Pagi yang dingin dan sepi, cocok sekali untuk menulis lagi, pikirku. Setelah selesai mempelajari hal-hal yang akan disidangkan nanti, aku pun mulai menulis lagi di blog ini. Banyak sekali hal-hal keren yang terjadi selama setahun ini. Sepertinya aku tidak akan menyesali tahun 2013 ini.
Selama 1 tahun kepengurusan sebagai sosok kakak dalam sebuah kepengurusan, ternyata tidaklah mudah. Bagaimana harus merangkul adik-adik untuk sama-sama berjuang menjalani kepengurusan ini, menjaga semangat, dan menjadi tempat untuk bertanya tentang berbagai hal. Terkadang aku sendiri merasa kalau aku ini kurang begitu mengerti tentang hal-hal tersebut. Karena itu selama satu tahun ini aku juga tetap terus belajar. Bahkan terkadang mereka yang seharusnya kubimbing malah berbalik membimbingku, tapi itu tak masalah itu artinya mereka sudah berkembang lebih baik dari diriku.
Mengawali tahun 2013 dengan sebuah kegiatan yang tidak biasa, yaitu naik gunung, ternyata memberikanku banyak pengalaman berharga. Menjalani kepengurusan tahun ini pun tidak biasa, tidak seperti tahun-tahun sebelumnya, agenda begitu padat setelah retret. Mengadakan baksos di panti asuhan, mengingatkanku betapa beruntungnya diriku dibandingkan mereka, tetapi tak kulihat wajah-wajah sedih dari anak-anak kecil tersebut, aku merasa malu pada diriku sendiri yang selalu merasa tidak puas akan apa yang tidak aku miliki, dan tidak pernah bersyukur dengan apa yang sudah kumiliki. Bahkan saking "nganggurnya" kepengurusan tahun ini aku menyempatkan diri membuat sesuatu yang awalnya iseng-iseng aja, karena tiap malam aku selalu nggalau dikosan sambil dengerin radio. Kenapa gak aku bagikan kegalauanku dengan yang lain, searching-searching, belajar-belajar, akhirnya aku berhasil membuat sebuah radio streaming pertama PRMK-FT Undip. Awalnya aku khawatir bagaimana kelanjutannya, tapi orang-orang tua itu terus mendukungku, untuk mencobanya, kekhawatiran akan tidak adanya yang mendengarkan, siapa penyiarnyapun seketika sirna. Akhirnya siaran radio pertama PRMK-FT Undip pun berhasil disiarkan. Respon dan tingkat antusias yang tinggi membuatku bersemangat, namun beberapa kendala dan masalah masih banyak terjadi sampai sekarang, sementara masalah itu masih diluar jangkauanku saat ini, tapi aku tak berhenti begitu saja, trial dan error masih terus kulakukan sampai saat ini, apalagi selama dia selalu meminta untuk bersiaran memang tak pernah bisa kutolak.
Tak terasa 2013 pun datang dalam keluarga kecil ini, entah apa yang salah, tapi aku merasa kalau keluarga ini kurang antusias dalam menyambut mereka. Hal ini tercermin dari bagaimana retert kemarin berjalan, dan tapi untunglah setelah retret menyadarkan kami semua, sekarang aku melihat sudah banyak yang menyambut mereka dengan banyak cara. Porseni dan Kumbajamba untuk pertama kalinya aku melihat PRMK-FT tampil bermain band, dan drama, hal yang sudah aku mimpikan saat pertama kali mengenal PRMK-FT pun kesampaian. Bermain basket melawan PRMK Hukum meskipun akhirnya kalah, aku tetap senang meskipun tidak puas karena aku merasa aku belum memberikan semuanya saat bertanding.
Sekarang beskem tak lagi sepi, mulai banyak wajah-wajah baru yang senang bermain kemari, ada Nino, Johan, Bella, David kecil, William, dan masih banyak lagi. Aku melihat wajah-wajah baru yang aku yakin akan membawa perubahan di tempat ini. Mereka adalah telur-telur emas, yang jika dibimbing dengan tepat mereka akan lebih hebat dari saat ini. Melihat semangat mereka yang tak kenal lelah mengurusi Follow Up seakan mengingatkanku, kalau aku juga gak boleh kalah, hanya karena masalah dia sepertinya sudah menentukan di mana dia akan meletakan hatinya akan mematahkan semangatkanku, pahit memang bagaimana kehidupan di beskem tak ku sangka akan sepahit ini, tapi itu tak masalah lagi buatku karena itu memang keputusannya, dan aku juga tak mau jadi seperti teman kamar sebelahku Yuke Maestro yang karena masalah seperti aku tadi saja tiba-tiba dia berubah menjadi Yuke yang gak kukenal lagi, seolah dia menyerah akan semuanya, bukan Yuke yang jalan-jalan ke Yogya bareng, bukan Yuke yang selalu berkata ingin menjadi lebih baik dari 2011 lagi.
Memang tidak mudah menjalani tahun ini, selain agenda PRMK-FT sendiri banyak juga agenda luar yang kujalani, mulai dari Kokerma, Elektro, semuanya mengadakan event besar bahkan di acara Temu Alumni elektro akhirnya aku bisa merealisasikan mimpiku untuk bisa dateng ke Lustrum bersama-sama, dan mimpiku selanjutnya adalah hadir dilustrum berikutnya dengan menyandang gelar yang sama :D, syukurlah sekarang semua sudah selesai, dan sepertinya aku pun harus menyudahi perasaanku padanya, aku sepertinya akan mengistirahatkan hatiku ini untuk waktu yang tak ku ketahui dan menyimpannya disebuah tempat yang jauh sekali, karena aku sudah lelah dengan semuanya, dan aku mungkin butuh waktu lama untuk benar-benar bisa melupakannya, bukan aku menyerah akan cinta, atau tidak percaya akannya, mungkin jika suatu saat akhirnya ada wanita yang berhasil menemukannya lagi dan meyakinkanku bahwa cinta itu nyata, aku tak akan pernah membuatnya sedih, hingga saat itu tiba, aku akan mempersiapkan segalanya, aku membuat diriku jauh lebih baik dari saat ini. 2013 -end-
Karena hidup ini terlalu panjang untuk tidak kita abadikan, aku menulis untuk membuat semua kenangan hidup ini terukir jelas, semuanya kutulis berdasarkan hati yang tulus.
Sunday, 22 December 2013
Sunday, 10 November 2013
Sedikit Pemikiran di pagi hari
Sebuah pagi yang sendu, kutermenung di halaman belakang kosku dengan segelas kopi hangat di tangan. Sejenak kucoba untuk menikmati hembusan udara pagi yang masih sangat segar. Seolah merefresh kembali pikiranku yang semalam berkecamuk bak badai.
Aku selalu berpikir terkadang mengalah itu diperlukan, biarpun akhirnya pasti aku yang kan terluka. Tapi untukku rasa itu sudah seperti sarapan sehari-hari bagiku, jadi tak ada salahnya. Yah, bukankah aku sendiri yang bilang untuk tak memikirkannya lagi.
Aku selalu menganggap tempat ini merupakan tempat yang tidak biasa. Tempat ini yang memberitahuku bahwa semuanya lebih mudah jika dikerjakan bersama. Aku yang selalu menganggap bekerja sendirian itu mengasyikan entah mengapa menjadi tertarik dengan tempat ini. Bagaimana mereka menyambutku, menggenggam tangan ini dengan erat seolah tak ingin kehilangan.
Mereka yang mengenalkanku dengan semua teman-teman sebayaku. Menjalani hari-hari bersama, dan menyelamatkanku dari neraka kesepian. Hingga tak sengaja perasaan cinta tumbuh dalam hatiku. Mungkin karena ini perasaan yang baru dalam diriku, aku tak pernah tahu bagaimana harus menghadapinya. Yang bisa kulakukan hanya membuatnya tersenyum. Dia tipe orang yang mudah bergaul dengan orang lain, terkadang aku memang iri jika melihat ada cowok lain yang bisa sedekat itu dengannya, tapi ya sudahlah akupun tak pandai bergaul, lagipula aku masih ingin keluarga ini menjadi sebuah tempat yang hangat bagi semuanya, jadi aku pasrahkan perasaanku pada keadaan.
Tapi entah mengapa belakangan keluarga ini sudah bukan keluarga yang dulu kukenal lagi. Semua seperti berjalan sendiri-sendiri, aku jadi merasa apa bedanya ini dengan keadaanku yang dulu saat masih sendirian. Entah karena ego kami masing-masing yang masih tinggi atau kurangnya rasa memiliki akan keluarga ini. Saat ini telur-telur emas lahir di keluarga ini, dan terkadang aku sedih bagaimana dinginnya keluarga ini menyambut kelahiran mereka ke dalam keluarga ini, bagaimana masih sedikitnya perasaan peduli akan kehadiran mereka diantara kami.
Entah apa yang harus kulakukan, aku cuma orang bodoh yang tak mengerti apapun. Sudah banyak buku tentang bersosialisasi dan bergaul kubaca tapi hasilnya aku tetap tak bisa banyak berkata jika didepan mereka yang baru itu. Aku ingin sekali seperti mereka para seniorku seperti dia yang sepertinya mudah sekali bergaul dengan orang-orang baru. Kemana hilangnya tempat yang kukenal dulu ini, aku rindu akan rumahku yang lama.
Tuesday, 5 November 2013
PRMK-FT UNDIP PEWARTAAN "HORE" 2012
Gimana mulai ceritanya ya, hmm...
Pokoknya aku daftar itu liturgi sama minat dan bakat, tapi ternyata aku dimintai tolong untuk masuk pewartaan sama mas Tio, ya apa boleh buat tak terima aja. Awalnya sih bingung pewartaan isinya siapa aja, aku bakalan bisa kerja sama atau gak -galau abis deh pokoknya-. Terus aku tau kalau bakal ada Christoper, Alan, sama Tito dari Follow Up, aku agak santai. Terus aku inget jarkom pertama dari mas Yohan dan mbak Ika, bunyinya gini nih -kalau gak salah- "Selamat ya, kalian terpilih sebagai skuad pewartaan, hari -lupa- kita ada rapat perdana nih, siapkan ide kreatif kalian ya.", denger jarkomnya kayak gitu, aku mikir ini bidang pasti isinya malah orang-orang yang harus kreatif.
Karena penasaran dengan kabidku seperti apa bentuknya, aku searching tuh di FB. Pertama yang aku cari itu mbak Ika, pas liat fotonya, owh cewek ternyata oke lah, tapi begitu buka mas Yohan, terlihat wajah menyeramkan seperti preman dengan rambut panjangnya. Shit, serem men orangnya.
Di hari yang dijanjikan aku sms Tito, bertanya apakah dia sudah sampai di beskem atau tidak. Setelah tahu Tito sudah tiba di beskem, aku datang bermodalkan badan dan jiwa tanpa pikiran. Sampainya di sana aku ingat bagaimana sambutan orang tua -Tio- dengan heboh menyambutku dan memberi tahu kalau lagi pada ngumpul dikamarnya Christoper, tapi karena belum mulai aku cuma duduk di ruang tengah. Beberapa wajah yang asing datang dan beberapa kukenal. Rapat perdana klo gak salah ingat itu, perkenalan, pembahasan proker sama pembagian pj. Aku lupa ngapain aja di rapat itu, siapa aja yang hadir juga agak lupa yang jelas aku ditunjuk jadi PJ socmed.
Flash forward, akan diadakan Raker PRMK FT Undip 1 minggu tepat setelah follow up. Karena tau acaranya di Gua Maria Rosa Mystica Tuntang, aku memutuskan untuk berangkat dari Salatiga. Akan tetapi karena mungkin motorku kelelahan akibat follow up belum hilang, motorku ngadat-ngadat. Akhirnya aku terpaksa berhenti di perjalan dan kembali ke rumah, lalu aku memutuskan untuk beralih menggunakan transportasi umum. Sampainya di terminal tuntang, aku meghubungi orang-orang di tkp untuk menjemputku tapi ternyata semua malah tampak bingung. Dari suaranya Tio mencoba menyanggupi hingga tak lama berselang aku melihat mbak gori dengan pick up mas martin lewat di depanku. Spontan aku pun berteriak dan mengejar mereka. Bersama mbak gori mas martin dan mas vincent -the animal-. Aku pergi ke tempat raker.
Setibanya di sana suasana sudah sangat ramai, orang bergeletakan tak beraturan, gaduh tak tentu, dengan meraba-raba aku melongok ke sana kemari mencari-cari sesuatu yang sedang kucari. Dan terlihat di sana di pojokan teman-temanku Kecap dan Risang berada, aku menghampiri mereka. Setelah cuaca agak malam, kami semua disuruh berkumpul perbidang, Mungkin karena gak banyak yang kulakukan di acara itu, aku sendiri jadi lupa ngapain aja. Yang jelas sebelum rapat hari pertama selesai aku sudah tergeletak tak bernyawa.
Yak setelah lama aku vakum menulis, karena ingatan yang mulai terbatas. Jadi aku tak begitu banyak ingat apa saja yang sudah kulakukan. Tapi yang jelas kita langsung ke main storynya aja. Well, setelah raker resmilah saya sebagai pengurus aktif baru. Sebagai staff pewartaan aku merasa job yang harus kukerjakan terhitung mudah. Menjarkom via sosmed dan memback up data di forum. Owh ya awalnya aku bukan admin forum, aku hanya moderator biasa. Lalu seiring berjalannya waktu, aku jadi semakin akrab dengan orang-orang seperti om valz, dia yang selalu memberitahukanku betapa pentingnya sebuah forum. Yah aku dulu sempat merasa forum itu memang sarana yang mengasyikan untuk beropini.
