Hari ini aku baru sadar, ternyata blogku gampang sekali dicari, modal ketik PRMK FT Undip di google, langsung nongol. Konyolnya adalah aku baru tahu setelah diberi tahu oleh Christin tadi saat ada acara sarasehan. Ya, itu bukan masalah sih, malah lumayan nambah pemasukan.
Hari ini benar-benar hari yang melelahkan, by the way aku nulisnya hari sabtu dini hari, jadi yang aku maksud adalah kamis malam hingga jumat malam. Masih teringat jelas bagaimana sibuknya aku kemarin, pulang gereja langsung nge print laporan 4 rangkap, masing-masing 200 halaman lebih. Mulai kerja dari jam 8 kamis malam baru selesai jumat pagi jam 4. Pulang dari nge print, aku bingung, kalau tidur takut kebablasan, karena deadline untuk mengumpulkan draft pukul 9 pagi. Akhirnya aku putuskan untuk tetap melek, sampai akhirnya aku resmi mendaftar sidang periode bulan ini. Aku dijanjikan jadwal keluar setelah selesai jumatan namun sampai tadi jam set 12 setelah sarasehan, aku mampir kampus dan mendapati jadwalnya belum keluar.
Berbicara soal sarasehan, konsep acaranya cukup menarik, pembicara yang diundangpun cukup berwawasan luas. Terlihat dari bagaimana beliau secara rapi menyampaikan point-point menggunakan pemahaman yang mudah dicerna anak anak zaman sekarang. Memang benar yang beliau katakan, mengenai mental anak muda saat ini, bagaimana beliau secara hati-hati menegur dengan menggunakan bahasa yang sangat halus. Kalau aku yang suruh ngomong, jelas cara penyampaiannya akan berbeda.
Ya, anak-anak zaman sekarang memang mayoritas bersikap pragmatis, dan hal itu terbentuk karena laju zaman yang semakin cepat. Segala jenis kemudahan yang ada pada zaman ini, membuat orang semakin merasa mereka lebih baik dari orang lain, karena mereka merasa dirinya tahu akan banyak hal yang mereka ketahui dari internet. Sehingga anak-anak zaman sekarang cenderung malas untuk memikirkan hal hal yang fundamental, yang menurut mereka hal tersebut sudah usang. Mereka lebih tertarik pada teori-teori yang bersifat praktis dan bermanfaat bagi mereka secara langsung.
Hal ini menjadi kecemasan tersendiri, karena tanpa kita mempelajari segala sesuatunya dari dasar, kita tidak akan pernah memperoleh hasil yang maksimal. Contoh kecil, sebuah organisasi A, akan mengadakan sebuah kegiatan Z. Lalu organisasi A menyusun segala sesuatunya dari dasar. Sehingga terbentuk sebuah sistem R. Lalu suatu ketika, organisasi B datang berkunjung saat berlangsungnya kegiatan Z. Mereka melihat, dengan sistem R, kegiatan Z tersebut dari segi kualitatif dan kuantitatifnya sangat memuaskan. Kebetulan organisasi B juga akan mengadakan kegiatan Z, akhirnya mereka meniru yang klo kata pembicara tadi generasi copy paste, dengan mudahnya berencana menggunakan sistem R. Namun yang mereka ketahui hanya dari segi teknis, dan prakteknya. Akhirnya acara kegiatan Z yang mereka rencanakan tidak berjalan sesuai harapan. Mereka lupa kalau ada hal hal yang sifatnya fundamental yang tidak mereka perhatikan, yaitu bagaimana kualitas SDM nya, bagaimana hubungan intrapersonal SDMnya, dan bagaimana karakter organisasi itu sendiri serta masih banyak parameter fundamental lainnya.
Lalu selain pragmatis, ada juga individualis. Karena bawaan sifat pragmatis adalah keyakinan bahwa dirinyalah yang paling benar, maka ketika orang-orang tidak bisa menerima pola pemikirannya tersebut, dia akan condong menjadi pribadi yang individualis. Dan jangan salah, kadang pelakunya sendiri tidak menyadari bahwa dia sudah menjadi seorang yang individualis. Bahkan dalam berorganisasi pun sifat tersebut akan sangat nampak, ketika seseorang tidak percaya akan rekannya dalam mengambil sebuah peranan yang menurutnya dialah yang seharusnya mengambil peranan tersebut agar semuanya berjalan lancar. Aku teringat akan perkataan orang orang tua zaman dahulu baik itu Tio, Ionk, Rio, Mas Yudha, Mas Anggun, Mas Setyawan, dan lain lain, tak pernah bosan selalu berkata, lebih baik membiarkan seseorang untuk salah dan mengajarinya mencari tahu yang benar, daripada mengajarkannya selalu untuk benar dan dia akan kebingungan saat dia salah. Ketika kita merasa kitalah yang mampu untuk melakukan hal tersebut dan orang lain tidak, sebenarnya saat itu pula egomu yang bertindak.
Ya gak cuma dua hal itu yang tadi dibahas, bagaimana kita harus berkumpul, harus mau melayani, dan tak lupa juga kecenderungan anak-anak zaman sekarang untuk ngobrol saat misa atau bahkan main handphone. Klo buat aku, gereja adalah kebutuhan, karena saat di gereja, aku merasa Tuhan itu ada dan aku bisa mengutarakan segala isi kepalaku kepada-Nya. Makanya kadang aku suka bingung, mereka yang ke gereja masih main handphone, klo dia temanku biasanya aku tegur, karena menurutku orang-orang seperti itu tidak perlu ke gereja, klo yang dia cari hanya surga atau kewajiban. Ya intinya apa yang disampaikan bapak FX Joko Purnomo tadi cukup membuktikan pengalamannya sebagai pengajar, aku yakin beliau pasti sudah sering menulis dan banyak membaca. Ya mungkin segini dulu yang aku sharing malam ini, semoga besok jadwal sidangnya sudah keluar.