"Hahaha, hai.." aku menyapanya seraya melewatinya dan duduk di bangku A49, tak pernah kukira sebelumnya ternyata dia duduk di A50.
Keheningan tiba-tiba muncul diantara kami berdua. Tak butuh waktu lama untuk tiba-tiba terdengar suara yang meminta izin untuk lewat lagi. Kali ini seorang cowok, perawakannya tinggi, besar, dan tegap dengan rambut cepak ala-ala militer, wajahnya tidak begitu menarik, standar orang jawa pikirku. Lalu dia berjalan melalu gadis itu, melewatiku dan duduk di sebelahku.
"Hai, kenalin, nama gue Richard, temen-temen gue biasa manggil gue Icad." tiba-tiba saja dia mengajakku berkenalan.
"Hai, Icad, panggil saja aku Roi,," seraya menjabat tangannya.
"Berasal dari mana kau Roi?"
"Aku asli orang Saga, hanya saja ketika SMP, aku menghabiskan waktuku untuk bersekolah di rumah kakekku di Jard."
"Wow, Jard, ibu kota Negara kita yang penuh dengan bangunan megah, dan hiburan itu!!" jawabnya mengejutkanku, tak ada yang terlalu istimewa dari Jard pikirku, kecuali banjir dan polusinya.
"Tidak ada yang pantas dibanggakan dari Jard Icad, tak ada satupun, memang kau berasal dari mana Icad?"
"Gue berasal dari Jara Roi, tapi orang tua gue asli dari Jawa, tapi gue selalu menyaksikan hal-hal bagus ada di Jakarta dari film-film, seperti Taman Hiburan Fantasia, Menara Emas, dan pantai pasir putihnya."
"Ah, malah Jara menurutku sangat menarik Icad, dekat Kepulauan Ivory kah rumahmu itu?" Aku cukup terkejut mengetahui dia berasal dari Jara.
"Tidak, tidak Roi, Kepulauan Ivory masih sekitar 6 jam perjalanan dari tempat gue. Pertama kita harus ke Solk dahulu, lalu menyebrang ke sana." Icad lalu mengalihkan pandangannya ke arah gadis di bangku A50 itu. "Hai nona cantik, bolehkah kita berkenalan?" pertanyaannya membuatku terkejut, dan seperti yang kuduga, gadis itu hanya menatapnya tajam.
"Tak usah, kau hiraukan dia Icad, tak ada gunanya." kataku pada Icad.
"Jangan begitu Roi, kita ini akan jadi teman 1 asrama, tidak baik baru awal sudah bermusuhan, maafin gue klo gak sopan, tapi gue memang ingin berkenalan." Roi memaksanya dengan mengulurkan tangannya.
Sejenak gadis itu menatapnya lagi, lalu menatap tangannya. "Siva." Jawabnya singkat seraya membalas uluran tangan Icad.
Aku gak nyangka ada orang semacam Richard, bias langsung akrab dengan orang baru -klo aku lebih baik dima dan menjauhi masalah. Tak kusangka juga gadis aneh itu mau menjawabnya.
Tiba-tiba saja, seseorang pria naik ke atas panggung, sepertinya dia senior kami. Dia mengumumkan pada kami bahwa upacara penerimaan siswa baru akan segera di mulai, dan dia meminta kami untuk tenang. Sudah lama pula aku tidak mengikuti upacara, pikirku aku akan berbaris di tengah-tengah lapangan, seperti saat aku Sekolah Dasar dulu, tapi sepertinya di sini kami melakukan upacara di dalam sebuah Aula, unik memang.
Terdengarlah suara alunan music memenuhi ruangan, dan paduan suara mulai bernyanyi. Aku tak begitu paham, karena music itu baru bagiku, bukan lagu nasional atau daerah pula, mungkin mars sekolah ini. Perlahan, tampak orang-orang memasuki ruangan dari belakang panggung, menuruni tangga panggung dan mereka berdiri di depan bangku yang memang tampaknya khusus disediakan untuk mereka. Tampak banyak sekali yang keluar, jika kuhitung jumlahnya ada 60, dan mereka tampak masih sangat muda- sekitar 25 tahun sampai 30 pikirku.
Paling terakhir keluar seorang wanita, masih muda, anggun dan cantik sekali. Tidak seperti yang lain, dia langsung menuju ke atas mimbar yang terletak di tengah panggung.
"Lu tahu siapa dia Roi?" tiba-tiba Richard berbisik padaku.
Kualihkan pandanganku ke arahnya, "Tak tahu, dari tempatnya berdiri, sepertinya dia kepala sekolah."
"Betul sekali Roi, dia kepala sekolah ini."
"Hebat sekali ya, di usia semuda itu bias jadi kepala sekolah." gumamku pada Richard.
Richard pun menatapku tajam, dan mendekatkan wajahnya padaku. Lalu di berbisik lagi, "Lu jangan tertipu oleh penampilannya Roi, dia tidak muda, umurnya klo tidak salah sudah sekitar 40 tahunan."
Sejenak aku terkaget mendengar hal itu. "Yang benar saja Cad, kau jangan mengada.."
"HEI YANG DI SANA!!" Teriakan itu jelas datang dari microfon, dan memotong pembicaraanku dengan Richard.
Kami berdua pun secara seksama dan perlahan, memalingkan pandangan kami ke arah panggung.
"YA KALIAN, KALIAN 2 COWOK YANG TAMPAKNYA HENDAK BERCIUMAN!" teriaknya lagi.
Mati aku, pikirku dalam hati. Niatku untuk melalui hari dengan biasa saja, sudah hancur di hari pertama aku sekolah.
(Bersambung -)
Notice:
Karena beberapa kesibukan, jadi belom sempat update di bulan Januari kemarin, tapi tenang bulan Februari juga akan ada lanjutannya.
No comments:
Post a Comment