Selama perjalanan kepengurusan itu aku memang lebih banyak gabutnya, proker pertama aja aku lupa apaan -_-, yang jelas sampe sebelum retret gw itu the lost boy. Artikel pertamaku tentang forum, aku cuma modal copas dari artikel yang lama. Sumber tenagaku mungkin baru lumayan kugunakan saat retret membuat bagian sponsorship yang bikin harus bolak-balik sana-sini.
Di sini rasanya kayak keluarga, setiap rapat kapan pewartaan pernah sepi, liat aja orang-orangnya ada Chris yang katanya sering nyebelin tapi karismanya gak ada yang ngalahin, ada Tinus yang guyonannya gak pernah garing, ada Tito yang pesonanya ke mana-mana, ada Fany yang punya sejuta mulut mungkin yang gak pernah bisa diem, Hayu cewek yang paling kalem bikin dia jadi bullyable, Ilga cewek coret yang galaknya setengah mampus tapi baiknya setengah mampus juga tangguh sampe kayaknya klo disuruh adu panco kalah gw, Alan cowo arsi melankolis yang selalu ingin tahu, klo masalah design dia masternya, Dodi ahli IT kita orangnya tenang idenya selalu menarik saat yang lain sedang buntu, lalu ada om bowo dan om prima duo om-om maco yang selalu menjadi penenang setiap ada masalah, dan tangan mereka cukup handal untuk memainkan kamera, pokoknya gak akan pernah ada cewek manis yang lepas dari jepretan mereka, 0o.. And the last.. Of course duo kabid tercinta kami, Yohid dan Ikalay, duo kabid ini klo kata yang lain sih kabid tergabut sepanjang kepengurusannya Tio, wahh masa sih?? Iya isunya karena mereka mempunyai skuad2 yang mumpuni dan handal.. Hahaha, tapi bagiku mereka gak gabut kok, mereka kabid terbaik yang pernah aku rasakan, mungkin mereka memang terlihat seperti itu diluar, tapi aku ingat sekali bagaimana mereka pedulinya pada diriku yang selalu menghilang ini, "I love you full guys!!!" Bayangin aja pewartaan selalu rapat dengan kehadiran hampir sempurna, gak mudah lho untuk mencapai hasil seperti itu. Dan sekarang aku sadar sebenarnya orang-orang seperti merekalah yang dicari-cari prmk saat ini, aku tak begitu banyak melihat kabid-kabid seperti mereka dikepengurusan Chris dan Tommy.
Seperti kebanyakan orang yang lama bareng perasaan suka sama satu anggota pasti ada. Ya akupun sempat mengalaminya, aku sempat tertarik dengan cewek coret itu, entah mengapa rasa itu tiba-tiba muncul karena sepertinya aku melihat hal lain dibalik tampilannya yang luar biasa aneh itu. Aku sempat merasakan yang namanya pwemuja rahasia, hahaha, rasanya jadi pingin ketawa sendiri klo ingat masa-masa itu. Yah meskipun pada akhirnya ditolak juga, tapi... Gw gak habis pikir kalo gw ternyata bisa nembak cewek juga, apa yang gw pikirin ya waktu itu, hahaha. Syukurlah berkat itu semua perasaan yang terpendam keluar juga, ibarat orang kebelet ngising akhirnya plong. Setidaknya hubungan kami sebagai teman tidak rusak karena hal tersebut.
Oke balik tu main topik. Hmm benernya topik apalagi ya, owh ya setelah retret itu ada buletin terakhir, nah ini ibarat gw bayar kegabutan gw selama ini. Bareng Chris dan Alan kita bertiga begadang semalam suntuk untuk mengejar garis kematian. Keteledoranku keluar juga deh, slah motong cover yang harusnya cuma dipotong jadi dua piece malah jadi empat piece -_-.. Tapi untunglah semuanya kelar pada waktunya. Hadiah gantungan kuncipun menjadi kenang-kenangan karya terakhirku bersama tim pewartaan. Bersama mereka aku belajar banyak hal, memahami arti sebuah kebersamaan, dan kerja sama tim, buatku cuma ada satu Pewartaan "Pewartaan Hore".
(-end)
Pokoknya aku daftar itu liturgi sama minat dan bakat, tapi ternyata aku dimintai tolong untuk masuk pewartaan sama mas Tio, ya apa boleh buat tak terima aja. Awalnya sih bingung pewartaan isinya siapa aja, aku bakalan bisa kerja sama atau gak -galau abis deh pokoknya-. Terus aku tau kalau bakal ada Christoper, Alan, sama Tito dari Follow Up, aku agak santai. Terus aku inget jarkom pertama dari mas Yohan dan mbak Ika, bunyinya gini nih -kalau gak salah- "Selamat ya, kalian terpilih sebagai skuad pewartaan, hari -lupa- kita ada rapat perdana nih, siapkan ide kreatif kalian ya.", denger jarkomnya kayak gitu, aku mikir ini bidang pasti isinya malah orang-orang yang harus kreatif.
Karena penasaran dengan kabidku seperti apa bentuknya, aku searching tuh di FB. Pertama yang aku cari itu mbak Ika, pas liat fotonya, owh cewek ternyata oke lah, tapi begitu buka mas Yohan, terlihat wajah menyeramkan seperti preman dengan rambut panjangnya. Shit, serem men orangnya.
Di hari yang dijanjikan aku sms Tito, bertanya apakah dia sudah sampai di beskem atau tidak. Setelah tahu Tito sudah tiba di beskem, aku datang bermodalkan badan dan jiwa tanpa pikiran. Sampainya di sana aku ingat bagaimana sambutan orang tua -Tio- dengan heboh menyambutku dan memberi tahu kalau lagi pada ngumpul dikamarnya Christoper, tapi karena belum mulai aku cuma duduk di ruang tengah. Beberapa wajah yang asing datang dan beberapa kukenal. Rapat perdana klo gak salah ingat itu, perkenalan, pembahasan proker sama pembagian pj. Aku lupa ngapain aja di rapat itu, siapa aja yang hadir juga agak lupa yang jelas aku ditunjuk jadi PJ socmed.
Flash forward, akan diadakan Raker PRMK FT Undip 1 minggu tepat setelah follow up. Karena tau acaranya di Gua Maria Rosa Mystica Tuntang, aku memutuskan untuk berangkat dari Salatiga. Akan tetapi karena mungkin motorku kelelahan akibat follow up belum hilang, motorku ngadat-ngadat. Akhirnya aku terpaksa berhenti di perjalan dan kembali ke rumah, lalu aku memutuskan untuk beralih menggunakan transportasi umum. Sampainya di terminal tuntang, aku meghubungi orang-orang di tkp untuk menjemputku tapi ternyata semua malah tampak bingung. Dari suaranya Tio mencoba menyanggupi hingga tak lama berselang aku melihat mbak gori dengan pick up mas martin lewat di depanku. Spontan aku pun berteriak dan mengejar mereka. Bersama mbak gori mas martin dan mas vincent -the animal-. Aku pergi ke tempat raker.
Setibanya di sana suasana sudah sangat ramai, orang bergeletakan tak beraturan, gaduh tak tentu, dengan meraba-raba aku melongok ke sana kemari mencari-cari sesuatu yang sedang kucari. Dan terlihat di sana di pojokan teman-temanku Kecap dan Risang berada, aku menghampiri mereka. Setelah cuaca agak malam, kami semua disuruh berkumpul perbidang, Mungkin karena gak banyak yang kulakukan di acara itu, aku sendiri jadi lupa ngapain aja. Yang jelas sebelum rapat hari pertama selesai aku sudah tergeletak tak bernyawa.
Yak setelah lama aku vakum menulis, karena ingatan yang mulai terbatas. Jadi aku tak begitu banyak ingat apa saja yang sudah kulakukan. Tapi yang jelas kita langsung ke main storynya aja. Well, setelah raker resmilah saya sebagai pengurus aktif baru. Sebagai staff pewartaan aku merasa job yang harus kukerjakan terhitung mudah. Menjarkom via sosmed dan memback up data di forum. Owh ya awalnya aku bukan admin forum, aku hanya moderator biasa. Lalu seiring berjalannya waktu, aku jadi semakin akrab dengan orang-orang seperti om valz, dia yang selalu memberitahukanku betapa pentingnya sebuah forum. Yah aku dulu sempat merasa forum itu memang sarana yang mengasyikan untuk beropini.
Selama perjalanan kepengurusan itu aku memang lebih banyak gabutnya, proker pertama aja aku lupa apaan -_-, yang jelas sampe sebelum retret gw itu the lost boy. Artikel pertamaku tentang forum, aku cuma modal copas dari artikel yang lama. Sumber tenagaku mungkin baru lumayan kugunakan saat retret membuat bagian sponsorship yang bikin harus bolak-balik sana-sini.
Di sini rasanya kayak keluarga, setiap rapat kapan pewartaan pernah sepi, liat aja orang-orangnya ada Chris yang katanya sering nyebelin tapi karismanya gak ada yang ngalahin, ada Tinus yang guyonannya gak pernah garing, ada Tito yang pesonanya ke mana-mana, ada Fany yang punya sejuta mulut mungkin yang gak pernah bisa diem, Hayu cewek yang paling kalem bikin dia jadi bullyable, Ilga cewek coret yang galaknya setengah mampus tapi baiknya setengah mampus juga tangguh sampe kayaknya klo disuruh adu panco kalah gw, Alan cowo arsi melankolis yang selalu ingin tahu, klo masalah design dia masternya, Dodi ahli IT kita orangnya tenang idenya selalu menarik saat yang lain sedang buntu, lalu ada om bowo dan om prima duo om-om maco yang selalu menjadi penenang setiap ada masalah, dan tangan mereka cukup handal untuk memainkan kamera, pokoknya gak akan pernah ada cewek manis yang lepas dari jepretan mereka, 0o.. And the last.. Of course duo kabid tercinta kami, Yohid dan Ikalay, duo kabid ini klo kata yang lain sih kabid tergabut sepanjang kepengurusannya Tio, wahh masa sih?? Iya isunya karena mereka mempunyai skuad2 yang mumpuni dan handal.. Hahaha, tapi bagiku mereka gak gabut kok, mereka kabid terbaik yang pernah aku rasakan, mungkin mereka memang terlihat seperti itu diluar, tapi aku ingat sekali bagaimana mereka pedulinya pada diriku yang selalu menghilang ini, "I love you full guys!!!" Bayangin aja pewartaan selalu rapat dengan kehadiran hampir sempurna, gak mudah lho untuk mencapai hasil seperti itu. Dan sekarang aku sadar sebenarnya orang-orang seperti merekalah yang dicari-cari prmk saat ini, aku tak begitu banyak melihat kabid-kabid seperti mereka dikepengurusan Chris dan Tommy.
Seperti kebanyakan orang yang lama bareng perasaan suka sama satu anggota pasti ada. Ya akupun sempat mengalaminya, aku sempat tertarik dengan cewek coret itu, entah mengapa rasa itu tiba-tiba muncul karena sepertinya aku melihat hal lain dibalik tampilannya yang luar biasa aneh itu. Aku sempat merasakan yang namanya pwemuja rahasia, hahaha, rasanya jadi pingin ketawa sendiri klo ingat masa-masa itu. Yah meskipun pada akhirnya ditolak juga, tapi... Gw gak habis pikir kalo gw ternyata bisa nembak cewek juga, apa yang gw pikirin ya waktu itu, hahaha. Syukurlah berkat itu semua perasaan yang terpendam keluar juga, ibarat orang kebelet ngising akhirnya plong. Setidaknya hubungan kami sebagai teman tidak rusak karena hal tersebut.
Oke balik tu main topik. Hmm benernya topik apalagi ya, owh ya setelah retret itu ada buletin terakhir, nah ini ibarat gw bayar kegabutan gw selama ini. Bareng Chris dan Alan kita bertiga begadang semalam suntuk untuk mengejar garis kematian. Keteledoranku keluar juga deh, slah motong cover yang harusnya cuma dipotong jadi dua piece malah jadi empat piece -_-.. Tapi untunglah semuanya kelar pada waktunya. Hadiah gantungan kuncipun menjadi kenang-kenangan karya terakhirku bersama tim pewartaan. Bersama mereka aku belajar banyak hal, memahami arti sebuah kebersamaan, dan kerja sama tim, buatku cuma ada satu Pewartaan "Pewartaan Hore".
(-end)
Maaf jika ku tak bisa menjagamu lagi
Kubuka loker kerjaku, dan sekilas ku lirik ke arah televisi yang menggantung di tembok tepat di ujung ruangan. Tampak sebuah berita yang menayangkan api yang sedang melahap sebuah gedung. Kualihkan pandanganku ke arah rekan kerjaku yang sedang termenung di depan lokernya. Setelah mengambil semua perlengkapanku, kumelangkah mendekatinya, sekedar mengintip, tampak tangannya menggenggam sebuah foto, setelah kuperhatikan lagi ternyata ada wajah seorang gadis cantik di sana.
"Gadis yang manis, siapa dia? Kenapa tak pernah kau kenalkan padaku?" tanyaku sedikit menggoda.
"Owh dia hanya teman SMA ku dulu." jawabnya sedikit terkejut.
Mengetahui keterkejutannya aku hanya tersenyum kecil, "Tak usah malu, tak mungkin jika dia hanya sekedar teman bagimu kau menatap fotonya begitu lama."
