng aja aku pake. Klo kata Didin, dia itu orang miskin senior, karena udah miskin selama 34 tahun, jadi dia hidup miskin katanya menjiwai perannya. Nah, aku juga ngerasa begitu, aku single 24 tahun, karena aku memang menjiwai karakter tersebut. Alibi.. wkwkwk, gak kok, soalnya aku bersyukur banget lho. Tuhan tidak mungkin mempertemukanku dengan mereka, jika tidak ada tujuannya.

Ya gitu juga kenapa lulusku lama, aku juga terlalu menjiwai peran tersebut, wkwkwk. Berbicara soal kuliah lama. Ya sebelum besok fokus sidang lah, aku bagi sedikit pengalaman. Mungkin, banyak orang bertanya, kenapa cerita yang tak tulis banyak menyedihkannya, update status kesannya kayak yang galau, ngobrol di grup juga sama. Kalian harus tahu, disetiap tulisanku itu, aku membagikan kisahku dalam bentuk seperti itu, tujuanku cuma berbagi supaya kalian sadar, gak enak jadi orang baperan, dikit-dikit mikir, dikit-dikit galau. Makanya klo di blog yang bakalan aku kasih buat anak-anak ku besok, mereka belajar dari ini semua, biar mereka tahu, hal-hal seperti apa yang perlu mereka hindari. Ya itu harapan sih, klo ternyata sama aja, berarti pepatah buah jatuh tidak jauh dari pohonnya itu benar.

Kalau ditanyain, aku udah move dari yang kemarin atau belum, ya masih 60% lah. Kenapa 60%? Karena setiap temenku bilang buat deketin si A, si B, si C, yang kebayang di aku masih takut buat sakit lagi. Ya aku rasa, itu nanti bakal sembuh sendiri. Mungkin satu sih nak, klo kamu cowok, klo kamu mau pacaran, pacaranlah sama orang yang memang kamu sayang dia tanpa ada alasan apapun. Klo kamu ditolak, yaudah selo aja, nanti juga bakal ketemu orang yang bakal cinta dan sayang sama kamu tanpa alasan apapun, dan klo kamu ketemu sama cewek itu, kamu harus perjuangin dia. Klo kamu cewek, ya tinggal ganti aja kalimat tadi. Karena klo di logika, kalo kamu cinta dan sayang dia karena suatu alasan, bayangin klo pas kamu udah berumah tangga, dan alasan itu udah gak ada, yakin masih sayang dan cinta? Makanya pikir baik-baik sebelum kamu nolak dia. 😉😉

(-cont, ngantuk bos)

Tuesday, 16 May 2017

Mahkota Duri

Oh Tuhan.. Aku rasa, aku benar benar harus ke psikolog. Setiap kali ada waktu kosong aku masih kepikiran Maria. Arda dan Acan memang selalu mengecek kondisiku, menanyakan bagaimana perasaanku sekarang, masih kangen apa gak, kepikiran apa gak, aku selalu membohongi mereka. Shit, teman macam apa aku, di saat mereka benar-benar memikirkanku, aku malah berbohong ke mereka. Aku gak kepingin mereka ikut kepikiran gara-gara hal semacam ini.

Aku bahkan menghindari acara-acara liturgi, karena belakangan aku rasa emosiku mulai agak terganggu. Hal ini kusadari ketika menunggu dosen saat ngobrol dengan junior-juniorku yang dibimbing oleh dosen yang sama, aku pernah secara tidak sengaja kepikiran ucapannya saat di umbul, sakit sekali rasanya, dengan segera aku berusaha mengalihkan pikiranku, tapi sepertinya terlambat. Tanpa aku sadari air mataku sudah jatuh. Namun, cuma rasa sakit yang aku rasa, bukan sedih, apalagi marah.

Junior-juniorku mengira, aku terlalu lelah menunggu dosenku yang tak kunjung tiba. Mereka menyarankanku untuk istirahat dulu aja di kantin, mereka akan mengabariku jika dosennya sudah tiba. Aku mulai berjalan menuruni tangga, lalu keluar dari gedung A. Namun aku tidak pergi ke kantin, ku menuju motorku.

