Monday, 5 June 2017

How to Unlove your feeling?

Jadi, selama ini aku selalu merasa, kalau perasaanku kacau karena permasalahanku dengan Tugas Akhirku. Well, sudah hampir seminggu, aku dinyatakan lulus dari ruang sidang selasa kemarin, tapi mengapa rasa ini masih ada? Apa mungkin aku coba ke psikoterapis? Mesti bayarnya mahal. Mereka bilang memang gak gampang, dan butuh waktu. Cuma klo perasaan ini tiba-tiba datang seperti hari minggu kemarin, itu jadi permasalahan sendiri.

Awalnya karena aku sadari rasa ini muncul lagi, aku memutuskan untuk gereja Banyumanik, sampai tiba-tiba aku melihat jadwal MotoGP sore itu jam 7. Pikirku kalau aku ke gereja Banyumanik, aku gak bakalan sempat liat MotoGP, tapi klo ke gereja Karangpanas, aku pasti bakal ketemu pengurus PRMK FT yang udah pasti juga ada Maria. Mungkin klo ketemu aja gak masalah kali ya, tapi klo sampe harus tahu dia ke gereja sama cowok lain, meskipun aku bukan cowoknya, perasaanku pasti bakalan kacau deh.

Setelah kupertimbangkan matang-matang, aku akhirnya memutuskan untuk tetap ke Karangpanas, karena bagaimanapun aku lebih kepingin nonton MotoGP, sambil berusaha mengalihkan pikiranku ke hal-hal lain. Sesampainya di gereja, seperti biasa, aku duduk di bangku yang biasanya aku singgahi, kondisi masih sepi, karena aku sepertinya berangkat terlalu cepat, awalnya aku berniat menghindari kemungkinan macet, tetapi jalanan masih sepi. Pikirku dari bangku ini, aku tak akan mungkin mengetahui kedatangan pengurus PRMK FT, apalagi prediksiku pengurus PRMK FT paling terlambat. Namun sepertinya Tuhan berkehendak lain, saat salam damai, aku melihat barisan pengurus PRMK FT duduk di tengah, yah dan dia ada di sana, damn pikirku.

Hatiku sedih, hatiku gundah, hatiku bertanya, hatiku curiga, mengapa aku seperti ini Tuhan, jauhkan aku dari segala prasangka, bantulah aku melihat segalanya lebih dekat, dan buatlah aku lebih bijaksana. Itu yang aku harapkan saat itu, namun aku tak bisa. Akhirnya daripada-daripada, aku memutuskan setelah gereja selesai, aku pergi melalui pintu samping dan langsung menuju parkiran. Aku pikir juga, salamku kepengurus sudah kutitipkan ke Christin, jadi ya it's not a big deal.

Selama perjalanan kembali ke kos aku berpikir lagi, aku jadi teringat pertanyaan Maria waktu ke Kerep, dan sepertinya kesalahanku saat itu adalah aku berkata seperti itu. Ya alasanku waktu itu aktif lagi di PRMK juga karena memang aku pingin deketin dia, tapi aku menjawab hal lain yang klise. Sekarang statusku juga sudah bukan mahasiswa lagipula alasan terakhirku untuk tetap ada di PRMK juga sudah tidak ada. Aku jadi teringat perkataanku sendiri saat awal kepengurusan 2014, PRMK yang aku kenal sudah lama mati. AD ART yang klo di negara itu ibarat Pancasila saja sudah dirubah, rumahku itu memang sudah hilang, itu juga yang jadi alasan kenapa sekarang aku klo ikut acara PRMK harus ada temanku, karena mereka merupakan bagian dari rumah yang sudah hilang itu. Aku sudah memutuskan untuk tidak terlibat dalam segala permasalahannya, klo memang ada yang ditanya ya jawab sesuai yang ditanya saja, mau disuruh nyari jawaban sendiri juga udah pada males.

Yeah, 23 years old, and still don't know how to deal this kind of feeling, sometimes back in the head of my mind, I regret to be back again that's time, and I didn't come just by myself, I dragged along all of my friend back into it. I feel sorry toward them, to be dragged to my mess, and eventually they already back to the place they used to be, so do I. Maybe avoiding some of PRMK event at least if there is no one asked me to come personally, will help me to undo this feeling. It's may take sometimes, but seriously I don't know the best way to deal with it.

No comments:

Post a Comment