"Gadis yang manis, siapa dia? Kenapa tak pernah kau kenalkan padaku?" tanyaku sedikit menggoda.
"Owh dia hanya teman SMA ku dulu." jawabnya sedikit terkejut.
Mengetahui keterkejutannya aku hanya tersenyum kecil, "Tak usah malu, tak mungkin jika dia hanya sekedar teman bagimu kau menatap fotonya begitu lama."
Sunday, 27 October 2013
Pecundang
Dinginnya malam ini tidak merisaukanku, langkah demi langkah aku berjalan menyusuri jalan ini. Petir dan guntur yang bersahut-sahutan malam itu seolah tak berarti. Tibalah aku di depan sebuah gang kecil, tak jauh dari situ terdapat sebuah rumah yang tampaknya sangat ramai. Aku mencuri pandang dari kejauhan, kulihat dirinya berdiri di teras di tengah kerumunan temanya dan temanku. Kuberanikan diriku untuk mendekat, namun belum sempat aku melangkah, kulihat lelaki itu berdiri di hadapannya, dan seketika itu juga dia berlutut dan berkata
"Would you be mine?" ujar lelaki tersebut sembari menawarkannya sebuah coklat berbentuk hati dan seikat bunga.
Melihat hal tersebut seketika rasa dingin yang hebat menyeruak disekujur tubuhku. Aku seperti baru saja melihat petir di depan mataku. Suara pecahan kaca menyadarkanku dari lamunanku. Tanpa kusadari aku menjatuhkan hadiah yang kusiapkan untuknya, sebuah sepatu dari kaca.
Monday, 2 September 2013
I am Leo, and Leo is Me
Leo and Independence:
Leo is very independent but they need something to control. They are fully capable of being greatly successful on their own but they are much happier if they have people who look up to them. They would prefer not be alone.
Leo and Friendship:
People are attracted to Leo's zest for life and their warm spirit. They have the ability to lift up one's spirits and provide encouragement when times are rough. Leos are very difficult people to not like, they are usually fairly balanced, realistic people. Some Leos might be too caught up in themselves and be very self-centered but they are never too self-absorbed to help anyone who needs it. They pamper their friends and treat them well. They do not hold a grudge and they are very forgiving. They have respect and understanding of people's differences.
Leo is very independent but they need something to control. They are fully capable of being greatly successful on their own but they are much happier if they have people who look up to them. They would prefer not be alone.
Leo and Friendship:
People are attracted to Leo's zest for life and their warm spirit. They have the ability to lift up one's spirits and provide encouragement when times are rough. Leos are very difficult people to not like, they are usually fairly balanced, realistic people. Some Leos might be too caught up in themselves and be very self-centered but they are never too self-absorbed to help anyone who needs it. They pamper their friends and treat them well. They do not hold a grudge and they are very forgiving. They have respect and understanding of people's differences.
Siang (tak) Sempurna
Di siang hari yang membosankan
Ku menyusuri lorong kosanku yang kosong
Menghampiri jendela balkon yang penuh debu
Kuraih tuasnya dan kubuka
Seketika angin segar masuk menerpa wajahku
Kulihat langit siang ini matahari tampaknya bersembunyi
Suasana yang pas untuk bersantai
Secangkir teh hangat kuraih
Kuraih novel yang baru kubeli
Sebuah headset dan sekumpulan lagu rasanya cukup
Semuanya terasa sempurna
Tapi entah mengapa
Aku masih merasa ada yang kurang
Seperti ada hal lain yang membayangi pikiranku
Seperti ada sesuatu yang hilang
Tapi apa itu, aku tak pernah tahu
Kuacuhkan saja hal itu
Tapi tetap saja rasanya mengganggu
Tak peduli seberapa keras kuacuhkan
Perasaan itu selalu datang kembali dengan keras
Perasaan itu merusak siang sempurna ini
Apa yang hilang ini
Apa yang kosong ini
Apa yang sebenarnya kucari
Bagaimana aku harus bertindak
Aku tak pernah tahu
Ku menyusuri lorong kosanku yang kosong
Menghampiri jendela balkon yang penuh debu
Kuraih tuasnya dan kubuka
Seketika angin segar masuk menerpa wajahku
Kulihat langit siang ini matahari tampaknya bersembunyi
Suasana yang pas untuk bersantai
Secangkir teh hangat kuraih
Kuraih novel yang baru kubeli
Sebuah headset dan sekumpulan lagu rasanya cukup
Semuanya terasa sempurna
Tapi entah mengapa
Aku masih merasa ada yang kurang
Seperti ada hal lain yang membayangi pikiranku
Seperti ada sesuatu yang hilang
Tapi apa itu, aku tak pernah tahu
Kuacuhkan saja hal itu
Tapi tetap saja rasanya mengganggu
Tak peduli seberapa keras kuacuhkan
Perasaan itu selalu datang kembali dengan keras
Perasaan itu merusak siang sempurna ini
Apa yang hilang ini
Apa yang kosong ini
Apa yang sebenarnya kucari
Bagaimana aku harus bertindak
Aku tak pernah tahu
Sebuah pelajaran dibalik kesederhanaan
Untuk pertama kalinya dalam hidupku, aku pergi mengunjungi sebuah panti asuhan.
Mungkin sebelumnya tak pernah terpikirkan sama sekali olehku untuk mengunjungi tempat tersebut.
Mengingat masa laluku yang bisa dibilang jauh dari apa itu hidup sebagai anak baik.
Hal pertama yang datang dipikiranku saat akan mengunjungi tempat tersebut adalah sekelompok anak kecil yang butuh penghiburan, yang sedang merasa kesulitan.
Tapi apa yang kudapati sungguh mengejutkan, saat pertama kami datang, kami sudah disambut dengan senyum polos mereka, seolah tak ada pancaran rasa kesedihan dari wajah mereka.
Mengamati mereka bercanda satu dengan yang lain, seolah memberikan ketenangan tersendiri dalam batinku.
Karena aku mengetahui di tengah kehidupan yang semakin korup ini, masih ada jiwa-jiwa murni seperti mereka.
Terkadang aku bertanya dalam hati, apakah yang sudah menguatkan mereka, hidup di zaman yang keras ini tanpa ada kasih sayang orang tua, sungguh kekuatan luar biasa yang mereka miliki untuk bisa tersenyum seindah itu.
Aku dulu memang sangat tidak menyukai anak kecil, karena sifat mereka yang manja dan lemah.
Tapi sekarang aku tahu, dari anak kecil yang manja dan lemah itulah, terdapat kekuatan yang besar dipundak mereka.
Mereka bisa menyingkirkan ego mereka dan mereka bisa membagikan senyuman mereka.
Dengan segala kesederhanaan yang mereka miliki, mereka masih bisa membagikannya dengan kami.
Sejujurnya aku malah merasa diriku yang dihibur oleh mereka, melalui kegiatan mereka, ramah tamah mereka, dan tingkah polah mereka.
Aku sendiripun merasa malu saat berhadapan dengan mereka, mereka yang hidup tanpa kasih sayang orang tua saja bisa membagikan kebahagian mereka dengan yang lain, tapi aku yang notabene hidupnya lebih beruntung dari mereka, malah sibuk mencemaskan diriku sendiri.
Aku mulai bertanya pada diriku, apa yang dapat kulakukan untuk mereka?
Beberapa jawaban mengalir dalam pikiranku, hanya saja yang mereka butuhkan saat ini bukan jawaban tetapi tindakan.
Dan aku tahu dengan diriku saat ini aku belum bisa banyak membantu mereka, tapi sekecil apapun tindakannya aku akan mencoba membantu para generasi penerus ini.
Mungkin sebelumnya tak pernah terpikirkan sama sekali olehku untuk mengunjungi tempat tersebut.
Mengingat masa laluku yang bisa dibilang jauh dari apa itu hidup sebagai anak baik.
Hal pertama yang datang dipikiranku saat akan mengunjungi tempat tersebut adalah sekelompok anak kecil yang butuh penghiburan, yang sedang merasa kesulitan.
Tapi apa yang kudapati sungguh mengejutkan, saat pertama kami datang, kami sudah disambut dengan senyum polos mereka, seolah tak ada pancaran rasa kesedihan dari wajah mereka.
Mengamati mereka bercanda satu dengan yang lain, seolah memberikan ketenangan tersendiri dalam batinku.
Karena aku mengetahui di tengah kehidupan yang semakin korup ini, masih ada jiwa-jiwa murni seperti mereka.
Terkadang aku bertanya dalam hati, apakah yang sudah menguatkan mereka, hidup di zaman yang keras ini tanpa ada kasih sayang orang tua, sungguh kekuatan luar biasa yang mereka miliki untuk bisa tersenyum seindah itu.
Aku dulu memang sangat tidak menyukai anak kecil, karena sifat mereka yang manja dan lemah.
Tapi sekarang aku tahu, dari anak kecil yang manja dan lemah itulah, terdapat kekuatan yang besar dipundak mereka.
Mereka bisa menyingkirkan ego mereka dan mereka bisa membagikan senyuman mereka.
Dengan segala kesederhanaan yang mereka miliki, mereka masih bisa membagikannya dengan kami.
Sejujurnya aku malah merasa diriku yang dihibur oleh mereka, melalui kegiatan mereka, ramah tamah mereka, dan tingkah polah mereka.
Aku sendiripun merasa malu saat berhadapan dengan mereka, mereka yang hidup tanpa kasih sayang orang tua saja bisa membagikan kebahagian mereka dengan yang lain, tapi aku yang notabene hidupnya lebih beruntung dari mereka, malah sibuk mencemaskan diriku sendiri.
Aku mulai bertanya pada diriku, apa yang dapat kulakukan untuk mereka?
Beberapa jawaban mengalir dalam pikiranku, hanya saja yang mereka butuhkan saat ini bukan jawaban tetapi tindakan.
Dan aku tahu dengan diriku saat ini aku belum bisa banyak membantu mereka, tapi sekecil apapun tindakannya aku akan mencoba membantu para generasi penerus ini.
Girl On The Corner
The girl who sit in the corner
Wacthin everyone moving around in the mess
Wondering around by herself
Try to figure out what lies on the other side
The girl who sit in the corner
Look so quiet in this crowded place
Try to understand everyone problem
Even tough there is no one care
The girl who sit in the corner
Screaming around on her own hearth
Try to tell anyone what on her head
When there only trash come from anyone else
Oh girl who sit in the corner
I tried to cross this hall of hell
Try to tell you that's me on the otherside
And I Wanna hear what you tries to tell
Wacthin everyone moving around in the mess
Wondering around by herself
Try to figure out what lies on the other side
The girl who sit in the corner
Look so quiet in this crowded place
Try to understand everyone problem
Even tough there is no one care
The girl who sit in the corner
Screaming around on her own hearth
Try to tell anyone what on her head
When there only trash come from anyone else
Oh girl who sit in the corner
I tried to cross this hall of hell
Try to tell you that's me on the otherside
And I Wanna hear what you tries to tell
Saturday, 13 July 2013
Semester 4
Semester 4 akhirnya selesai kulalui banyak cerita menarik terjadi selama semester ini, diawali dari masa liburan dimana aku memutuskan untuk tidak pulang karena telah berjanji tidak akan pulang sebelum mendapat IP 3,00. Aku yang sempat menjadi peng-galau-ers di semester 3 mencoba untuk berubah. Aku mengawali semester ini dengan segepok harapan, dan sekarung semangat, aku sudah me-manage semua hal yang akan aku lakukan untuk memperbaiki itu semua. Tapi semua sepertinya tidak berjalan seperti yang sudah aku planning. Kesibukan dalam dan luar kampus membuat semua hal yang sudah aku rencanakan tersebut hanya seperti angin lalu, mudah untuk membayangkannya tapi sulit untuk melaksanakannya. Praktikum yang juga datang secara beruntun seolah semakin menyulitkan diri untuk bernafas. Tapi kalau aku merasa dari sisi akademis, sepertinya ada sedikit perbaikan dibandingkan aku 3 semester yang lalu. Beberapa teknik pembelejaran baru yang aku terapkan sepertinya sedikit menaikan level akademisku. Namun tetap saja aku merasa ada yang kurang setiap kali ujian tiba, tetap hanya sedikit yang aku mengerti.
Di semester 4 ini aku sepertinya memang terlalu aktif dimana-mana, mulai di jurusan aku mulai mencoba masuk dalam kepanitian lustrum, kegiatan temu alumni yang biasa diadakan setiap 5 tahun sekali. Dengan motivasi bisa ber-lustrum dengan bapak yang notabene juga alumnus teknik elektro undip. Di tempat lain aku mencoba untuk aktif di Kokerma, Komisi Kerasulan Mahasiswa dengan kegiatan pelatihan ansosnya. Aku merasa kontribusiku di dua kegiatan tersebut sepertinya sangatlah minim, dan aku sepertinya sudah banyak membuat kesalahan-kesalahan. Entah mengapa rasanya aku ingin sekali menyibukan diri, setiap kali ditanya alasannya aku hanya menjawab, untuk cari pengalaman, relasi, dan lain-lain, padahal sepertinya aku hanya mencoba melarikan diriku dari suatu hal yang mengangguku selama semester kemarin, yaitu perasaan suka-ku terhadap seseorang. Aku yang terlalu takut untuk mengungkapkan perasaanku malah mencari tempat untuk bersembunyi dan melarikan diri. Tapi semua hal tersebut sepertinya tidak banyak berpengaruh, dengan uniknya jalan kami selalu bersilangan. Bukannya aku takut cintaku tak bersambut jika kuutarakan hanya saja aku merasa kalau diriku belum siap untuk menjadi se-seorang yang pantas bagi orang lain untuk dicintai, karena aku merasa aku bukanlah tipe cowok dewasa, aku masih merasa kalau aku masih terjebak dalam pola pikir seorang anak kecil, aku tak mau mengecewakannya dengan kondisiku yang seperti itu.