Aku pacu motorku sejadinya, selama perjalanan pikiranku bertanya-tanya, Oh Tuhan, kenapa aku tidak bisa mengendalikan pikiran serta emosiku. Aku sudah mebulatkan tekadku untuk melangkah, tetapi Kau selalu mengingatkanku akan hal hal tersebut. Akhirnya aku tiba di Katedral.

Sepi sekali saat itu. Aku mencoba duduk sejenak di depan patung bunda Maria. Menarik nafas dalam-dalam dan mencoba untuk menenangkan diri. Aku ambil rosario yang selalu kubawa dan aku mulai berdoa. Aku tahu kemarin senin itu adalah peristiwa gembira, tetapi aku memilih peristiwa sedih. Dari sana perlahan aku mulai tersadar, disetiap peristiwanya aku menangis sejadinya​.

Aku lupa, jadi orang Katolik itu tidak mudah. Tuhan kita Yesus, bahkan pernah sedih sekali saat Dia mengetahui, manusia yang disayangi-Nya akan dengan keji membunuh-Nya. Tapi Dia tidak lari dari ketakutan itu, setiap rasa sakit di badan dan hati-Nya justru membuat cinta-Nya pada manusia semakin besar. Hanya satu yang jadi pengharapan-Nya, hukum cinta kasih-Nya tetap abadi. Bapa, aku tak tahu apakah, mungkin hal ini adalah mahkota duriku, atau mungkin salibku? Jika iya Bapa, bantu aku untuk menghayati kisah hidupku ini Bapa, kuatkanlah hati dan imanku. Aku tak yakin Bapa, seberapa jauh aku sanggup menahannya seberapa lama aku sanggup menanggungnya, karena itu aku mohon Bapa, bantu aku berdiri lagi jika nanti aku terjatuh.

Wednesday, 10 May 2017

My Simply Rule

Hey kiddo, I don't know how old are you, when you read my blog, but you know, I have this kind of rule, the one that I made, at least to keep my mind sane and live a happily life. I write this in my last year of college, and I'm still haven't in any relationship with your mother, either we already met or not is still a one big mystery. I don't think if my rule will really a big help in your life, but I think It worth trying. Here is my rule!!!

ONE.
Give people more than they expect and do it cheerfully.
TWO.
Marry a man/woman you love to talk to. As you get older, their conversational skills will be as important as any other.
THREE.
Don't believe all you hear, spend all you have or sleep all you want.
FOUR.
When you say, "I love you," mean it.
FIVE.
When you say, "I'm sorry," look the person in the eye.
SIX.
Be engaged at least six months before you get married.
SEVEN.
Believe in love at first sight.
EIGHT.
Never laugh at anyone's dreams. People who don't have dreams don't have much.
NINE.
Love deeply and passionately. You might get hurt but it's the only way to live life completely.
TEN.
In disagreements, fight fairly. Please No name calling.
ELEVEN.
Don't judge people by their relatives, age, sex or any political and religion.
TWELVE.
Talk slowly but think quickly.
THIRTEEN.
When someone asks you a question you don't want to answer, smile and ask, "Why do you want to know?"
FOURTEEN.
Remember that great love and great achievements involve great risk.
FIFTEEN.
Say "bless you" when you hear someone sneeze.
SIXTEEN.
When you lose, don't lose the lesson.
SEVENTEEN.
Remember the three R's:
      Respect for self;
      Respect for others;
      Responsibility for all your actions.
EIGHTEEN.
Don't let a little dispute injure a great friendship.
NINETEEN.
When you realize you've made a mistake, take immediate steps to correct it.
TWENTY.
Smile when picking up the phone. The caller will hear it in your voice.
TWENTY-ONE.
Spend some time alone.

