Thursday, 22 February 2018

Belum Ada Judul CH4

Mendengar teriakan tersebut, aku dan Icadpun hanya tertunduk lesu, aku sendiri mencoba menahan rasa malu karena harus dilihat orang-orang seruangan - kepala sekolah ini mempunyai telinga macam setan saja pikirku.

"Siapa lagi yang kaupikir mirip setan." tiba-tiba terdengar suara dalam pikiranku.

Kupalingkan pandanganku ke depan, kulihat beliau hanya berdiri saja di atas sana dengan tersenyum tanpa mengatakan sepatah katapun. Bagaimana mungkin, mungkinkah beliau punya telepati?

"Klo iya, memangnya kenapa?" suara itu terdengar lagi dalam pikiranku.

Aku tak dapat menahan rasa terkejutku. Jelas-jelas aku memandangnya, dan di tidak berkata sepatah katapun. Tak berapa lama dia mulai bersuara lagi, kali ini melalu pengeras suara di mimbar sana.

"Sepertinya, anak-anak baru tahun ini, bersemangat sekali, sudah tidak sabar untuk menikmati masa-masa SMA rupanya." nada bicara berubah menjadi lembut, kalau saja bukan karena teguran dan telepatinya yang aneh itu, mungkin dia kepala sekolah yang terlihat baik. "Kalau begitu, untuk 2 orang siswa baru ini, saya berikan kesempatan, untuk bisa bergabung dalam bagian upacara pembukaan ini." Mendengar hal itu aku sedikit kaget, apalagi pikirku?

"Kalian berdua, cepat maju kemari." perintahnya kepadaku dan Richard. Tanpa membantah kami berdua mulai berjalan ke depan. Langkah kami terasa tidak mantap, karena tercampur perasaan antara takut dan malu. Kami pun tiba di depan panggung di bawah mimbar kepala sekolah.

"Siapa nama kalian?" tanyanya kepada kami.

"Saya Roi bu." aku menjawab.

"Saya Richard bu." Richard menjawab.

"Baiklah Roi, Richard karena kalian tampaknya sangat berenergi dan semangat sekali pagi ini, ibu kasih kalian tugas, untuk menjadi pembaca pancasila dan UUD 1945."

"Monic, Tio, kalian kemari, tolong serahkan bacaan Pancasila dan Pembukaan UUD 1945 kalian kepada mereka." panggil beliau kepada 2 orang senior kami yang seharus bertugas. Entah mengapa mereka tampaknya senang sekali, dan menyerahkan bacaan tersebut kepada kami dengan tersenyum.

"Kalian pernah ikut upacara sebelumnya bukan?"

"Pernah bu." jawabku serempak dengan Richard

"Baiklah, klo begitu kalian yang akan menggantikan tugas mereka berdua." setelah mengumumkan hal tersebut, beliau pun meminta kami berdiri di barisan petugas upacara.

Upacarapun dimulai, saat itu aku merasa tidak nyaman sekali berdiri di atas panggung tersebut, melihat wajah-wajah siswa memandangiku dari bangku mereka. Akhirnya tiba saatku membacakan Pembukaan UUD 1945, aku mulai melangkah dari barisanku menuju mimbar yang berada di kiri panggung. Aku berdeham sekali, menarik nafas panjang, lalu aku mulai membacakannya, semua terasa singkat, dan baik-baik saja, aku membaca semuanya tanpa masalah. Aku berpikir ini tidak ada bedanya dengan membaca buku atau majalah, hanya saja di depan umum. Setelah selesai membaca, sontak terdengar tawa dari beberapa peserta upacara, dan guru-guru memandangiku dengan pandangan heran. Sontak sekujur tubuhku terasa dingin, aku mencoba berpikir apa yang salah? Aku rasa aku sudah membaca setiap kalimat dengan tepat.

"Tidak apa, silahkan balik kebarisanmu." Terdengar suara kepala sekolah itu dipikiranku, aku melirik kearahnya, kulihat dia tersenyum, dan aku mulai melangkah kembali ke barisan. Kulihat Richard seperti sedang menahan tawanya.

"Bagus sekali Roi, lu bintang hari ini."

"Tak usah pula kau ikut mentertawakanku, sana setelah ini giliranmu kan."


Aku masih memikirkan apa yang salah dengan aku tadi. Richard mulai berjalan ke mimbar setelah MC memintanya untuk maju. Richard mulai membacakan Pancasila, dan sepertinya aku tersadar, di mana letak salahku. Richard membacakannya dengan lantang dan tegas, berbeda denganku tadi.


Aku tak sabar ingin upacara ini segera selesai. Setelah melewati ceramah yang panjang dari kepala sekolah, upacarapun berakhir. Setelah semua guru meninggalkan aula, petugaspun iku meninggalkan setelahnya, dan karena aku beserta Richard menjadi petugas, kami ikut meninggalkan aula dari pintu belakang panggung. Sesampainya di belakang panggung, kulihat kepala sekolah mendatangi kami berdua.

"Tidak buruk untuk anak baru, dan sepertinya kau Roi, belum pernah melihat upacara sebelumnya?"

"Maaf bu, saya terakhir mengikuti upacara kelas 6 SD, itu pun belum pernah menjadi petugas."

"Tidak apa, setelah ini Roi, kamu ke ruangan saya dulu ya, ada beberapa hal yang ingin ibu tanyakan."

Apalagi ini pikirku, semoga bukan hal yang merepotkan.

"Roi, lu udah cek zodiac hari ini belom?"

"Tak pernah aku percaya begituan chad."

"Entahlah, sepertinya keberuntunganlu buruk banget hari ini." kata Richard setengah mengejek ku.

"Apalah itu, sudah, aku bergegas ke ruangannya dahulu, tak tau pula apa yang hendak dibicarakannya."

Aku pun berpisah dengan Richard, dan berjalan menuju ruangan kepala sekolah yang tak kuketahui berada di mana.


(-cont)


=========================================================================

nb: bagian ini mencoba tetap mengambil bagian dari Indonesia.

No comments:

Post a Comment