Di semester 4 ini aku sepertinya memang terlalu aktif dimana-mana, mulai di jurusan aku mulai mencoba masuk dalam kepanitian lustrum, kegiatan temu alumni yang biasa diadakan setiap 5 tahun sekali. Dengan motivasi bisa ber-lustrum dengan bapak yang notabene juga alumnus teknik elektro undip. Di tempat lain aku mencoba untuk aktif di Kokerma, Komisi Kerasulan Mahasiswa dengan kegiatan pelatihan ansosnya. Aku merasa kontribusiku di dua kegiatan tersebut sepertinya sangatlah minim, dan aku sepertinya sudah banyak membuat kesalahan-kesalahan. Entah mengapa rasanya aku ingin sekali menyibukan diri, setiap kali ditanya alasannya aku hanya menjawab, untuk cari pengalaman, relasi, dan lain-lain, padahal sepertinya aku hanya mencoba melarikan diriku dari suatu hal yang mengangguku selama semester kemarin, yaitu perasaan suka-ku terhadap seseorang. Aku yang terlalu takut untuk mengungkapkan perasaanku malah mencari tempat untuk bersembunyi dan melarikan diri. Tapi semua hal tersebut sepertinya tidak banyak berpengaruh, dengan uniknya jalan kami selalu bersilangan. Bukannya aku takut cintaku tak bersambut jika kuutarakan hanya saja aku merasa kalau diriku belum siap untuk menjadi se-seorang yang pantas bagi orang lain untuk dicintai, karena aku merasa aku bukanlah tipe cowok dewasa, aku masih merasa kalau aku masih terjebak dalam pola pikir seorang anak kecil, aku tak mau mengecewakannya dengan kondisiku yang seperti itu.
Terlalu takut..
Dalam perjalananku selama setengah semester 4 ini, banyak sekali hal yang sudah kuperbuat. Perubahan kulakukan di sana-sini. Aku yang selama ini terkesan pasif sekarang mencoba untuk lebih aktif. Belajar, olahraga, organisasi, pelatihan, dan hal-hal positif lain kulakukan selama setengah semester ini. Tapi entah mengapa aku merasa ada saja yang kurang. Aku masih belum menemukan siapa diriku sebenarnya. Mungkin aku beruntung bisa melewati setengah semester ini lebih baik dari semester-semester sebelumnya, karena pada semester ini aku menemukan kawan-kawan yang mau mensuport dan menolongku.
Kau tahu mungkin aku seperti Barney yang ada dalam gank di film "How I Met Your Mother". Aku hanya orang bodoh yang bertingkah sok cool, yang selalu mencoba mencari perhatian di sana sini dengan tindakan-tindakan bodoh, yang merasa dirinya selalu baik saja padahal tidak. Entahlah aku tak tahu apakah teman-temanku menganggapku se-annoying Barney di film itu atau tidak. Aku terkadang merasa, kalau tempatku dengan mereka sangatlah jauh berbeda. Mereka hebat, mereka mempunyai pendirian, mereka memiliki kelebihan, dan mereka tahu apa yang harus diperbuat. Aku selalu membayangkan mungkin enak bisa jadi kayak Pundhi, Tito, Risang, Kecap, Christoper, Arda, Achan, Juan, Surya, Prima, Tinus, Bowo, Alan atau yang lainnya. Mereka punya semuanya yang aku gak punya. Terkadang aku hanya mencoba melakukan segala hal yang dapat kulakukan agar aku bisa menjadi mereka. Tapi aku tahu itu tak pernah cukup.
Aku tak pernah menyelesaikan apapun, aku tidak pernah bisa pintar berbasa-basi seperti mereka, aku tak pernah pandai mengajak orang, aku tak pandai olahraga, tak pandai seni, tak tampan, dan gak se percaya diri seperti mereka, sepertinya tidak ada hal baik yang datang dari diriku seperti halnya "Barney".
Tapi seburuk-buruknya Barney sekalipun akhirnya dia bisa berubah, dan hal itu karena dia jatuh cinta pada Robbin, tapi tidak denganku. Saat aku jatuh cinta padanya, aku malah berubah jadi seorang bocah cengeng yang mengemis untuk cinta. Banyak halku lakukan hanya untuk menarik perhatiannya, dan belakangan aku merasa kalau yang membuatku melakukan semua yang kulakukan selama ini karena aku hanya ingin saja sekali dia memperhatikanku, meskipun aku selalu berkata ini semua hanya untuk mengisi waktu luang, untuk cari-cari pemandangan, atau cari pengalaman, atau berbagai alasan lainnya. Tapi sejujurnya aku melakukan ini semua untuk menutupi semua perasaan itu, untuk menyangkal semuanya, untuk mencari alasan agar aku tak menatap wajahnya. Aku sendiri bingung aku ini seorang pecundang atau orang buta, atau mungkin keduanya. Aku seperti ingin mencapai sesuatu tapi tak pernah tahu dimana arahnya, jadi yang kulakukan hanya bergerak ke sembarang arah, tapi karena aku terlalu takut untuk terluka, aku selalu berhenti tak jauh dari tempat aku mulai melangkah.
Friday, 15 March 2013
The Answer
Sekarang aku tahu, semua mimpi itu, semua kekalutan dalam pikiranku itu. Semuanya tidaklah nyata, hanya diriku lah yang membuat semua seolah nyata, selama ini aku selalu menyalahkan orang lain. Padahal seharusnya akulah yang patut untuk disalahkan. Aku tidak pernah menyadarinya selama ini, kalau ternyata yang aku butuhkan semuanya sudah ada di dekatku selama ini. Aku sudah punya orang-orang yang selalu peduli denganku dan aku peduli dengan mereka. Mereka yang tidak menyerah untuk terus memberiku semangat, mereka yang terus percaya pada diriku sementara aku tidak pernah percaya pada diriku sendiri. Sebenarnya semua perasaan sakit ini, bukan tidak ada obatnya, tapi selama ini akulah yang selalu menolak untuk disembuhkan, karena pada kenyataannya saat bersama mereka rasa sakit itu hilang. Aku tahu aku bukanlah tipe orang yang bisa menghidupkan suasana, tapi saat bersama mereka semuanya terasa berbeda, aku menemukan diriku yang sudah lama hilang, yang sudah lama kubuang dan kutinggalkan, aku menemukan kembali diriku yang lama. Aku sudah tahu dimana aku harus berada dan kenapa aku ada, Tuhan sudah mengatur segalanya dengan baik, bahkan aku pun tak sadar. Mereka tak pernah mengecewakanku walaupun aku sering mengecewakan mereka, aku tahu aku sudah kehilangan segalanya dulu. Tapi aku berjanji akan menjadi lebih kuat dari sekarang, mengambil kembali semua hal baik yang sudah kubuang, supaya aku bisa membalas kebaikan mereka dan mensuport mereka lagi. Terima kasih, kalian tak kan pernah bisa menjadi sahabat sejatiku karena kalian sesungguhnya sudah menjadi keluarga bagiku saat pertama kali aku mengenal kalian. Terima kasih sudah mengajarkan segalanya padaku, menopangku yang lemah dan bodoh ini, yang menyelamatkanku dari kegelapan dan kesendirian itu. Ladislaus Risangpajar, darimu aku belajar apa itu pengorbanan sejati dan tulus, bagaimana rendah hati, dan peduli dengan sesama. Yulius Krisna Deva Purusha, darimu aku belajar apa itu kerja keras, apa itu cita-cita dan mimpi, apa itu hidup sederhana, apa itu janji. Dari Tito Tuesnadi, aku belajar bagaimana caranya untuk tetap percaya, untuk tetap semangat, untuk terus berjuang meskipun dengan peluang sekecil apapun, belajar bagaimana seharusnya seorang lelaki bertindak. Terima kasih tanpa kalian aku hanya akan jatuh dalam kegelapan dunia.
Tuesday, 12 March 2013
Where I should be..
Belakangan ini aku merasa tidak seperti diriku sendiri. Banyak hal yang masih belum bisa kujelaskan secara logika. Banyak pertanyaan yang datang hinggap dipikiranku, aku sempat berpikir, apakah aku sudah gila, semua mimpi itu, semuanya terasa nyata.
Beberapa waktu yang lalu aku memang mengalami tekanan batin yang cukup berat. Masalah di mana-mana, belum lagi perasaan jatuh cinta terhadap seseorang yang akhirnya malah membuatku semakin menderita. Aku memang tidak seperti orang kebanyakan, mudah percaya dengan yang lain, pintar bergaul, aku lebih memilih hidup soliter, tertutup, tapi sekarang aku bertanya, aku yang tidak percaya dengan orang lain atau aku sendiri yang tidak percaya dengan diriku. Mungkin selama ini aku memang tidak pernah percaya pada diriku sendiri.
Aku berusaha berubah, tapi nyatanya, tetap saja aku masih merasa sakit. Luka yang ada dalam diriku, luka yang tak terlihat. Berkali-kali aku mencoba menyembuhkannya, tapi tetap tidak bisa, banyak cara, banyak hal sudah kulakukan tapi tetap saja luka itu makin perih dan makin menganga dalam hatiku. Aku sudah lelah terus berdoa, aku sudah capek terus tersenyum, aku juga mulai bosan terus memikirkan dirinya.
Kamu tahu bagaimana rasanya ketika kamu menyukai seseorang tetapi kamu tak bisa berbuat apa-apa untuk mendapatkannya, kamu tahu bagaimana rasanya ketika kamu berjanji dan kamu tahu janji itu sangat sulit untuk ditepati, kamu tahu bagaimana rasanya ketika kamu sudah berusaha maksimal tapi yang kamu dapatkan bertolak belakang, kamu tahu bagaimana rasanya ketika orang yang kamu percayai, yang selalu kamu support selama ini, ternyata mereka tidak peduli dengan dirimu, rasanya lebih sakit dan pahit daripada kematian.
Aku mulai berpikir, apa gunanya aku ada di dunia ini, apakah aku yang cuma seorang kecil ini berpengaruh pada dunia ini? Kenapa Tuhan memberikanku hidup seperti ini, bukankah lebih baik aku tidak pernah ada? Bahkan bagiku merekapun akan baik-baik saja tanpa adanya diriku. Aku merasa aku hanya akan menjadi beban saja bagi yang lain. Apa yang bisa kuberikan pada mereka? Tidak ada.
Aku sudah bosan terus terisak-isak di tengah malam, bosan meratapi apa yang harusnya tak patut kuratapi. Rasa dingin dan sakit terus menyiksaku selama ini sekarang bergantikan rasa hampa, kosong bagai ruangan tak bertuan. Aku sudah tak bisa lagi merasakan cinta, sedih, marah, senang. Aku sudah tak utuh seperti aku yang dulu.
Mungkin memang aku yang salah, bagaimana bisa aku percaya pada orang lain sementara aku tak pernah percaya pada diriku sendiri. Dan kalau cinta itu ada, kenapa tidak pernah ada yang mengerti diriku. Aku hanya butuh orang yang benar-benar mengerti diriku, dan sepertinya keluargaku. mereka, dan orang lainpun tak kan pernah mengerti diriku karena aku sendiri juga belum sepenuhnya mengetahui siapa diriku sebenarnya. Di mana aku harus meletakan kakiku, ke mana aku harus memandang, apa artinya diriku bagi mereka, di mana aku harusnya berada. Semua pertanyaan itu terkesan sederhana tapi sangat sulit mencari jawabannya.
Aku selalu berpura-pura kuat di depan yang lain. Selalu tertawa padahal menderita. Selalu mencari perhatian dengan tindakan-tindakan bodoh hanya agar yang lain mengetahui keberadaanku. Aku memang bodoh, aku memang kesepian, aku menderita dan aku sudah tak punya tempat untuk menyandarkan tubuh ini. Aku lelah dan aku bosan dengan semua ini.
Apakah ini semua takdir, atau manusia memang bisa merubah hidupnya sendiri. Bukankah tak peduli di manapun hilirnya, kemanapun arusnya, semuanya akan bermuara ke tempat yang sama?
Friday, 8 March 2013
A little question for myself
Belakangan ini aku mulai menanyai diriku lagi, siapakah aku ini, hal apa yang menunjukan diriku sesungguhnya?
Dibilang aku punya mimpi, punya, aku punya cita-cita, punya..
Tapi jika ditanya hal apa yang kamu punya? Keputusan apa yang pernah kamu buat?
Sepertinya tidak ada, apa yang aku kejar hanyalah menjadi seperti ayahku.
Kuliah di Undip, dan lulus sebagai Insinyur.
Tapi belakangan aku ragu, apa itu yang sebenarnya ingin kukejar.
Atau itu adalah sebuah mimpi yang sudah didoktrin dalam keluargaku.
Apa aku ini hanya seorang "tentara" kecil yang patuh pada perintah?
Ya jika dilihat kebelakang, aku dari kecil sudah dilatih dengan tingkat kedisiplinan yang tinggi.
Bahkan untuk masuk sekolah pertama kalipun aku harus diseret sepanjang jalan.