Tips dan Trik Menulis Cerita Fiksi

Sebenernya, setelah nyoba-nyoba buat novel sendiri sampai selesai itu belum pernah. Udah banyak judul sama genre cerita aku coba tulis, tapi rasanya seperti masih ada yang miss gitu. Kebanyakan orang malah lebih prefer ke tulisanku yang berasal dari kisah hidupku sendiri, meskipun penulisannya masih sangat jauh dari bagus, karena aku lebih memilih kebebasan dalam menulis hal tersebut. Tapi namanya tantangan, sampai sekarang masih belum nyerah buat bikin satu novel fiksi, sampai akhirnya kemarin aku kayaknya dapat tulisan novel yang pas aja. Jadi setelah melakukan beberapa kali trial-error, baca-baca refrensi novel-novel ternama, aku dapat sedikit ilham bagaimana enaknya menulis sebuah novel Fiksi, check it Out!!!
  1. Jangan menceritakan waktu secara detail, buatlah waktu sebagai benang yang mengatur imajinasi para pembaca.
  2. Berikan pembaca setidaknya satu karakter yang bisa mereka harapkan.
  3. Setiap karakter yang diceritakan setidaknya memiliki sebuah hasrat atau keinginan, meski itu hanya keinginan untuk minum.
  4. Setiap kalimat setidaknya harus mengandung 1 dari 2 hal ini, yaitu mengungkapkan karakter, atau menunjukan tindakan.
  5. Mulailah seolah cerita tersebut dapat berakhir, kapan saja.
  6. Tak peduli betapa manis dan polosnya karakter utamamu, berikanlah hal buruk pada mereka, ini untuk menunjukan seperti apa tokoh utamamu itu dibuat.
  7. Berikan pembacamu informasi yang cukup dan secepat mungkin, sehingga mereka benar-benar memahami apa yang hendak kau ceritakan.
  8. Terakhir dan menurutku yang paling penting, menulislah untuk membahagiakan satu orang saja. Karena jika kita terlalu khawatir  akan tanggapan orang lain, kita tidak akan pernah menyelesaikan cerita tersebut, karenanya cukup puaskan satu orang tersebut.

Ya, kira-kira itu yang bisa aku bagikan tentang pengalamanku dalam menulis. Buatku menulis cuma hobi, meskipun belakangan sering salah tempat dalam menulis. Instagram dipake nulis, Line dipake nulis, Path dipake nulis, padahal aku tau dua tempat itu bukan media yang tepat untuk melakukan hobiku ini. Kalau ada teman-teman yang punya kritik dan saran, silahkan tinggalkan komentar, ayo kita sama-sama belajar. Kalau kalian penasaran dengan potongan-potongan novel yang pernah kubuat, meskipun belakangan sering gak sempet buat lanjutin, bisa main ke habisterangmatilampu.blogspot.co.id


Tuesday, 9 May 2017

Damn!!

Damn! Kata itu yang ada dipikiranku saat ini. Gila kok aku bisa kepikiran hal kayak yang aku tulis tadi siang. Syukurlah dosen pertamaku yang bak malaikat menyadarkanku, dan uniknya hal itu terjadi setelah selesai nulis hal tersebut.

Ya, aku sadar dalam pikiranku yang paling gelap dan dingin itu, memang ada pikiran seperti itu, namun aku sudah berusaha menguburnya dalam dalam. Satu hal yang aku ingat adalah pemikiran-pemikiran seperti itu yang sudah membuat ibuku dulu menangis, dan aku berjanji gak akan melakukan hal itu lagi. Sepertinya tekanan dan pikiran dari mana mana cukup mampu membuat tembok yang sudah kubangun untuk mengurungnya runtuh.

Sepertinya diriku memang belum cukup tangguh, untuk mampu menjaga pikiran buas tersebut. Sebagai orang katolik aku pantas malu sudah berpikiran seperti itu. Secara tidak langsung aku sudah menyangkal keberadaan-Nya. Aku lupa aku tidak pernah sendiri, Dia selalu hadir dengan cara yang tak pernah aku duga. Sepertinya dosen pertamaku bu Juning orang yang dipilih-Nya untuk sedikit mengarahkanku kembali ke jalan-Nya.

Ya aku akan tetap berjuang, supaya aku bisa benar-benar menjadi tangguh. Aku harus kuat, karena cita-citaku untuk menjadi jembatan yang mampu menghubungkan teman-temanku dengan mimpi dan cita-cita mereka, membutuhkan pondasi yang kuat. Karenanya aku akan tetap berjuang, sekeras, sesakit, sepahit apapun itu, aku yakin Tuhan sudah menyiapkan akhir yang indah bagiku. Mungkin aku tak akan pernah memahami perjuangan macam apa yang aku sedang jalani saat ini, tapi selama aku tetap pada jalan-Nya, aku yakin aku tak mungkin di sesatkan-Nya.

