Thursday, 5 November 2015

354 Hari Menuju Wisuda

5 November, Mengawali hari ini dengan menemani tim malam puncak untuk melakukan simulasi. Aku,  Chris,  dan Arda mencoba mencari tahu tentang sejauh mana pencapaian yang telah dilakukan oleh tim malam puncak. Meskipun agak sulit sebenarnya tim ini sudah mempunyai suatu pegangan tentang tujuan apa yang ingin dicapai oleh tim pada acara malam puncak tersebut. Setelah agak berputar-putar sedikit akhirnya tim malam puncak saat itu sudah mengetahui step apa saja yang perlu dilakukan, hingga akhirnya dimulailah simulasi tersebut. Simulasi yang kasar ini memang belum memberikan hasil yang semestinya tapi paling tidak kami ingin menanamkan bahwa simulasi itu suatu hal yang sangat penting, selain paling tidak menambah sedikit jam terbang juga, membuat mereka dapat melihat gambaran apa yang selama ini miss dari pembahasaan yang mereka lakukan saat ini. Simulasi berlangsung hingga pukul 5 pagi, karena kondisi juga sudah kelelahan maka simulasi dihentikan. Aku memang pernah berkata, untuk tidak terlalu terlibat dalam permasalahan kepengurusan, tapi melihat yang kau sayangi dalam kondisi seperti itu, aku tidak cukup tega untuk memalingkan wajahku, mengingat waktu yang sangat mepet dengan kondisi seperti ini seseolah memaksaku untuk menolong mereka meskipun mereka tidak memintanya.

Sepulang dari sana akupun langsung terlelap di kasurku. Belum lama aku memejamkan mata, ibuku meneleponku untuk memberitahuku bahwa beliau dan bapak mau ke semarang. Cukup mengejutkan memang, sesaat otakku berpikir keras, ditengah rasa kantuk dan lelah, aku dibingungkan masalah seperti ini. Di satu sisi aku sudah berjanji dengan teman-temanku untuk datang retret, di sisi lain akupun sangat rindu dengan kedua orang tuaku. Tapi karena aku sudah berjanji dan lelaki harus memegang janjinya, akupun memilih untuk tetap datang retret. Untunglah ibuku memahaminya, namun mungkin ibuku merasa ada yang aneh dengan diriku dia bertanya, kenapa jam segini baru bangun dan suaraku terdengar parau, aku tak dapat menceritakan yang sebenarnya pada beliau, karena aku tak mau membuatnya cemas, aku hanya menjawab jika sedang kena gejala flu saja. Beliaupun memberiku masukan untuk tetap jaga kondisi, setelah selesai akupun lanjut tidur lagi. Belum lama aku tertidur lampu mati, dan aku sangat tidak bisa tidur dalam keadaan panas. Akhirnya aku terpaksa mengampus dalam keadaan setengah sadar. Sepulang kuliah aku lanjut ke bawah ke Roemani untuk mengecek persewaan mobil di sana. Namun sesampainya di sana ternyata tempatnya tutup.

Kembali ke atas, aku mampir sebentar di beskem, setelah puas bermain gitar aku kembali ke sanggar. Rasa kantuk yang kuat membuatku tertidur. Namun aku terbangun saat Chris datang untuk menumpang menitipkan mobil, karena di beskem parkirannya sudah penuh. Lalu saat aku melihat tab ternyata ada kabar gembira hadir, ternyata Tawang mau meminjamkan mobilnya. Beruntunglah kami tidak jadi menyewa. Ketika agak sedikit malam aku kelaparan, aku pergi ke burjo, dan tiba-tiba saja hujan turun cukup deras. Hujan yang sudah lama tidak kurasakan akhirnya malam ini turun untuk pertama kali. Aku jadi semakin khawatir dengan anak-anak pengurus retret. Semoga saja hujan ini adalah sebuah pertanda baik.

No comments:

Post a Comment