Aku diminta untuk selalu masuk rangking di kelas.
Bahkan ketika ada perlombaan pun aku juga diminta untuk ikut.
Sampai untuk memilih sekolah menengah pertama pun aku diwajibkan masuk negeri, dan meninggalkan sekolah swasta katolik yang dari TK sudah aku ikuti.
Yah pengalaman pertama masuk negeri, berbaur dengan mereka yang berbeda agama, aku yang terbiasa hidup dalam komunitas mayoritas, kali ini harus membaur dan menjadi kaum minoritas.
Meskipun untuk masuk SMP negeri itu juga merupakan sebuah keberuntungan, karena mustahil dengan NEM ku waktu itu untuk masuk sana.
Menjalani masa-masa awal di negeri tidaklah mudah, setiap pelajaran agama ada saja guru yang mengolok-olok agamaku, belum lagi tingkat disiplin dan moral yang rendah, membuatku terpaksa mengikuti kebiasaan buruk di sana. Aku yang dulu ketika di SD terbiasa menjadi pemimpin di sini aku menjadi ragu dan kehilangan kepercayaanku lagi.
Tapi aku bertahan, meskipun masalah selalu datang, aku selalu mencoba tetap tersenyum kepada siapapun. Perlahan aku mulai mengetahui banyak hal, banyak sifat, dan banyak ragam manusia.
Namun tetap saja, aku tidak bisa lepas dari peran sebagai "tentara" kecil dalam keluarga, aku selalu takut dalam menghadapi setiap kesalahan yang kuperbuat. Tingkat hukumannya bahkan lebih berat daripada hukuman yang diberikan senior di Universitas sekalipun.
Aku selalu diminta untuk jadi yang terbaik, sampai pada saat untuk masuk Sekolah Menengah Atas pun orang tuaku tetap yang mengambil keputusan. Dengan ancaman, kalau aku gak bisa masuk sekolah tersebut aku gak dapet motor.
Dan dengan sedikit mukjizat aku berhasil masuk ke SMA tersebut. Dengan murid yang tak jauh beda dari SMP ku, aku semakin melupakan diriku yang lama, terbawa arus pergolakan remaja, aku melawan "tentara" kecil yang ada dalam diriku, mencari hal yang sudah lama hilang dari diriku, tapi aku tak pernah menemukannya.
Semakin jatuh dan terperosok membuatku tersudut selama SMA, masuk IPA karena pertolongan dosen wali, hampir di cap sebagai murid terbodoh.
Benar-benar bertolak belakang dengan diriku yang lama, lalu aku mencoba kembali lagi menjadi "tentara" kecil itu, kembali lagi ke dalam mimpi lama itu. Aku mengikuti lagi semua komando dari orang tuaku, bahkan aku yang awalnya ini hampir gak bisa kuliah, bisa keterima di salah satu Universitas Swasta favorit, tapi karena aku tahu orang tuaku lebih menginginkanku masuk ke Universitas Negeri maka aku melepas Universitas itu. Dan satu-satunya jalan yang bisa kuambil adalah SNMPTN tulis. Yah hanya itu yang tersisa jika aku ingin masuk negeri gak ada UM atau Undangan. Kalau gagal aku masuk Univ swasta di dekat tempat nenek dan kakekku tinggal.
Dan ternyata lagi-lagi dengan ajaibnya aku bisa masuk di Universitas yang pernah dikuliahi bapakku dulu, Universitas yang selalu aku ucapin kalau ditanya mau kuliah di mana. Yah aku diterima di Teknik Elektro Undip, sama seperti ayahku dulu.
Semuanya seolah seperti telah diatur, bahkan aku masih sering bertanya, apakah aku nanti akan seperti ayahku? Bahkan pada titik sekarang ini, aku sepertinya akan mengambil konsentrasi yang sama dengan ayahku dulu.
Tapi setelah menonton sebuah film, ada kalimat yang berbunyi seperti ini.
"Urusan keluarga atau bukan, terkadang kau harus hidup sesuai dengan apa yang kau inginkan, terkadang kau harus membuat keputusan yang akan menunjukan siapa dirimu, tidak perlu mengikuti keluarga, jika itu tidak membuatmu bahagia."
Aku jadi ingat lagi pada diriku yang terkadang iri melihat kehidupan adikku, dulu aku melihatnya seolah, dia tak harus sempurna, minta apa aja pasti dikasih, selalu jadi anak kesayangan, kalau ada yang salah pasti aku yang salah.
Padahal sebenarnya aku hanya iri dengan dirinya, yang berani menolak semua masukan orang lain, dan menjadi dirinya sendiri dari dulu hingga sekarang, dia sudah terlihat dewasa dari dulu dan sekarang aku sadar, kalau sebenarnya aku hanya mencoba terlihat senang di depan semua orang padahal sebenarnya aku hanya seorang anak kecil yang sendirian yang masih mencari tempat bagi dirinya.
Sekarang semua sudah terlambat, tak ada jalan untuk kembali, aku tidak pernah meminta apapun, aku tidak pernah membuat semuanya benar, karenanya untuk kali ini saja aku membuat keputusan ini untuk diriku sendiri sudah saatnya "Tentara" kecil ini untuk memimpin perang dalam hidupnya sendiri.
Karenanya "aku tidak akan pulang sampai dapet IP 3,0." sesulit apapun itu, aku akan coba percaya pada hal tersebut. Aku sudah mempercayakan semuanya selama ini pada keputusan orang tuaku, sekarang saatnya orang tuaku yang mencoba percaya terhadap keputusan yang aku buat.
I know it like a Highway to hell, but I'll get stronger, and if I'm going down, I'll going down swinging..
Wednesday, 13 February 2013
Sebuah Liburan Sejuta Cerita "Lawu" w/ PRMK-FT UNDIP
Pagi itu, 5 februari 2013, seperti biasa aku bangun langsung meraih hpku, mencoba mencari sesuatu yang baru di jejaring sosial twitter, fb, dan what's up. Hingga tiba-tiba aku melihat setengah heran, ada nama mas Tio di What's Up, seniorku di PRMK-FT, kucoba test dengan menyapanya; "wah, mas saiki koe dolanan What's Up tho.?"; tiba-tiba dia membalas, "Dolanan opo va? iki dudu dolanan ogh.". Wah ternyata memang mas Tio, lalu aku teringat kalau sebentar lagi mereka akan naik gunung Lawu, dan aku juga ingat "dia" kayaknya juga mau ikut, tapi aku kurang tau jadi atau gak.
Lalu aku mulai iseng bertanya, "Mas, yen munggah gunung butuh skill-skill khusus ra?"
mas Tio mbales; "Mesti iso jurus seribu bayangan.. Ora lah, piye? melu wae yo va?"
Aku, "Wah aku sih amateur ki mas, emange ra masalah yo?"
Tio, "Rak po va, ini isinya amateur semua juga lho, kalo masalah apa-apa aja yang dibawanya, besok dateng aja ke technical meeting di rumah, ya jam 7 malam."
Aku, "Wah kelihatannya menarik mas, oke deh besok tak ke beskem."
Setelah percakapan itu, tiba-tiba berbagai perasaan menghinggapiku, mulai resah, cemas, senang, penasaran, dan semangat tercampur aduk. Mulai dari aku bingung, bagaimana dengan perlengkapannya, ijin ke bapak sama ibunya, fisikku yang sudah siap atau belum, dan terlebih lagi ngebayangin gimana bokernya disana, cuman dilap tisu (yikes...). Terus aku berpikir, tinggi gunung lawu 3265 Mdpl, tinggi awal pendakian 1900 Mdpl, wah pas banget pikirku. Pas banget sama IP semester ini 1,95. Lalu aku membuat tekat, kalau aku gak bisa sampe puncak berarti aku gak kan pernah bisa dapet IP 3. Keesokan malamnya kami mengadakan Tech Meet di rumah tercinta. Aku mendengarkan secara seksama setiap detil tugas serta perlengkapan yang mesti dibawa. Melihat banyaknya barang yang harus dibawa, aku sempat bingung apakah nanti aku bakal kuat bawanya. Semalaman setelah Tech Meet itu aku tidak bisa tidur, cemas dan gelisah hinggap dibenakku, bahkan muncul perasaan untuk berhenti. Tapi semua itu kalah ketika aku mengingat kembali tekadku, meskipun tekadku sempat luntur karena tahu ternyata dia gak ikut. Tapi kegalauanku gak cuman disitu, selama beberapa hari sebelumnya, aku sempat berpikir sepertinya aku dijauhi temen-temenku pewartaan yang di twitter. Mereka berencana jalan-jalan tapi gak ngajak aku, padahal aku juga masih di semarang. Aku pun bercerita ke Tito, tepatnya keesokan paginya waktu kami sedang berenang di siwarak. Di sana lalu aku menceritakan semuanya pada Tito, Tito cuma menjawab, "Gak usah negatif thinking dulu va, kalo emang kamu dijauhin yo tak kancani, hehe." mendengar jawaban Tito tersebut aku menjadi sedikit lega. Lalu kami berenang selama kurang lebih 2 jam. Lalu kami makan di sebuah rumah makan steak di ungaran, di sana aku bertanya pada Tito jika dia punya kenalan yang suka naik gunung, tapi ternyata Tito cuman tahu Wisnu. Lalu aku coba bertanya pada Wisnu tapi sayang tasnya mau dipakai. Akhirnya aku memutuskan untuk membeli peralatan pendakian tersebut sendiri. Setelah bertanya-tanya pada teman-temanku yang sering naik gunung, akhirnya aku memutuskan untuk berbelanja di REI. Mulai dari tas gunung sampai sleeping bag aku beli di sana, dengan duit tabunganku sendiri. Saking semangatnya secara tidak sadar aku sudah berkemas dan langsung berangkat ke beskem. Hingga akhirnya mas Ionk setengah heran dan tertawa,
"Va, kamu mau naik gunung sekarang? Orang berangkatnya kan masih besok."
Aku lalu teringat kalau sekarang masih tanggal 7 Februari, sial pikirku, lalu aku mengeluarkan teknik ngelesku yang terkenal itu,
"Aku cuman mau nitip tas kok mas, soalnya ini aku mau ke salatiga dulu habis ini ngambil barang yang ketinggalan, biar besok bisa langsung siap aja."
Dengan setengah malu aku melangkah masuk ke beskem dan meminta izin pada Arda untuk menitip tas di sana.
Lalu aku mulai iseng bertanya, "Mas, yen munggah gunung butuh skill-skill khusus ra?"
mas Tio mbales; "Mesti iso jurus seribu bayangan.. Ora lah, piye? melu wae yo va?"
Aku, "Wah aku sih amateur ki mas, emange ra masalah yo?"
Tio, "Rak po va, ini isinya amateur semua juga lho, kalo masalah apa-apa aja yang dibawanya, besok dateng aja ke technical meeting di rumah, ya jam 7 malam."
Aku, "Wah kelihatannya menarik mas, oke deh besok tak ke beskem."
Setelah percakapan itu, tiba-tiba berbagai perasaan menghinggapiku, mulai resah, cemas, senang, penasaran, dan semangat tercampur aduk. Mulai dari aku bingung, bagaimana dengan perlengkapannya, ijin ke bapak sama ibunya, fisikku yang sudah siap atau belum, dan terlebih lagi ngebayangin gimana bokernya disana, cuman dilap tisu (yikes...). Terus aku berpikir, tinggi gunung lawu 3265 Mdpl, tinggi awal pendakian 1900 Mdpl, wah pas banget pikirku. Pas banget sama IP semester ini 1,95. Lalu aku membuat tekat, kalau aku gak bisa sampe puncak berarti aku gak kan pernah bisa dapet IP 3. Keesokan malamnya kami mengadakan Tech Meet di rumah tercinta. Aku mendengarkan secara seksama setiap detil tugas serta perlengkapan yang mesti dibawa. Melihat banyaknya barang yang harus dibawa, aku sempat bingung apakah nanti aku bakal kuat bawanya. Semalaman setelah Tech Meet itu aku tidak bisa tidur, cemas dan gelisah hinggap dibenakku, bahkan muncul perasaan untuk berhenti. Tapi semua itu kalah ketika aku mengingat kembali tekadku, meskipun tekadku sempat luntur karena tahu ternyata dia gak ikut. Tapi kegalauanku gak cuman disitu, selama beberapa hari sebelumnya, aku sempat berpikir sepertinya aku dijauhi temen-temenku pewartaan yang di twitter. Mereka berencana jalan-jalan tapi gak ngajak aku, padahal aku juga masih di semarang. Aku pun bercerita ke Tito, tepatnya keesokan paginya waktu kami sedang berenang di siwarak. Di sana lalu aku menceritakan semuanya pada Tito, Tito cuma menjawab, "Gak usah negatif thinking dulu va, kalo emang kamu dijauhin yo tak kancani, hehe." mendengar jawaban Tito tersebut aku menjadi sedikit lega. Lalu kami berenang selama kurang lebih 2 jam. Lalu kami makan di sebuah rumah makan steak di ungaran, di sana aku bertanya pada Tito jika dia punya kenalan yang suka naik gunung, tapi ternyata Tito cuman tahu Wisnu. Lalu aku coba bertanya pada Wisnu tapi sayang tasnya mau dipakai. Akhirnya aku memutuskan untuk membeli peralatan pendakian tersebut sendiri. Setelah bertanya-tanya pada teman-temanku yang sering naik gunung, akhirnya aku memutuskan untuk berbelanja di REI. Mulai dari tas gunung sampai sleeping bag aku beli di sana, dengan duit tabunganku sendiri. Saking semangatnya secara tidak sadar aku sudah berkemas dan langsung berangkat ke beskem. Hingga akhirnya mas Ionk setengah heran dan tertawa,
"Va, kamu mau naik gunung sekarang? Orang berangkatnya kan masih besok."