Monday, 8 May 2017

My Depression

I don't think any motivation word will help me this day. Trying so hard to keep smiling while deep inside I was tormented by my mind and by my heart. All of that deep darkest though crawling up filling up my head.

Oh dear God why my heart is so weak despite my body is so big. Everytime I start to think everything slowly. I realise no one really that care for me. Everyone just tried to get the best of me, so they can reach me everytime the need of me is arise. Somehow it's hurt me really good, too realize I was all by myself all along. Everytime I put my trust, my hope, my dream, even my love to someone, they just keep letting me down. I won't tell that I'm fine by that, no it's never just fine. I tried to ignore it but the more I ignore it, the more harder it hit me back. How can I think straight when everything I have planned crushed in front of my eyes, how can I keep loving when there is this big hollow and a lot of scar in my heart, how should​ I be fine just like that?

You should already know how I raised by my parents, I was raised by an Iron hand dad, and the warm of love from my mother. Yeah, even though I lost all of my freedom to choose what I go after but, they are the only thing that closest to what I can call love. They are the only reason why I tried to keep strong.

But, sometime I don't think that I strong enough. To be honest I think I am the weakest man that ever alive. I can't endure this pain any longer. The feeling that haunt me every night breaking my body apart from within, I don't know how to fight it. My friend Rani once was asked "How can I'm not panicked, considering how terribly bad my final project is?" That's time I told her, "because I don't think panicking will do me any good", but honestly I just don't know how should I do, just like when Maria asked me to, how I'm never approach her like everyone did to get closer to her. The answer is still as the same, "how should I?" All I know the best was to be myself. And being myself that mean being stupid, weak, reckless, and such a big losser.

I don't know how should I endure this feeling anymore, the only thought that's came into my mind, it must be feel really good if I'm dead.

Sunday, 7 May 2017

Menunggu

Tik tok tik tok..
Satu dua tiga jam berlalu,
Langit biru berganti kelabu..
Riuh orang melaju,
Cukup akrab ditelingaku..

Tik tok tik tok..
Kuhentakan lidah membunuh sepi..
Mengacuhkan malaikat iblis..
Tak henti mereka berbisik..
Berlomba merebut hati..

Tik tok tik tok..
Jatungku berdetak keras
Sepi ini menakutkan
Tak paham lagi apa dirasa
Asa amarah lebur tanpa sekat

Tik tok tik tok..
Hancur asa tak sampai
Menunggu yang tak pasti
Pahit cinta ditolak
Tak seberapa

Wednesday, 3 May 2017

Dear Maria

Hai mar, gak kerasa udah seminggu, semenjak terakhir kita ngobrol bareng di umbul, sudah seminggu pula pergulatan batinku ini mencapai akhirnya. Sebenernya aku pingin nulis surat ini langsung ke kamu, tapi aku urungkan niat tersebut, karena entahlah aku yakin, kamu pasti bakalan baca blogku ini. Ya ini aku mar, seorang cowok yang gak pernah bisa jujur dengan perasaannya sendiri, dan cuma bisa menuwangkannya lewat tulisan. Seperti yang kamu bilang juga sih, klo kita memang gak bisa mengontrol perasaan kita seperti apa, tapi kita masih bisa mengontrol tindakan kita seperti apa terhadap perasaan itu, dan menulis merupakan caraku untuk mengontrolnya.

Selama seminggu ini, aku merasa bersalah sekali sudah bersikap egois minggu lalu. Aku berharap akan sesuatu yang bukan selayaknya bagiku, aku mengharapkan hatimu. Aku benar-benar menyesal sekali sudah melakukan hal tersebut. Yang aku lakukan selama ini hanyalah mengeluh dan mengeluh saja, sampai akhirnya aku melemparkan semua keluhanku padamu. Aku sama sekali tidak memikirkan bagaimana perasaan dan kondisimu saat itu. Ya, aku benar-benar menyesal sudah melakukan itu semua.

