Belakangan hari-hariku terasa membosankan. Selepas sidang, revisinya saja gak ada seminggu sudah selesai. Aku bingung mau mengerjakan apa. Dalam hatiku mau ini itu, tetapi belum selesai ngurus penyelesaian laporan. Mau nyari bacaan baru di gramedia, duit lagi di spare buat penjilidan sama daftar wisuda.
Awalnya, selagi menganggur begini, kuputaskan untuk membuat novel lagi, tapi dari kemarin belum ada ide, mau buat novel seperti apa. Mau main basket, lagi pada ujian, mau lari pagi, tidur aja baru jam 12 terus, susah susah. Hingga akhirnya kuputaskan untuk menghentikan satu buah kebiasaan burukku yang selama ngerjain skripsi jadi gak ke kontrol, yaitu merokok.
Kurasa akan cukup sulit untuk langsung berhenti, jadi kuputuskan untuk membatasi, 1-2 batang perhari. Sudah seminggu, cukup sulit memang, beberapa kali batasan tersebut sempat kulanggar. Awalnya sih masih semangat aja, tetapi lama kelamaan, mulut rasanya sepet, gampang ngantuk, mager, sulit mikir, kadang-kadang juga pusing. Parahnya lagi klo pas ada waktu kosong, wah udah itu pikiran kemana-mana gak jelas udah kayak orang depresi. Mirip kayak gejala orang yang kena post power syndrome.
Jadi biasanya orang yang pernah megang sebuah jabatan atau aktif disebuah organisasi ketika mereka berhenti dari rutinitas tersebut. Mereka akan menunjukan gejala perilaku yang lain dari biasanya. Memang gak negatif sih, tapi mungkin bisa dianggap mengganggu bagi beberapa orang. Biasanya orangnya akan jadi sensian / baperan bahkan sampai cemas yang berlebihan ketika seseorang tidak mengindahkan nasihat mereka. Tak jarang juga mereka masih suka mengontrol atau mengatur sesuatu yang sudah bukan ranah mereka lagi.
Dulu aku juga sempat terkena sindrom tersebut, namun efek berhenti merokok ini juga rasanya hampir sama seperti itu. Ya aku yakin dibalik usaha yang sulit ada hasil yang baik pula. Sekarang aku sudah bisa kembali mengontrol semuanya lagi, pikiran, perasaan, dan perbuatan. Aku sudah kembali seperti aku yang dulu. Menemukan kembali kebebasan, untuk mencintai orang yang pantas untuk aku cintai, berteman dengan orang yang memang ingin berteman denganku, orang mau bilang apa juga udah terserah, selama yang aku lakuin itu memang yang buat aku nyaman dan bahagia serta tidak mengganggu hak orang lain.
Perasaan takut akan kehilangan orang-orang yang aku anggap berharga juga sudah tidak ada. Aku yakin jika mereka memang seberharga itu dalam hidupku, sekalipun jarak memisahkan mereka juga akan menganggapku sama berharganya bagi mereka. So, aku rasa aku sudah siap untuk meninggalkan kota ini, mencari petualangan hidup yang baru lagi, bertemu wajah wajah baru, dan belajar lebih banyak lagi.
No comments:
Post a Comment