Aku lalu teringat kalau sekarang masih tanggal 7 Februari, sial pikirku, lalu aku mengeluarkan teknik ngelesku yang terkenal itu,
"Aku cuman mau nitip tas kok mas, soalnya ini aku mau ke salatiga dulu habis ini ngambil barang yang ketinggalan, biar besok bisa langsung siap aja."
Dengan setengah malu aku melangkah masuk ke beskem dan meminta izin pada Arda untuk menitip tas di sana.
Saturday, 2 February 2013
PRMK-FT UNDIP ~ FOLLOW UP 2011
Beberapa hari setelah retret aku merasa sangat semangat sekali untuk aktif di PRMK, bahkan dengan tugas Follow Up setelah Retret ini mungkin akan jadi acara pertama yang kami para anggota keluarga baru akan buat, dipimpin oleh Alexander David (arda) sebagai ketuanya kami belum juga mulai rapat. Acara berikutnya setelah retret yang kuikuti adalah rosario pertama dalam hidupku aku lakukan di Rumah tercinta (beskem) PRMK-FT Undip. Aku gak tau gimana caranya, yang jelas waktu itu aku belum punya rosario, dan aku mengandalkan jariku untuk menghitung. Setelah sekali ikut, setelah itu gak ikut lagi, lalu aku mendapat info acara POR PRMK saat itu akan ada pertandingan basket, aku ingin sekali menontonnya, lalu seperti biasa, aku mengajak kedua temanku Risang dan Yulius untuk ikut menonton, tapi karena tiba-tiba hujan, aku memutuskan untuk berteduh dahulu, hingga akhirnya kesialan pertamaku di kota ini terjadi, ya setelah aku keluar ketika hujan reda, motor yang kuparkir depan kos mereka tiba-tiba hilang tanpa ada yang melihatnya. Seketika itu juga semangatku hancur, aku merasa kenapa kesialan tiba saat aku mulai menemukan semangat yang sudah lama hilang dihidupku. Aku merasa sepertinya aku hanya mengecewakan orang tuaku lagi, sama seperti sebelumnya. Tapi bersyukurlah aku karena aku mempunyai teman seperti kecap dan risang, mereka selalu menghiburku sejak saat itu, mereka menolongku ketika aku kesusahan, dan tak mengharapkan balasan, mereka mengajariku untuk ikhlas dan tulus.
Perlahan aku mulai mencoba untuk bangkit lagi, lalu kami mendapat pengumuman tentang pendaftaran kepengurusan tahun berikutnya, aku sama kecap dan risang, bingung mau mengambil apa waktu itu, lalu aku dan Risang memutuskan mengambil Liturgi dan Mikat, sementara kecap Liturgi dan Pewartaan. Hingga akhirnya Kecap dan Risang mendapat pengumuman kalau mereka diterima di Liturgi, sementara aku tidak mendapat pengumuman apa-apa, aku sempat berpikir mungkin aku memang gak kepilih untuk masuk kepengurusan. Acara ngamen pertamaku adalah waktu danus Follow Up angkatanku di Kerep, dan kami berangkat ke Kerep bareng-bareng, dan kejadian mengenaskan terjadi waktu itu dimana Chris dan Maria ditilang polisi karena hanya memakai spion sebelah saat berangkat. Aku yang lebih dahulu tiba di kerep menunggu mereka cukup lama.
Perlahan aku mulai mencoba untuk bangkit lagi, lalu kami mendapat pengumuman tentang pendaftaran kepengurusan tahun berikutnya, aku sama kecap dan risang, bingung mau mengambil apa waktu itu, lalu aku dan Risang memutuskan mengambil Liturgi dan Mikat, sementara kecap Liturgi dan Pewartaan. Hingga akhirnya Kecap dan Risang mendapat pengumuman kalau mereka diterima di Liturgi, sementara aku tidak mendapat pengumuman apa-apa, aku sempat berpikir mungkin aku memang gak kepilih untuk masuk kepengurusan. Acara ngamen pertamaku adalah waktu danus Follow Up angkatanku di Kerep, dan kami berangkat ke Kerep bareng-bareng, dan kejadian mengenaskan terjadi waktu itu dimana Chris dan Maria ditilang polisi karena hanya memakai spion sebelah saat berangkat. Aku yang lebih dahulu tiba di kerep menunggu mereka cukup lama.
Monday, 28 January 2013
PRMK-FT UNDIP - MY RETRET MY BEGINING
Seperti judulnya PRMK-FT UNDIP, kali ini saya akan bercerita tentang sebuah biro rohani kemahasiswaan katolik di Universitas Dipenogoro. Pelayanan Rohani Mahasiswa Katolik atau yang biasa disebut PRMK bergerak berdasarkan atas dasar "Pelayanan" dan Kekeluargaan, di tengah jumlah mahasiswa katolik yang minor PRMK berusaha untuk tetap menjadi garam dan terang dunia. PRMK-FT adalah sebuah cabang PRMK yang ada di fakultas teknik. Fakultas Teknik UNDIP terkenal dengan kultru kaderisasinya yang lumayan keras, di mana senioritas masih sangat dominan, tetapi hal itu tidak berlaku dalam PRMK-FT meskipun dalam proses kaderisasinya cukup keras juga, tapi saya merasa biro ini masih memegang asas kekeluargaan di mana tidak ada senioritas dan junioritas. Semuanya dipandang setara, hal ini yang membuat saya tertarik untuk bergabung di dalamnya.
Awalnya bisa dibilang saya yang sempat salah jalan ini, berusaha mencari jalan pulang. Ketika melakukan regristasi ulang SNMPTN tulis secara tidak sengaja aku bertemu dengan mereka, sambil membawa kertas-kertas besar bertuliskan PRMK-FT, berlambang salib, dan Katolik, tanpa lelah mereka berdiri di tengah teriknya matahari siang itu seolah menanti penuh harap adanya mahasiswa yang mendatangi mereka. Entah kenapa melihat hal itu aku tergerak hatinya, kucoba mendekati mereka, dan dengan ragu bertanya. "Mbak, mas ini tempatnya mahasiswa katolik ya?", tiba-tiba saja mereka berteriak kesenangan seolah-olah menemukan seperti sesuatu yang hilang, dan mbak nya yang gendut-item-rambutnya ikal itu (kesan pertama) seolah-olah penuh semangat menceritakan apa itu PRMK, apa aja yang ada di sini (yang akhirnya aku ketahui namanya mbak monic a.k.a gori). Lalu ada 1 lagi mas-mas yang lumayan cool (kesan pertama juga) berbicara penuh wibawa dan memberikan penjelasan yang lebih detail lagi dan dia mengenalkan namanya sebagai RIO. Aku masih ingat betapa canggungnya aku saat itu, dan pertanyaan pertama yang terlontar waktu itu, "Mas, mbak ini nanti kalau kuliah agama di mana?" wkwkwkwk, sumpah kalau ingat pertanyaan itu bawaanya ketawa terus. Mereka bertanya padaku aku dari jurusan apa, dan mereka pun membawaku ke teman-teman 1 jurusanku, waktu itu ada 2 orang, tapi aku gak begitu ngeh, dan ternyata ke 2 orang itu yang jadi sahabat baikku sampai saat ini, yaitu Ladislaus Risangpajar, dan Yulius Khrisna Deva Purusha.
Begitulah singkat cerita aku berkenalan dengan yang namanya PRMK-FT, lalu akupun bertanya-tanya seputar info-info tentang PRMK-FT mulai dari grup-grupnya dan lain-lain. Aku pun berkenalan dengan mereka melalui grup Facebook. Dan ternyata sambutannya pun sama hangatnya, banyak yang salah mengira Purwakarta dengan Purwokerto, dan itu sempat jadi booming, haha.. Next, saat awal masuk MOS Universitas kami yang katolik dikumpulkan di gedung sudarto, dan ternyata di Elektro aku gak cuman sendirian ternyata banyak juga mereka yang katolik, ada Roki, Lowo, Maria, Lambertus, Kecap (yulius), Risang, Juan, Kris,dan Tito. Aku melihat mereka, wah sepertinya mereka orang baik-baik yang rajin ke gereja, tapi pada kenyataannya tidak semua, haha, yah meskipun pas awal-awal semester 1 aku masih termasuk malas ke gereja juga. Di sana kami semakin diberi tahu tentang apa itu PRMK-FT, apa aja yang ada di PRMK-FT, dan kami di sambut oleh angelus kami mas Johannes Adhi Nugroho (Adhi), dan yang lain mas Fabianus Marintis (Martin), mas Dionnisius Viddi (Dion), dan mas Anthonius Henry (anton/phizank). Mereka menanyakan padaku apa aku suka mainan forum, aku jawab ya dikit-dikit mas, lalu mereka mengenalkan padaku kalau PRMK-FT juga punya forum, yaitu prmkftundip.web.id ; aku pun mendaftar, kesan pertamaku, wow keren ternyata ini yang namanya organisasi mahasiswa, punya forum sendiri, yang isinya juga bermacam-macam. Dan sepertinya dari situlah awal ketertarikanku dengan forum PRMK-FT sendiri.
Awalnya bisa dibilang saya yang sempat salah jalan ini, berusaha mencari jalan pulang. Ketika melakukan regristasi ulang SNMPTN tulis secara tidak sengaja aku bertemu dengan mereka, sambil membawa kertas-kertas besar bertuliskan PRMK-FT, berlambang salib, dan Katolik, tanpa lelah mereka berdiri di tengah teriknya matahari siang itu seolah menanti penuh harap adanya mahasiswa yang mendatangi mereka. Entah kenapa melihat hal itu aku tergerak hatinya, kucoba mendekati mereka, dan dengan ragu bertanya. "Mbak, mas ini tempatnya mahasiswa katolik ya?", tiba-tiba saja mereka berteriak kesenangan seolah-olah menemukan seperti sesuatu yang hilang, dan mbak nya yang gendut-item-rambutnya ikal itu (kesan pertama) seolah-olah penuh semangat menceritakan apa itu PRMK, apa aja yang ada di sini (yang akhirnya aku ketahui namanya mbak monic a.k.a gori). Lalu ada 1 lagi mas-mas yang lumayan cool (kesan pertama juga) berbicara penuh wibawa dan memberikan penjelasan yang lebih detail lagi dan dia mengenalkan namanya sebagai RIO. Aku masih ingat betapa canggungnya aku saat itu, dan pertanyaan pertama yang terlontar waktu itu, "Mas, mbak ini nanti kalau kuliah agama di mana?" wkwkwkwk, sumpah kalau ingat pertanyaan itu bawaanya ketawa terus. Mereka bertanya padaku aku dari jurusan apa, dan mereka pun membawaku ke teman-teman 1 jurusanku, waktu itu ada 2 orang, tapi aku gak begitu ngeh, dan ternyata ke 2 orang itu yang jadi sahabat baikku sampai saat ini, yaitu Ladislaus Risangpajar, dan Yulius Khrisna Deva Purusha.
Begitulah singkat cerita aku berkenalan dengan yang namanya PRMK-FT, lalu akupun bertanya-tanya seputar info-info tentang PRMK-FT mulai dari grup-grupnya dan lain-lain. Aku pun berkenalan dengan mereka melalui grup Facebook. Dan ternyata sambutannya pun sama hangatnya, banyak yang salah mengira Purwakarta dengan Purwokerto, dan itu sempat jadi booming, haha.. Next, saat awal masuk MOS Universitas kami yang katolik dikumpulkan di gedung sudarto, dan ternyata di Elektro aku gak cuman sendirian ternyata banyak juga mereka yang katolik, ada Roki, Lowo, Maria, Lambertus, Kecap (yulius), Risang, Juan, Kris,dan Tito. Aku melihat mereka, wah sepertinya mereka orang baik-baik yang rajin ke gereja, tapi pada kenyataannya tidak semua, haha, yah meskipun pas awal-awal semester 1 aku masih termasuk malas ke gereja juga. Di sana kami semakin diberi tahu tentang apa itu PRMK-FT, apa aja yang ada di PRMK-FT, dan kami di sambut oleh angelus kami mas Johannes Adhi Nugroho (Adhi), dan yang lain mas Fabianus Marintis (Martin), mas Dionnisius Viddi (Dion), dan mas Anthonius Henry (anton/phizank). Mereka menanyakan padaku apa aku suka mainan forum, aku jawab ya dikit-dikit mas, lalu mereka mengenalkan padaku kalau PRMK-FT juga punya forum, yaitu prmkftundip.web.id ; aku pun mendaftar, kesan pertamaku, wow keren ternyata ini yang namanya organisasi mahasiswa, punya forum sendiri, yang isinya juga bermacam-macam. Dan sepertinya dari situlah awal ketertarikanku dengan forum PRMK-FT sendiri.