Waktu itu kamu gak yakin klo aku udah move on, ya keyakinanmu benar adanya mar, bahkan sampai kamu menawarkan untuk membantuku, aku sendiri gak tahu apa hal tersebut akan benar-benar membantu. Teman-temanku banyak memberi nasehat, ada yang bilang, untuk tidak berhubungan dalam apapun, tapi menurutku sejauh apapun aku dan kamu menjauh, rasa yang ada dalam diriku malah kangen, ada lagi yang bilang, untuk mengingat hal-hal yang udah bikin aku sakit, yang ada aku hanya akan berfantasi dalam drama yang berharap itu nyata, bahkan mereka membicarakan klo kamu bla, bla, bla, yang ada aku akan selalu mencari bagian mana yang pas, lah klo gitu terus kapan move onnya, hahaha, atau mungkin yang orang sering bilang untuk cari aja yang baru, aku tidak yakin juga itu akan benar-benar membantu karena bagimana aku bisa membuat gadis itu bahagia, jika selama ini aku hanya membuat wanita yang aku sayangi menangis?

Aku rasa satu-satunya cara untuk move on memang harus dari diriku sendiri. Hal itu yang membuatku tersadar, bukannya aku harus move on dari perasaanku, tapi aku harus move on dari hasrat dan egoku untuk memilikimu. Sampai saat ini aku benar-benar gak tau kenapa aku bisa cinta sama kamu, ya yang aku tau, aku nyaman sama seneng aja setiap deket kamu, dan bagiku kamu wanita yang spesial. Salah satu letak ke spesialanmu adalah bagaimana kamu sebagai wanita jauh lebih berani memperjuangkan cintamu terhadap orang yang kamu cintai, disitu sebagai cowok, aku benar-benar merasa malu. Meskipun pada akhirnya aku sedih melihat perjuanganmu harus berakhir seperti itu, namun aku yakin suatu saat akan ada pria yang bisa melihat keistimewaanmu itu, dan dia pasti seorang pria yang istimewa juga dimatamu, so tetap semangat dan tetap jadi Maria yang seperti itu.

Kalau masalah diriku, ya kamu gak usah terlalu banyak mikirin Mar. Aku sendiri sadar setiap orang punya keistimewaannya masing-masing, dan akan ada orang yang mencintai keistimewaan tersebut, seperti halnya ada orang yang mencintai matahari karenanya mereka selalu tersenyum di saat fajar dan sedih di saat senja, atau mereka yang mencintai bulan rela menanti tiap malam hanya untuk melihatnya bersinar penuh, atau mereka yang mencintai bintang, yang meskipun sinarnya redup, tapi mereka selalu ada bahkan di malam yang paling gelap mereka bersinar terang. Aku yakin dirikupun suatu saat aku akan menemukan wanita yang melihatku seperti itu. Aku teringat akan janjiku dulu padamu, dan sebagai pria aku akan tetap menepati janji tersebut, aku akan berusaha menjadi kakak yang baik, meskipun aku tidak sebaik itu, dan aku tetap selalu mendukung setiap keputusanmu selama hal itu memang baik. 

Ya, aku tahu kamu khawatir jika hal ini akan mengganggu skripsiku tapi tenanglah, mikirin kamu itu gak pernah jadi beban buat aku, malah menjadi motivasi tersendiri bagiku untuk menjadi pria yang lebih baik lagi, karena itu aku berharap kamu gak perlu memikirkan hal ini juga. Aku juga gak akan menjauh dari PRMK, karena PRMK sendiri merupakan my bitter sweet love, dan aku percaya, kamu dan teman-temanmu sekarang bisa membawa perubahan buat PRMK saat ini. Jadi tetap berkarya Mar, klo kamu kesulitan akan apapun selama aku bisa bantu, aku akan berusaha membantumu semaksimal mungkin, karena klo kamu gagal karena hal seharusnya bisa kubantu, itu akan membuatku sedih. Maaf klo kata-kataku terlalu panjang dan membosankan, entah kata-kata ini tiba-tiba ngalir aja di kepalaku.


With love,





R. Alva JP



Saturday, 29 April 2017

Indomie Rasa Cinta

Malam ini sepulang dari kos Chris, aku mengantarkan Rani kembali ke kosnya karena hari sudah sangat larut. Karena ada sedikit lapar aku mengajak untuk mampir ke burjo. Aku pun memesan Indomie rebus.

