Monday, 9 November 2015

352 Hari Menuju Wisuda

7 November, Pukul 12 malam aku dan arda pergi ke tempat retret di pemandian air panas Greenland gonoharjo. Karena jalanan sepi, hanya butuh waktu setengah jam saja, bahkan selama perjalanan aku bermain satu game duel otak. Setibanya di sana aku melihat panitia sedang mengadakan evaluasi hari pertama.

Sembari duduk di pondokan, aku dan arda bercerita-cerita seputar zaman follow up dulu, mengenang masa-masa mengerikan dulu 😂. Bagaimana tidak mengerikan, tenda kebanjiran karena hujan lebat, hanya pos ronda yang bisa dipakai sebagai tempat berteduh. Dibandingkan situasi saat itu, keadaan hari ini jauh lebih baik. Namun malam pertamaku disini tidak begitu menyenangkan, karena sepertinya perutku sedikit sensitif dengan udara dinginnya, malam panjangpun kulewati dengan menghabiskan waktu di kamar mandi.

Pagipun tiba, aku bersama arda turun ke bawah untuk menjemput teman-teman kami di banyumanik. Kita sudah janjian untuk berkumpul di rumah Ilga. Sesampainya di rumah ilga, sembari menunggu yang lain datang, aku dan Arda memutuskan untuk kembali ke sanggar untuk mandi dan mengambil tas yang kutinggalkan karena khawatir kehujanan kemarin. Setelah kumpul semua akhirnya kamipun berangkat, dalam perjalanan terjadi kejadian unik di mana kami kebingungan mencari pembuka tanki mobil ertiga. Setelah menelepon pundhi akhirnya kami menemukannya.

Sampai di sana, ternyata outbound belum mulai, setelah sarapan dulu, kami pun bergerak untuk menyaksikan outboundnya. Ada satu game yaitu spider web di mana aku ditumbalkan anak-anak alumni untuk lagi-lagi bermain spider web. Dengan susah payah ternyata mereka berhasil melewatkanku dari jaring. Setelah itu kamipun membuat pos bayangan, gamenya kami buat berbeda-beda. Sampai pada tim terakhir kami kerjain dengan menutup mata dan meninggalkan mereka. Lalu hujan pun turun, lalu kami semua pun berlari, namun saat kulihat sepertinya rombonganku ada kurang, aku sedikit melambat untuk mencari tahu siapa yang tertinggal, ternyata ada Ilga dan susan di belakangku, kuputuskan untuk berjalan pelan-pelan saja di depan mereka, karena sepertinya mereka sedang mengobrol, aku tak mau mengganggu obrolan mereka. Tapi  saat kulihat ke depan, sudah tak ada siapa-siapa lagi, tiba-tiba perasaan ditinggalkan itu datang lagi, beruntunglah saat itu hujan, aku mencoba mengingatkanku diriku untuk tetap kuat dan menjalaninya sampai akhir. Hingga akhirnya jalanan menjadi rame karena bertemu dengan rombongan peserta dan panitia, tapi tetap saja itu tak mengubah sepiku.

Setelah tiba di cottage aku memutuskan untuk duduk di selasar, Mencoba menikmati udara sendu sore itu. Aku menyaksikan dengan iri betapa bahagianya wajah-wajah maba itu, menjalani semuanya dengan santai tanpa memikirkan suatu apapun. Aku mengingat lagi diriku yang lama, yang gak berprasaan, hanya mengejar target dan keuntungan diri sendiri. Apakah jika aku tetap menjadi seperti itu hidupku akan lebih baik? Aku tahu menyesal tidak akan menyelasaikan apapun. Beruntunglah chris, acan dan tito menyadarkanku dari pemikiran tersebut, dengan mengajakku berendam air panas. Aku lupa tujuan awalku kemari untuk menikmatinya dengan bahagia. Belum juga kami mulai berendam, Johan memberitahuku bahwa ada sesi temu alumni jam 5 sore. Akupun bergegas memberitahu yang lain, dan segera berendam.

Akhirnya tiba giliran kami untuk mengisi acara temu alumni. Acara kami buka dengan game as i walk. Dilanjut perkenalan tiap alumni yang datang, meskipun aku sendiri belum merasa begitu pantas disebut alumni. Lalu sesi pun silanjut dengan sedikit membagi cerita selama kepengurusan. Acarapun dilanjut dengan makan malam bersama. Di sana aku dan tito berkenalan dengan Eva anak arsitektur yang ternyata teman smpnya tawang dan david. Selepas makan acara dilanjut pensi, namun karena sudah lelah aku memutuskan tidur di kamar.

Malam puncakpun tiba, aku dan kawan-kawanku menyaksikan acara tersebut dari belakang lingkaran. Dibuka dengan game as i walk, dilanjutkan dengan penanaman nilai kebersamaan dalam prmk. Beruntunglah malam itu tidak hujan, untuk ukuran mereka - tim malam puncak- yang kurang matang, pembawaan mereka di tengah cukup baik. Banyak sekali peserta yang cukup aktif dalam malam puncak itu, ada Titian, Ingrid, Bram, Feranda, dan masih ada beberapa lagi yang aku sedikit lupa namanya. Setelah malam puncak acara dilanjutkan dengan pembasuhan kaki.

Ini adalah pembasuhan kaki pertamaku, tiba-tiba aku teringat saat aku maba yang membasuhku dulu adalah martin. Ternyata membasuh kaki tidak semudah yang terlihat, awalnya aku sedikit gemetar dan bingung harus melakukan apa. Pada akhirnya aku terbiasa juga, ada sedikit rasa sedih, karena ini adalah retret terakhirku sebagai mahasiswa, dan aku takut sekali untuk meninggalkan tempat ini, aku khawatir jika aku harus meninggalkan mereka. Setelah pembasuhan beberapa dari kami ada yang pergi mencari makan, dan ada yang langsung tidur. Akupun setelah makan langsung tidur di aula.

No comments:

Post a Comment