Sunday, 20 January 2013
KISAH SANG PENDUSTA
Sore ini entah
mengapa saya merasakan sesuatu yang janggal dalam diri saya, banyak
pertanyaan-pertanyaan aneh bermunculan dipikiran saya. Siapakah saya, Apakah
saya ini, Mengapa saya hidup, Bagaimana caranya menjalani hidup, dan masih
banyak lagi pertanyaan aneh yang melintas. Lalu saya mencoba merenung sejenak,
menapak tilas kejadian-kejadian masa lampau. Akhirnya saya mendapat satu
kesimpulan yang pas, yaitu saya ini hanya sebuah sampah yang tidak berguna yang
seharusnya dibuang jauh-jauh. Mengingat kembali masa kecil ku, aku ini anak
yang nakal, tidak pernah nurut orang tua, selalu menjahili teman, dan suka
BERBOHONG. Kenapa kata BERBOHONG ini saya perbesar? Karena disitulah awal titik
saya menjadi seorang sampah. Aku dari kecil memang terlahir orang yang tidak
pernah mau kalah dalam hal apapun, dan aku ingat awal aku mulai BERBOHONG
adalah ketika bermain ke rumah teman baikku Christian. Di rumahnya kami bermain
komputer, di sana aku memulai keBOHONGanku dengan bercerita kalau aku juga
punya komputer. Tetapi namanya anak kecil ketika pulang, aku dijemput orang
tuaku, lalu aku merengek pada orang tuaku untuk dibelikan komputer, tetapi
orang tuaku menolaknya dan aku menangis sejadinya, tapi hal itu tak merubah
apapun dan orang tuaku tetap pada pendiriannya. Sejak saat itu juga aku mungkin
menganggap ke 2 orang tuaku merupakan orang tua terpelit yang pernah ada. Namun
karena waktu aku menangis itu Christian tahu alasanku menangis ke esokan
harinya ketika di sekolah(waktu itu kelas 2) dia mengejekku di depan
teman-temanku bahwa aku tukang BOHONG.
Wednesday, 16 January 2013
Antara Mimpi, Realita, dan Idealisme..
Manusia hidup pasti memiliki sebuah pandangan, tentang apa yang akan dia lakukan, dan hal apa yang ingin dicapainya, keinginan untuk menjadi lebih baik dan semacamnya. Mimpi, itu mungkin kata yang pas menggambarkan hal tersebut, sebuah hasrat untuk mencapai sesuatu yang katanya akan menjadi puncak dari hidup kita. Tapi apakah setiap mimpi, selalu bisa menjadi kenyataan? Tentu jawabannya, setiap mimpi pasti bisa menjadi kenyataan, tapi apa jadinya kalau mimpi itu tidak terwujud. Banyak yang belum bisa merumuskan bagaimana sebuah mimpi itu bisa terwujud atau tidak. Bahkan mereka yang katanya telah mencapai mimpi mereka-pun hanya bisa memberikan masukan-masukan yang belum jelas juga kebenarannya karena mereka sendiri masih belum mengerti bagaimana mimpi mereka bisa terwujud. Kerja keras itu kata mereka, well, memang orang kerja keras memperbesar peluang kita dalam meraih sesuatu. Tapi pada kenyataannya banyak juga orang di sana yang bekerja bahkan lebih keras dari mereka tetapi masih belum mencapai mimpi mereka. Belajar, itu juga kata mereka, tapi pada kenyataannya banyak mereka yang mencapai mimpi mereka bahkan hanya dengan tingkat pendidikan yang pas-pasan, bahkan banyak juga mereka yang sudah mempunyai tingkat pendidikan yang tinggi bahkan masih sulit untuk mempertahankan hidup mereka sendiri.
Ini realita bung, begitu ujar beberapa orang yang merasa diri mereka gagal mencapai mimpi. Apa itu realita? Realita adalah sebuah kondisi di mana hal itu nyata dan benar adanya dengan adanya bukti-bukti dan fakta-fakta yang mendukung. Realitanya tidak semua orang yang bekerja keras, pantang menyerah, dan berilmu bisa mencapai mimpi mereka. Mereka bilang orang yang hidup hanya mengejar mimpi mereka hanya orang-orang idealis, yang tidak mempedulikan realita dan menyesal belakangan. Lalu apakah kita sebagi manusia harus menyerah pada semua mimpi kita dan menyerahkan semuanya terhadap alur takdir? Well, saya sendiri masih belum bisa menemukan jawaban pastinya. Yah ada yang bilang orang idealis itu orang yang kolot, yang padangannya ketinggalan zaman, lalu apa yang bisa membuat seseorang itu menjadi orang yang idealis, kalau dari pengamatanku, mereka yang idealis biasanya menganggap sebuah hal itu ada "sempurna" nya jika dilakukan seperti keinginannya, biasanya dia mendapat pandangan tersebut dari pengalaman-pengalaman pribadi. Tapi tidak selamanya Ideal itu bisa menjadi sesuatu yang "sempurna" seperti yang diungkapkan sebelumnya Realita selalu menjadi "penjegal" terhadap sebuah pemikiran tentang idealis tersebut. Mereka yang realistis lebih sering ingin mencapai sesuatu dengan mengikuti arus yang berkembang disekitar sebuah permasalahan dan beradaptasi mengikuti perubahan tersebut.
Friday, 11 January 2013
KESAMAAN DAN PERTIDAK SAMAAN
Setelah menonton film berjudul Lake House yang dibintangi oleh Sandra Bullock dan Keanu Rainerus(Reeves), aku jadi teringat tentang ayahku, karena selain film tersebut menceritakan tentang kisah cinta yang unik dan romantis (pake) banget, belum lagi di tambah jalan ceritanya yang twist. Film itu juga menyisipkan sebuah pesan, dimana impian dan cita-cita seorang ayah terkadang terwarisi ke anaknya, dan aku merasa seperti itu juga. Meskipun kita sering salah jalan seperti yang terjadi pada tokoh utama di film itu Alex dan Kate, Alex menyukai arsitektur sama seperti ayahnya, dan Kate senang menolong orang lain. Mereka secara tidak langsung mempunyai kesamaan dengan orang tua mereka yang kemudian menuntun mereka ke kehidupan yang mereka jalani saat ini, meskipun diceritakan dalam film tersebut Alex sempat hendak menjauh dari cita-cita dan mimpi tersebut, akhirnya dia kembali dan melanjutkan hal tersebut. Lalu aku mendapat pemikiran seperti ini, mereka mempunyai beberapa kesukaan dalam beberapa hal yang sama, hal ini membuatku bertanya-tanya apakah kesamaan ku dengan ayahku. Lalu aku mencoba membuat daftar persamaan tersebut yang antara lain:
Tuesday, 8 January 2013
Hidupku
Hati, pikiran dan badanku sudah lelah..
Apakah aku harus tetap tersenyum saat aku sedang sedih..
Apakah aku harus tetap diam saat aku ingin berteriak..
Belakangan aku berpikir siapakah aku ini?
Hanya seorang mahasiswa biasa yang berjalan tanpa arah..
Apakah benar aku seorang mahasiswa atau aku hanya seorang mahabocah..
Seorang mahabocah yang berpikir seadanya, logika gak jalan perasaan di kedepankan..
Aku seperti orang yang berlari berputar-putar mengejar sesuatu yang tak jelas..
Kosong itu lah tatapanku menatap masa depan..
Semuanya terasa hanya angin lalu dan isapan jempol belaka..
Semuanya terasa benar saat aku menjalaninya..
Kenapa hidupku hanya berisi tangis dan penyesalan..
Sampai kapan aku harus bertahan..
Rasanya tanpa diriku pun dunia akan tetap berjalan..
Jikalau masih ada tempat di dunia ini bagiku merasakan bahagia..
Inginku merasakannya walau hanya sekali..
Tapi satu hal nyata yang kurasakan saat ini..
Rasa cintaku padamu,
Sudah lama aku tak merasakan cinta yang seperti ini..
Tapi sekarang perasaan ini malah melukaiku..
Perasaan memang pedang ber mata dua..
Yah ternyata memang benar aku ini Mahabocah..
Selalu mengeluh masalah perasaan..
Selalu bersembunyi saat masalah datang..
Selalu lari dari kenyataan dan berpura-pura untuk kuat..
Teori Topeng
Aku lupa seperti apa aku dulu, cara bicaraku, pola pikirku, dan tindakanku. Aku sudah lupa seperti apa aku dulu. Tapi yang aku tahu, apa yang sudah kulakukan dulu, sepertinya sebuah kesalahan besar. Entah apa yang dilakukan oleh otak kecil ini, tapi yang jelas itu merusak semuanya. Mulai dari caraku dalam kuliah, pola pikirku dalam kegiatan apapun itu, dan terakhir yang kusesali adalah kebodohanku mengungkapkan isi hati ini dengan cara yang konyol. Yah, dalam dunia nyata mungkin aku orang yang cenderung pendiam, gak banyak bicara, ingin selalu terlihat kuat, gak mau terlihat pintar dan sulit untuk bergaul; tapi seolah hal itu berbeda ketika aku berada dibalik layar laptopku, dibalik topeng akun jejaring sosial atau permainan onlineku. Aku menjadi seseorang yang seutuhnya berubah, baik cara bicara, pikiran, dan kepribadian. Dengan menggunakan topeng itu aku merasa kalau aku bisa melakukan apa saja tanpa merubah cara pandang orang terhadap diriku yang nyata. Tapi ternyata salah gak setiap orang memandang hal itu, ya, dan itu apa yang membuat hidupku tidak nyaman lagi. Aku memang menyukainya sangat. Entah kapan perasaan itu mungkin muncul pas di retret pertamaku, atau setelahnya aku juga lupa. Karena kau tahu, aku selalu mencari sosok wanita yang tepat, aku selalu ingin mendekati beberapa wanita cantik yang aku kenal, yah tapi karena kurangnya pengalaman dalam hal ini, aku menjadi seseorang yang kaku, dan seolah-olah berpikir aku tidak butuh hal itu. Meskipun pikiranku selalu mengatakan hal itu, tapi tidak dengan hatiku. Aku memang belum pernah berpacaran, dan hal itu terkadang selalu menjadi bahan ejekan teman-temanku, tapi bukan sebuah pengakuan dari teman-temanku yang aku butuhkan. Aku membutuhkan seseorang yang bisa membuat diriku yang selalu down ini menjadi sesuatu yang selalu up. Banyak cewek cantik yang aku kenal, tapi sayangnya sepertinya tidak ada satupun yang pas buat nutup lubang dihati ini. Dan setiap kali aku melihat cewek-cewek tersebut, pikiranku selalu tertuju padamu, entah mengapa menurutku, kau sesuatu yang berbeda. Kalau ditanya kenapa aku bisa suka kamu, aku sendiri pun bingung, aku hanya suka itu saja, dan sesuatu yang berbeda itu membuatku menyukai dirimu, bahkan kalau ditanya apa yang kurang darimu, menurutku kau sempurna. Aku selalu senang bisa menghabiskan waktu bersamamu, melihatmu tersenyum, melihatmu marah, melihatmu menangis. Tapi sayang sepertinya karena kebodohanku dan teori topengku, semuanya berubah, aku tahu kau pasti marah dan membenciku karena hal itu, ya itu wajar, aku memang orang bodoh yang berharap bisa berdiri disampingmu tanpa aku pernah sadari betapa tidak pantasnya aku untuk hal tersebut, karena aku masih terlalu sering melakukan kesalahan dan aku tak mau kamu menjadi bagian dari orang yang merasakan kesalahan-kesalahanku tersebut. Biar kutanggung sendiri semua beban dan penderitaan ini, aku cuman berharap kamu tahu betapa spesialnya dirimu dan semoga kamu mendapatkan orang yang sama spesialnya dengan dirimu.
Sebuah surat kecil dari hati.
Malam itu, hampir 1 tahun yang lalu tepatnya, di tengah
hangatnya api unggun, pertama kali aku mengenalmu. Awalnya aku takut melihatmu
sifatmu yang cuek dan galak membuatku enggan untuk mengenalmu, tapi seiring
waktu berjalan, kulihat satu sisi dari dirimu yang lembut, berprasaan dan
hangat. Senyummu yang jarang sekali terlihat memancarkan keikhlasan, dan tawamu
mencerminkan jiwa yang dipenuhi rasa kebebasan. Kita sudah 2x menjadi 1
kelompok dalam pelajaran yang sama, bahkan masuk ke dalam bidang yang sama,
tapi entah mengapa rasanya sulit sekali bagiku untuk mengenalmu lebih dekat,
mungkin aku memang seorang lelaki pengecut. Yah pada dasarnya aku memang tidak
memiliki apapun yang dapat kubanggakan di depanmu, dan kulihat sepertinya kau
tertarik dengan pria lain. Memang sakit rasanya tapi apa daya, jika ini memang
takdirku, jika aku memang ditakdirkan untuk sendiri, aku memang selalu sial
soal masalah cinta, aku cuman berharap kau tahu isi hatiku, dengan mengetahui
kalau kamu mengetahui isi hatiku saja sudah cukup bagiku. Kuharap kau bahagia dengan pria yang memang
kau harapkan, seorang pria sejati dan bukan seorang pengecut seperti diriku.
A Dream Of A Fallen Butterfly
I still remember the moment when I'm a kid, kicking up every chalenge that lie in front of me like it was nothing..
fly like butterfly with spirit in my wing.. soaring the wind conquering the sky.. but now everything turning around, every chalenge that lie in front of me blocking all my way,
I barely able to fly anymore.
My spirit left my wing,
the wind stop blowing and the sky left me drowned in the dust.
What can I do now is staring the sky that slowly become darker then ever, crying for the mistake I've done in the past, begging for help from everyone who fly over me,
I can't go back to the past and too afraid to face the future.
But i feel something..