Sambil menunggu pesanan mie ku datang, aku baru teringat kalau kemarin, aku sudah makan dua bungkus Indomie. Mules nih nanti malem pikirku. Akhirnya mie pesananku tiba, perlahan ku kecupi kuah mie tersebut, hmm, memang kenikmatan mana lagi yang Kau dustakan. Tidak ada yang mampu mengalahkan nikmatnya Indomie rebus di tengah udara yang dingin.

Perlahan namun pasti kumasukan suap demi suap mie tersebut ke dalam mulutku. Seiring dengan bertambahnya kadar micin yang masuk dalam tubuhku, pikiranku semakin tumpul, larut dalam perasaanku yang semakin kuat karena micin adalah penguat rasa aditif. Namun, hal itu membuatku tersadar akan satu hal, yaitu kesamaan antara Indomie dengan cinta.

Kalian mungkin bertanya-tanya di mana letak kesamaannya, mungkin beberapa diantara kalian juga ada yang menyadarinya tapi menolak mengakuinya. Well, itu kembali pada keyakinan kalian masing-masing sih, kalau kalian yakin akan analisis yang akan saya sampaikan, selamat anda termasuk ke dalam golongan penikmat micin. Semua analisis yang akan sampaikan murni berdasarkan pengalaman saya selaku penulis, pelaku, dan analis.

Baiklah, sebenarnya ada banyak sekali merk mie instan di luar sana, namun karena yang paling enak itu menurut saya itu Indomie maka saya akan menunjukan ke samaannya. Pertama seperti yang kita ketahui, Indomie itu rasanya sangat nikmat sekali saat pertama kali kita mencicipinya. Bahkan hal tersebut tidak hanya terjadi di Indonesia saja, bahkan hingga dunia. Hal itu juga terjadi saat kita pertama kali jatuh cinta, kita akan merasa itu adalah hal ternikmat yang pernah kita rasakan, karena rasanya yang beda dari yang lain. Kita mungkin pernah makan mie merk lain namun tetap tidak ada yang mengalahkan Indomie tentunya, begitu pula rasanya cinta, kita mungkin pernah menerima cinta dari banyak orang, namun saat orang spesial tersebut memberikan rasa yang istimewa dalam hidup kita, kita jadi tertarik padanya.

Karena dari rasa yang beda tersebut, yang kedua adalah kita jadi ketagihan nih, baik itu mie maupun jatuh cinta mampu membuat kita ketagihan, seolah rasanya tiap hari ada yang kurang klo kita belum merasakan hal tersebut. Ketagihan membuat jumlah micin yang masuk dalam tubuh kita perlahan meningkat yang membuat kita jadi bego, sama ketika kita jatuh cinta terkadang tanpa kita sadari kita jadi bego, kita jadi lupa akan tujuan hidup kita, melupakan prioritas prioritas penting dalam hidup kita. Memang sih rasanya nikmat sekali karena micin memang menguatkan rasa namun membuat logika kita menjadi tumpul.

Yang ke empat adalah klo langsung makan indomie banyak, bakalan enek, dan bikin penyakit. Begitu juga cinta, klo kebanyakan bikin enek, dan sakitnya yang terasa karena ketika kita enek, rasanya kita ingin mengeluarkan semua yang kita makan. Bahkan bisa jadi bikin kapok untuk makan indomie lagi, begitu juga jatuh cinta, saat rasa cinta yang berlebihan itu tidak dapat ditampung yang ada bikin enek dan bikin males untuk mikirinnya lagi.

Mungkin itu kesamaan yang saya temukan dari dua hal tersebut. Kok isinya negatif semua? Sebenarnya baik Indomie maupun jatuh cinta itu tidak ada yang negatif selama kita tahu bagaimana caranya mengontrol diri sendiri. Klo kita makan Indomie dalam kadar dan jangka waktu yang secukupnya tentu tidak akan mengganggu kesehatan kita. Begitu juga cinta, klo kita memberikan cinta dalam kadar yang sewajarnya makan tidak akan ada pihak yang merasa sakit ataupun enek.

