Akhirnya acara yang membosankan itu pun usai. Kami diperbolehkan kembali ke ruangan kami masing-masing. Aku melihat Icad dari bangkunya melambaikan tangannya ke arahku, memintaku untuk mendekat. Baru hendak beranjak, tiba-tiba cewek di meja sampingku tadi, memegang pundakku.
"Hai, klo tidak salah dengar, namamu Roi Setya Jati?" Aku terkejut mendengar ucapannya. Aku tak begitu memperhatikannya tadi, yang kutahu dia hanya memperlama sesi perkenalan itu dengan pertanyaannya, namun setelah ku amati ternyata cantik juga. Wajahnya khas cewek jawa banget, rambutnya yang mengombak sebahu, terlihat pas, pada badannya yang nampak kecil bagiku.
"Ya benar, ada apa ya?"
"Apa benar, kamu mempunyai hubungan dengan tuan Peter Jati, dan nyonya Ary Setya?"
"Ya, mereka berdua orang tuaku."
Mendengar jawabanku itu, dia nampak terkejut. Aku penasaran apa yang membuatnya terkejut seperti itu. Hingga kutunggu dia hendak berkata apa lagi.
"Aneh sekali, kenapa kau bisa berada di kelas ini?" Kuperhatikan wajahnya penuh rasa penasaran, kedua orang tuaku memang bekerja di pemerintahan, tapi aku tak pernah mengira jika ada orang lain yang tahu tentang mereka.
"Entahlah, apa kau mengenal kedua orang tuaku?"
"Kenal! Aku fans mereka, mereka adalah legenda sekolah ini, indestructible duo, itu yang kedua orang tuaku selalu ceritakan padaku, banyak sekali cerita tentang sepak terjang mereka.." kali ini wajahnya tampak berseri seri penuh semangat.
"Well, aku tak pernah menyangka kedua orang tuaku seterkenal itu, mungkin kau bisa bertemu mereka sebentar lagi, bagaimana jika kau kukenalkan ke kedua orang tuaku?"
Seketika itu wajahnya nampak memerah, dia pun menutup wajah dengan kedua tangannya. "Kita bahkan belum saling kenalan, tiba-tiba kau hendak mengajakku bertemu kedua orang tuamu."
Huh, sepertinya dia salah paham dengan maksudku. "Hahaha, bukan, bukan seperti itu maksudku, katanya kau fans mereka, aku tak keberatan jika kau ingin bertemu, toh kita punya waktu sampai jam 7 malam untuk bersama dengan keluarga kita, dan aku rasa kedua orang tuaku itu pasti ingin mengintip kamarku."
"Oh Tuhan, maafkan aku yang salah paham, aku jadi malu sendiri, tentu, aku ingin bertemu dengan kedua orang tuamu itu. Bisakah kau kabari aku saat mereka tiba? Aku hendak merapikan barang-barangku."
"Tak masalah, akan aku kabari, aku juga hendak merapikan barang-barangku."
Akhirnya dia berpamitan dan mulai beranjak pergi. Belum ada selangkah dia pergi, dia membalika pandangannya padaku. "Aku lupa, panggil aku Silvina, senang berkenalan denganmu Roi." Diapun mulai pergi menuju kamarnya. Silvina hmm, tak kusangkan bisa berkenalan dengan seorang wanita di hari pertamaku sekolah.
No comments:
Post a Comment