Something warm and comfort, something that told me I'm still alive. I've found everyone, I found them my best friend who give their hand to teach me again how to fly who back me up with everything they got, who put my spirit back to the wing,
And the last I found you, the most beautifull butterfly that I've ever meet,
you always fly in front of me, you always care about everyone problem and step aside your own problem.
But i know even you always looking strong in front of everyone but deep inside you still a girl who need a care from anyone else.
You teach me how to keep strong, to caring each other, and to be humble. Right now I'm only can flying slowly behind you, watching you from a far,
but I always dreaming that someday we can flying together side by side.
I'll chasing you always.
Berikan Aku Sebuah Tanda
Seperti bintang yang mati,
Yang menerangi malam ini,
Aku sudah letih,
Tembok ini mulai menghimpitku,
Hari berlalu,
Berikan aku sebuah tanda,
Kembalilah kemari,
Hai Kamu.
Aku bisa merasakan kau menjauh,
Tak lagi ada rasa,
Tak lagi sama,
Dan aku melihat kau mulai merasuki perasaanku,
Aku kan membiarkanmu hidup,
Jika kau tunjukan hatimu,
Selamanya dan selalu,
Luka ini akan selalu ada,
Aku hancur dan jatuh,
Meninggalkanku selamanya di sini dalam gelap,
Matahari seperti mati,
Langit sangatlah gelap,
Adakah yang peduli,
Adakah orang disana,
Ambil Hati ini,
Sudah kosong tak ada isinya,
Aku sudah mati,
Aku bangkit hanya untuk jatuh lagi,
Tuhan tolong aku yang salah jalan ini,
bawa aku dalam terangmu,
Beri aku sebuah tanda,
Ada yang terkubur dalam kata-kata,
Beri aku sebuah tanda,
Mataku yang banjir oleh air mata,
Cukup berikan aku sebuah tanda,
Ada sesuatu yang tak bisa dikatakan
Berikan aku sebuah tanda,
Tak sanggup lagi memendam,
Cukup berikan aku sebuah tanda,
Dan kuberitahu kau semuanya.
Berikan aku sebuah tanda,
Air mata tak kan mampu melupakan segalanya
Selamanya dan selalu,
Perasaan ini selalu ada.
Friday, 4 January 2013
Hanya Sebuah Mimpi atau Sebuah Pertanda?
Entah, terbawa suasanakah atau mimpi ini memang direncanakan seseorang padaku..
Di tengah kekalutan ku akan nasibku disemester ini, tiba-tiba saja malam tadi aku bermimpi tentang hal yang sangat tidak logis bahkan mendekati konyol namun terasa nyata..
Aku bahkan serasa sadar di dalam mimpi itu, aku bisa melakukan hal yang aku inginkan tapi aku tak pernah bisa meyakinkan diriku bahwa itu hanya mimpi..
Aku tahu ada peristiwa yang namanya Lucid Dream, aku sering kali mengalaminya, dan terkadang aku sadar kalau itu mimpi dan langsung bangun seketika,,
Atau kadang aku bermimpi tentang beberapa hal yang akan terjadi,
Namun mimpi kali ini terasa berbeda, seberapapun kuatnya pikiranku menyangkal itu mimpi tetapi tidak juga membangunkanku..
Yah mimpi kali ini terasa sangat aneh, untuk pertama kalinya aku merasa disadarkan dalam hidupku tentang apa yang telah kulakukan selama ini..
Untuk pertama kalinya aku merasakan "kematian", aku bermimpi di mana aku mati setelah menyelamatkan seseorang, aku dapat melihat diriku tergeletak tak berdaya dan berlumuran darah..
Melihat tatapan orang disekitarku memandang ngeri, dan rasa dingin dan getir yang tiba-tiba menggetarkan bulu kudukku..
Aku merasa dirayapi berbagai rasa keputus asaan dan kekecewaan, apalagi saat melihat kedua orang tuaku dan adikku menangisi tubuhku yang sudah diam tak bernyawa itu, aku langsung berpikir dalam hatiku, "Apa yang sudah kulakukan sampai saat ini hanya mengecewakan mereka, tak pernah aku melakukan hal yang benar, aku belum berbuat apa-apa buat mereka, dan semua cita-cita serta mimpiku hilang seketika." tapi mereka tetap menangisi aku yang gagal itu, ingin sekali aku menyapa dan menyentuh mereka tapi aku tak bisa, seolah ada sesuatu yang mengganjal di tenggorokan untuk menyapanya.
Aku pun berlari dari tempat itu dan berusaha meyakinkan diriku kalau aku masih hidup, tapi apa daya ketika aku berjalan melewati cermin, aku tak dapat melihat bayanganku disitu, seketika juga aku jatuh lemas dan hanya bisa terisak dan menyesal..
Aku jadi teringat akan sebuah film "My Lovely Bone" judulnya, sebuah yang menceritakan tentang hantu seorang gadis perempuan yang tewas dibunuh, yah aku merasa menjadi susy salmon saat itu..
Lalu aku mendengar suara tawa, banyak tawa, dan ketika aku menegakkan kepalaku aku melihat mereka yang sudah "mati" dengan wajah dan tubuh yang bentuknya sudah tidak karuan menertawakanku..
Mereka mencaci dan menghinaku, mereka menertawakanku yang menyesali semuanya, aku yang awalnya tidak percaya tentang mahluk-mahluk seperti mereka seolah tidak bisa melakukan apapun aku hanya merasa ketakutan dan hanya berteriak sekeras yang kubisa..
Tiba-tiba gelak tawa itu hilang lalu aku melihat seseorang berjubah putih layaknya pastur yang ada digereja-gereja mendekatiku, dan berkata "kamu akan dibawa ke hadapan-Nya sebentar lagi."; entah darimana datangnya dari mana keberanian itu aku menjawab, "Tapi tuan masih banyak hal yang belum saya lakukan sampai saat ini."; lalu dia hanya membalas, "Lakukanlah apa yang mau kamu lakukan dalam waktu 1 hari ini.." lalu dia menghilang..
Tanpa pikir panjang aku langsung berlari, entah bagaimana caranya tiba-tiba aku sampai dirumahku, aku melihat seluruh keluargaku berkumpul disana, dan aku melihat ibuku menangis dengan sangat pilu..
Aku berjalan masuk ke tengah ruangan, aku inign menyampaikan sesuatu kepada orang tuaku dan adikku, lalu aku mencoba berbicara, "Bu, pak, dek; emas di sini.." tiba-tiba ruangan menjadi sunyi seolah mereka mendengar suaraku, dan ibuku langsung berkata, "Mas dimana?" Aku kaget ternyata suaraku masih bisa didengar mereka, lalu aku melihat jaket hijau favoritku ada tak jauh dari situ lalu aku mengambil dan memakainya, "Mas di sini bu.." Kataku, secara spontan ibuku berlari ke arahku dan langsung memelukku, aku tak tahu ternyata aku masih bisa disentuh, tapi tak ada lagi kehangatan ku rasakan dari pelukannya, ibukku masih menangis di pelukanku, lalu disusul adek dan bapakku menyusul memelukku. Ingin rasanya merasakan kehangatan dari mereka lagi pikirku..
Lalu aku teringat kalau waktu tak banyak, aku lalu berbicara pada keluargaku, "Bu, maafin mas kalau selama ini aku udah ngecewain ibu sama bapak, mas pernah rusak semua kepercayaan yang bapak sama ibu percayain ke mas, maaf juga kalau ternyata semua janjiku ke bapak sama ibu gak bisa terwujud, maaf kalau selama ini aku gak pernah jadi anak baik yang bapak sama ibu harapkan, Dek, mas juga minta maaf kalau mas gak bisa jadi kakak yang bisa ngasih contoh yang baik ke adek, malahan adek udah jadi orang yang lebih baik tanpa bimbingan dari mas, mas cuman titip pesan, jaga bapak sama ibu, jangan repotin mereka, sekarang adek sendiri tapi mas masih bakal dukung adek terus dari jauh, mas masih ada hal lain yang mas mau lakuin, karena itu mungkin ini salam perpisahan yang terakhir dari mas, gak usah nangisin mas terus," seketika itu juga aku melepaskan diri dari pelukan mereka dan melepas jaketku itu..
Lalu tanpa sadar aku berjalan ke tempat yang ternyata di sana ada sobat-sobat dekatku saat ini, beberapa dari mereka ada yang menangis, dan aku melihatnya, seorang gadis yang memang jarang menangis itu, ternyata dia menangis juga, seorang gadis yang selalu ada dipikiranku, meskipun aku tak pernah punya keberanian untuk mendekatinya, namun karena hari ini hari terakhir aku berani mendekatinya, "##" kataku padanya sambil menyentuh pundaknya, "Jangan takut, ini Alva, aku datang ke sini cuman buat bilang sebenarnya selama ini aku suka sama kamu, tapi aku gak pernah punya keberanian untuk mendekatimu karena bagiku kamu terlalu baik bagiku, aku cuman berharap kamu dapat menemukan seseorang yang sesuai denganmu.." seketika itu juga aku melepaskan diriku dari tatapannya dan berlari lagi..
Kali ini aku tiba di depan teman-teman terbaikku di elektro, "Sang, cap, to, lamb, ju, kriss, wo, dan yang lain makasih udah jadi teman terbaikku selama aku kuliah di elektro ini, maaf kalau selalu ngerepotin kalian selama aku kuliah di sini, aku selalu berharap yang terbaik buat angkatan kita.."
Dan terakhir aku berhenti di depan teman-teman terbaikku di purwakarta, "Semuanya aku minta maaf kalau selama ini pernah berbuat yang gak enak sama kalian, kita emang sering main bareng-bareng, kalau kalian mau pakai charku game apa aja silahkan, aku percayakan char itu ke kalian.."
Lalu aku berjalan hari itu sudah siang namun gelap karena mendung, aku melewati sebuah pemakaman umum, dan melihat peti matiku sedang dbawa oleh beberapa orang menuju sebuah tanah yang terbuka, perlahan aku mengikuti mereka, dan ternyata hari itu aku tidak sendiri..
Aku melihat kiri, kanan, serta sekelilingku terdapat juga mereka yang hendak di makamkan, lalu aku meliha sesuatu yang kontras, di dekat setiap makam yang baru itu terdapat orang-orang mengenakan kemeja putih dan celana hitam serta ikat kepala, ada yang ikat kepalanya hitam dan putih, lalu aku melihat diriku dan ternyata aku menggunakan hal yang sama, lalu aku mencoba memegang ikat kepalaku, kulepas, lalu kulihat warnanya hitam, dan kuikatkan kembali dikepalaku.
Aku melihat wajah-wajah yang kukenal menangis dalam prosesi pemakamanku, lalu pandanganku teralih ke sosok seseorang yang berjubah layaknya pastur tadi berdiri di tengah-tengah makam, lalu orang-orang yang berseragam tadi mulai bergerak mendekatinya, lalu akupun mengikuti mereka, lalu dia menjelaskan bahwa warna ikat kepala itu menunjukan bagaimana kamu hidup, meskipun begitu semua keputusannya tetap diputuskan nanti..
Aku mengerti apa maksudnya, yah aku memang banyak melakukan hal yang salah di hidupku, mungkin "surga" memang bukan tempatku, di tengah ketakutan, tiba-tiba aku mendengar mereka yang medoakanku supaya aku bisa tenang di "surga"..
Lalu aku dibawa ke sebuah ruangan kecil, mirip tempatku mengaku dosa, "Jadi seperti ini pengadilan Allah, kataku." lalu aku mendengar sebuah suara dari bilik di sebelahnya, menanyakan padaku, siapa namaku, dan apa yang sudah kulakukan selama hidupku, aku menyebutkan semua kesalahan dalam hidupku, hingga pada puncaknya, aku memohon untuk tidak membiarkan mereka yang pernah membantuku untuk tidak pergi ke tempat yang "sama" denganku nanti karena mereka pantas mendapat tempat yang lebih baik. Lalu orang itu berkata bagiku tempat yang pantas bagimu bukan di tempat itu karena hal terakhir yang kamu lakukan sangat mulia..
Lalu aku di bawa ke depan sebuah pintu, yang bersinar putih sangat terang, menyilaukan mata hingga aku tak sanggup melihat, sejenak aku berpikir selamat tinggal IP 3, selamat tinggal mimpi beli motor sendiri, selamat tinggal cita-citaku, selamat tinggal bapak, ibu, adek, dan semuanya,,
lalu saat aku membuka mata ternyata Layar Laptopku mengalami white screen lagi, dan rasanya menyilaukan sekali, lalu aku tersadar kalau aku tadi lagi belajar sambil tiduran dan gak sengaja ketiduran, tapi aku merasa hal itu sangat nyata, lalu aku berdoa dan berterima kasih karena ternyata aku masih hidup (seolah-olah beneran habis mati) terus aku mulai lanjut belajar lagi serius setelah ketunda gara-gara ketiduran tadi, aku sadar aku belum melakukan apa dalam hidup ini, mungkin itu sebuah suntikan semangat kecil dari Tuhan karena belakangan ini aku sering down, sering galau, dan seolah-olah aku bisa mengambil hikmah tersendiri dari hal itu..
Yah aku tak tahu kapan hidup ini berakhir, tapi selama masih ada nafas dan jiwa dalam tubuh ini tak kan kusia-siakan lagi, aku sudah menyesal mengecewakan semuanya, saatnya untuk "Bangkit" dan maju meskipun itu tak mudah tapi aku tahu itu tak mustahil..
Subscribe to:
Posts (Atom)