Namun karena saya termasuk golongan pencinta micin, saya masuk dalam tipe orang yang menurut saya sendiri, rasa sakit yang saya dapat karena ketagihan Indomie itu adalah harga yang pantas hanya demi menikmati kenikmatan tersebut setiap waktu. Meskipun dulu pernah kebanyakan makan Indomie sama telat makan bikin gak masuk kuliah sebulan, atau makan Indomie 4 bungkus langsung. Keduanya sama-sama bikin sakit sama enek tapi karena kenikmatan tersebut belum ada yang mengalahkan, aku rela untuk merasakan hal yang sama lagi, berulang kali. Begitu juga dengan cinta, rasanya pingin ketemu terus dengan orang yang spesial tersebut, sebisa mungkin cari cara agar bisa bersama, meskipun ujung-ujungnya tetap sakit juga, namun kenikmatan dalam hal tersebut yang jarang sekali aku rasakan, kenikmatan tersebut yang selalu aku cari. Bagiku semua kenikmatan itu adalah kekuatan dan semua rasa sakit itu adalah motivasi. Aku tidak akan pernah enek untuk jatuh cinta atau untuk makan indomie yang sama tiap hari, because for me, if someday I must die, then I want to die in happiness.

Thursday, 27 April 2017

Puzzle


Kuambil sebatang rokok Dunhil yang belakangan ini jadi temanku melalui, mencoba memecahkan setiap teka-teki impedansi ini. Hari ini aku beruntung sekali dosenku sadar sudah aku tunggu di kampus. Selesai sidang dia langsung mengajakku untuk melihat hasil perhitungan manualku. Setelah 1 jam lamanya, ternyata hasil yang kudapatkan sepertinya masih kurang memuaskan, aku masih harus melakukan perbaikan lagi. Lelah rasanya ketika kepala ini terasa stuck seperti ini.

Sepulang dari kampus, langsung kulempar badan ini ke atas kasur, rasanya berat sekali kepala ini, tak heran memang semalam aku baru tidur jam 3 pagi dan bangun jam 7. Semalam aku pergi ke kerep, hanya sedikit berbincang dengan bunda Maria, sebenarnya aku tak tahu aku mau memohon apa, jadi yang kulakukan hanya bersyukur masih bisa datang lagi di tempat itu, bersyukur atas semua pengalaman hidupku yang membawaku hingga hari ini, bersyukur atas kelebihan yang sudah diberikan-Nya padaku hingga saat ini. Lagipula payah sekali rasannya jika setiap ke sana aku hanya memohon, bantuan yang diberikan-Nya padaku sudah lebih dari cukup.

What a though month, tapi aku lupa kalau masalahku ini tidak seberapa dibandingkan permasalahan yang dihadapi orang lain. Masih banyak orang yang sedang mengalami permasalahan dalam hidupnya yang lebih berat dibandingkan diriku, dan mereka tidak mengeluh sama sekali. Ya, aku rasa, pribadiku masih sangat lemah. Aku masih belum terlalu bisa mengontrol perasaanku sendiri, disitulah letak kelemahanku yang paling fatal. Ketika kondisi fisik dan jiwa melemah begitu juga keyakinan dan perasaanku, yang seolah merayuku untuk menyerah saja. Tetapi Tuhan menghadirkan orang-orang yang selalu dapat kupercaya, dan mereka masih sangat yakin aku mampu untuk menyelesaikan ini semua, kenapa aku harus ragu.

Perlahan namun pasti, kubaca semua buku yang selama ini hanya mengisi folder-folder ebook di dalam laptopku, dan ya, semua jawaban yang kuperlukan ada di sana, yang perlu kulakukan saat ini hanya fokus. Aku kembali teringat zamanku maba saat bertemu dengan satpam sipil pak Umar namanya, dia mengingatkanku kalau aku harus belajar untuk fokus, dulu aku hanya menganggapnya sebagai angin lalu saja, namun sekarang aku rasa ucapan beliau sangatlah tepat. Perlahan kutemukan setiap jawaban itu, dan baru kusadari ternyata dosenku yang selama ini selalu kusesalkan ternyata sudah membantuku tanpa aku sadari. Ahh, rasanya ingin memaki diri sendiri, aku melimpahkan semua kekesalanku akan kelemahanku pada orang lain, dan aku sedikit menyesal akan itu semua. Mungkin aku sebaiknya mulai mendengarkan baik-baik apa yang orang harus katakan padaku.

