Karena hidup ini terlalu panjang untuk tidak kita abadikan, aku menulis untuk membuat semua kenangan hidup ini terukir jelas, semuanya kutulis berdasarkan hati yang tulus.
Friday, 8 March 2013
A little question for myself
Belakangan ini aku mulai menanyai diriku lagi, siapakah aku ini, hal apa yang menunjukan diriku sesungguhnya?
Dibilang aku punya mimpi, punya, aku punya cita-cita, punya..
Tapi jika ditanya hal apa yang kamu punya? Keputusan apa yang pernah kamu buat?
Sepertinya tidak ada, apa yang aku kejar hanyalah menjadi seperti ayahku.
Kuliah di Undip, dan lulus sebagai Insinyur.
Tapi belakangan aku ragu, apa itu yang sebenarnya ingin kukejar.
Atau itu adalah sebuah mimpi yang sudah didoktrin dalam keluargaku.
Apa aku ini hanya seorang "tentara" kecil yang patuh pada perintah?
Ya jika dilihat kebelakang, aku dari kecil sudah dilatih dengan tingkat kedisiplinan yang tinggi.
Bahkan untuk masuk sekolah pertama kalipun aku harus diseret sepanjang jalan.
Aku diminta untuk selalu masuk rangking di kelas.
Bahkan ketika ada perlombaan pun aku juga diminta untuk ikut.
Sampai untuk memilih sekolah menengah pertama pun aku diwajibkan masuk negeri, dan meninggalkan sekolah swasta katolik yang dari TK sudah aku ikuti.
Yah pengalaman pertama masuk negeri, berbaur dengan mereka yang berbeda agama, aku yang terbiasa hidup dalam komunitas mayoritas, kali ini harus membaur dan menjadi kaum minoritas.
Meskipun untuk masuk SMP negeri itu juga merupakan sebuah keberuntungan, karena mustahil dengan NEM ku waktu itu untuk masuk sana.
Menjalani masa-masa awal di negeri tidaklah mudah, setiap pelajaran agama ada saja guru yang mengolok-olok agamaku, belum lagi tingkat disiplin dan moral yang rendah, membuatku terpaksa mengikuti kebiasaan buruk di sana. Aku yang dulu ketika di SD terbiasa menjadi pemimpin di sini aku menjadi ragu dan kehilangan kepercayaanku lagi.
Tapi aku bertahan, meskipun masalah selalu datang, aku selalu mencoba tetap tersenyum kepada siapapun. Perlahan aku mulai mengetahui banyak hal, banyak sifat, dan banyak ragam manusia.
Namun tetap saja, aku tidak bisa lepas dari peran sebagai "tentara" kecil dalam keluarga, aku selalu takut dalam menghadapi setiap kesalahan yang kuperbuat. Tingkat hukumannya bahkan lebih berat daripada hukuman yang diberikan senior di Universitas sekalipun.
Aku selalu diminta untuk jadi yang terbaik, sampai pada saat untuk masuk Sekolah Menengah Atas pun orang tuaku tetap yang mengambil keputusan. Dengan ancaman, kalau aku gak bisa masuk sekolah tersebut aku gak dapet motor.
Dan dengan sedikit mukjizat aku berhasil masuk ke SMA tersebut. Dengan murid yang tak jauh beda dari SMP ku, aku semakin melupakan diriku yang lama, terbawa arus pergolakan remaja, aku melawan "tentara" kecil yang ada dalam diriku, mencari hal yang sudah lama hilang dari diriku, tapi aku tak pernah menemukannya.
Semakin jatuh dan terperosok membuatku tersudut selama SMA, masuk IPA karena pertolongan dosen wali, hampir di cap sebagai murid terbodoh.
Benar-benar bertolak belakang dengan diriku yang lama, lalu aku mencoba kembali lagi menjadi "tentara" kecil itu, kembali lagi ke dalam mimpi lama itu. Aku mengikuti lagi semua komando dari orang tuaku, bahkan aku yang awalnya ini hampir gak bisa kuliah, bisa keterima di salah satu Universitas Swasta favorit, tapi karena aku tahu orang tuaku lebih menginginkanku masuk ke Universitas Negeri maka aku melepas Universitas itu. Dan satu-satunya jalan yang bisa kuambil adalah SNMPTN tulis. Yah hanya itu yang tersisa jika aku ingin masuk negeri gak ada UM atau Undangan. Kalau gagal aku masuk Univ swasta di dekat tempat nenek dan kakekku tinggal.
Dan ternyata lagi-lagi dengan ajaibnya aku bisa masuk di Universitas yang pernah dikuliahi bapakku dulu, Universitas yang selalu aku ucapin kalau ditanya mau kuliah di mana. Yah aku diterima di Teknik Elektro Undip, sama seperti ayahku dulu.
Semuanya seolah seperti telah diatur, bahkan aku masih sering bertanya, apakah aku nanti akan seperti ayahku? Bahkan pada titik sekarang ini, aku sepertinya akan mengambil konsentrasi yang sama dengan ayahku dulu.
Tapi setelah menonton sebuah film, ada kalimat yang berbunyi seperti ini.
"Urusan keluarga atau bukan, terkadang kau harus hidup sesuai dengan apa yang kau inginkan, terkadang kau harus membuat keputusan yang akan menunjukan siapa dirimu, tidak perlu mengikuti keluarga, jika itu tidak membuatmu bahagia."
Aku jadi ingat lagi pada diriku yang terkadang iri melihat kehidupan adikku, dulu aku melihatnya seolah, dia tak harus sempurna, minta apa aja pasti dikasih, selalu jadi anak kesayangan, kalau ada yang salah pasti aku yang salah.
Padahal sebenarnya aku hanya iri dengan dirinya, yang berani menolak semua masukan orang lain, dan menjadi dirinya sendiri dari dulu hingga sekarang, dia sudah terlihat dewasa dari dulu dan sekarang aku sadar, kalau sebenarnya aku hanya mencoba terlihat senang di depan semua orang padahal sebenarnya aku hanya seorang anak kecil yang sendirian yang masih mencari tempat bagi dirinya.
Sekarang semua sudah terlambat, tak ada jalan untuk kembali, aku tidak pernah meminta apapun, aku tidak pernah membuat semuanya benar, karenanya untuk kali ini saja aku membuat keputusan ini untuk diriku sendiri sudah saatnya "Tentara" kecil ini untuk memimpin perang dalam hidupnya sendiri.
Karenanya "aku tidak akan pulang sampai dapet IP 3,0." sesulit apapun itu, aku akan coba percaya pada hal tersebut. Aku sudah mempercayakan semuanya selama ini pada keputusan orang tuaku, sekarang saatnya orang tuaku yang mencoba percaya terhadap keputusan yang aku buat.
I know it like a Highway to hell, but I'll get stronger, and if I'm going down, I'll going down swinging..
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment