Selesai sudah perjalananku menggapai gelar sarjanaku. Bukan perjalanan singkat dan mudah. Masih hangat di memoriku, seperti apa rasanya, pertama kali menjejakan kaki di Undip. Kaderisasi yang keras, yang kadang membuatku berpikir untuk menyerah. Kepala botak disiram mentari panas, dibentak dari sore sampe subuh oleh senior, disiram air dingin saat tengah malam, diminta kumpul saat sedang enak enaknya menikmati mimpi malam, tugas yang banyak dan kadang gak masuk akal. Itu semua kucoba kulakukan dengan ikhlas, karena aku percaya, senior kami tidak berencana membunuh kami. Melalui hal hal semacam itulah, aku semakin mudah mengenal angkatanku. Orang awam bilang itu kejam, maba sekarang bilang itu ketinggalan zaman, buat gw itu namanya perjuangan!! Berkat teman satu angkatanku lah, aku berusaha untuk tetap bertahan, bersama melewati proses kaderisasi tersebut, membentuk mental yang tak takut untuk mencoba hal baru, berani karena benar, takut karena salah. Setiap bentakan yang dilontarkan senior, melatih telingaku mendengar lebih baik, setiap hukuman fisik yang kujalani menempa fisikku menjadi lebih tangguh, dan setiap kali suaraku ditenggelamkan oleh mereka, membuatku mampu bersuara lebih lantang. Semua pencapaianku hingga saat ini, tidak terlepas dari proses tersebut, dan aku berterima kasih sekali, masih merasakan proses tersebut.
Kaderisasi yang kudapatkan tidak hanya berasal dari jurusan saja. PRMK FT juga sudah membantuku melihat, seperti apa Katholik yang sejati. Mengajarkanku melihat sudut pandang rohani yang lebih luas. Sebuah pendalaman iman yang tak akan pernah aku dapatkan dari kehidupan menggereja. Tinggal di beskem, membuatku semakin mendalami makna dari kata pelayanan. Bertukar pikiran akan segala aspek sosial, debat kusir yang kadang menyita waktu seharian, bahkan berbulan bulan. Mulai dari aspek sosial dan politik, bahkan sampai budaya dan kenakalan remaja, tidak pernah bosan dulu aku, kami dan mereka mengahabiskan waktu hanya untuk berbicara. Terima kasih PRMK FT, banyak sekali yang aku dapatkan darimu, namun hanya sedikit yang bisa kuberikan, meskipun aku terkadang sedih melihat kondisimu saat ini, tapi aku tahu, semua roda ada titik rendah dan tingginya, aku berharap semangat pelayananmu akan tetap hidup dan militan, seperti santa pelindung kita Jeanne D'Arc.
Tentu saja kehidupan di kampusku tak melulu seputar aktivitas sosial dan organisasi saja. Perjuangan dibidang akademis pun tidak terbilang mudah. Mood yang kadang naik turun, perasaan sedih karena kehilangan, atau ditolak sang pujaan, cukup menjadi tantangan yang berat untuk dilampaui. Dosen yang kadang datang seenaknya, atau menginap di kampus karena harus asistensi tengah malam, bahkan turun Sigar Bencah di pagi buta demi mengejar ACC laporan praktikum. Semua kejadian itu memang menyebalkan, namun semua itu menjadi bumbu penyedap perjalananku, membuatku tersenyum dan berkata, Aku sudah melewati itu semua, dan masih tetap bisa tersenyum. Well, tidak ada pengalaman yang sia sia, setiap pengalaman akan mengajarimu sesuatu, tinggal bagaimana kamu menggunakan setiap pengalamanmu itu untuk berkembang ke arah yang lebih baik lagi.
Terakhir adalah keluargaku yang kuakui selama perjalananku ini sedikit terabaikan. Bisa bertemu mereka setahun sekali saja sudah ajaib sekali rasanya, maafkan aku yang kerap melupakan kalian, karena kesibukanku. Ibu yang selalu mau mendengar keluh kesahku, yang tak pernah bosan membuatku tersenyum saat hatiku sedang patah. Ayah yang dibalik tangan dinginnya, selalu menyelipkan cinta dan dukungan akan semua hal yang kukerjakan. Adekku yang selalu ada disaatku membutuhkannya. Terima kasih Tuhan atas keluarga yang telah Engkau berikan padaku, terima kasih sudah menjaga mereka saat tanganku tak mampu menggenggam mereka. Semua pencapaianku saat ini merupakan bagian dari setiap doa mereka yang Kau dengar. Semoga dengan semua ilmu dan pengalaman yang telah kudapatkan, aku mampu mengembangkannya ke arah yang lebih baik lagi, sehingga aku mampu menggapai asa ku, dan menjadi terang serta garam dunia.