Sikap keras kepala dan egoisku yang membuatku tidak pernah mengakui kelemahan yang sebetulnya selama ini aku menolak untuk menyadarinya. Butuh waktu hampir 6 tahun bagiku untuk menyadari setiap kekurangan dan kelemahanku itu. Ya, mungkin ini memang jalan yang disiapkan-Nya bagiku untuk menempaku menjadi pribadi yang lebih baik lagi. Lucu sekaligus menyedihkan memang jika mengingat banyak sekali aku mengalami kejadian yang sama selama kuliah di Undip ini, tapi sekarang aku sudah mantap untuk memperbaiki itu semua, sedikit terlambat memang, namun itu lebih baik daripada tidak pernah menyadarinya sama sekali.

Aku rasa hanya ini yang ingin kutulis pagi ini, kerjaanku masih belum selesai, dan aku harus mencoba kembali memecahkan teka-teki impedansi ini. Saatnya kembali menghadapi apa yang harus kuselesaikan, semoga saja aku bisa menyelesaikannya sebelum jam setengah 11 nanti. Ditemani lagu dari penyanyi Adhitia Sofyan yang direkomendasikan Tio sepertinya cukup membuatku merasa rileks dalam mengerjakan Tugas akhirku ini.

Tuesday, 25 April 2017

Immortal Knight

Today, I wake up as the light of the sun, touch my skin kindly, giving me some a warm kiss of the morning. I didn't realize that I'm sleep so soundly this night. All I remember, I was back from my long exhausting journey at 20.28, than I'm start take my nap. It was one best sleep I ever had for this past month. I'm feeling so energize today, even that feel still linger a little, but I don't mind it too much. It's like the storm already past me by, and a warm breeze day giving me her nice hug today.

Then I remember, I'm always thinking about my self as a great honorable knight, that made his journey to be a stronger warrior in this vast land, so I can offer my mind and body to a great and beauty princess. That knight always think that the power of man and what his worth of can only be shown when he fight for something what it believe, to protect everything that precious to him. That's why as long as he unable to find that reason to be strong, he would always feel weak.

His long journey was not so easy, he made several princess through his journey. Some are worth and some are not, and every princess that his think was worth his service, was the one who doesn't really need him. So much battle and war he has been through for them, but that all were never really enough for them to see that knight worth. Until someday at some point that knight were tired, he about to giving up, he start to thinking that maybe he really are to weak to be some knight in shinning armor.

So he cursed himself and start lying down his sword, he getting lost in the midst of war within his own mind, until he found himself exhausting in some dessert. He look some oase far in the distance, so he run too it, wash himself clean, feeling the fresh of water raining down his throat. Slowly he gain his self awareness. He took his time, and looking to his own face before the reflecting water.

Slowly the water become calm, and he can see clearly himself naked. He can see all that bruises, all that scar, all that muscle, he can see everything about himself. That made him realize, with all of that bruises and scar yet he still alive. With all the muscle he gain, he can stand strong this day. Yeah, all the experienced of pain, wound, tear, and blood he get until now, was what made he reaching this point, what made he move this far. If some princess unable to acknowledge what kind of knight he really are, doesn't mean he was not worth to be a knight. All that scar and muscle he get was the prove, so he start to wearing back that armor, taking up again his sword. He start walking again to new battleground to find what he need to be found. He swear to himself that it was never his fault neither the princess who rejected his service, so as a knight he will helped anyone in distress who will he meet along his journey to find the princess who worthy of his service.

And I'm always hope that knight will grow even stronger, braver, and more gallantly. Maybe he was bound to walk this way, not to be just some knight who will be gone when they are dead, maybe he really are an Immortal knight who will endlessly trying to find his precious one. Yeah, he was that kind of guys after all, and so do I will not giving up to search for someone who can think of me as a special one. When that time bound to come, I will be her knight in shinning armor, which will endlessly love her reach toward her journey.