Sunday, 4 December 2016

Kebencian

"Tuhan anugerahi sebuah cintaKepada manusia untukDapat saling menyayangiBila kebencian meracunimuTakkan ada jalan keluarDamai hanya jadi impian
Kita takkan bisa berlariDari kenyataan bahwa kita manusiaTempatnya salah dan lupaJika masih ada cinta di hatimuMaka maafkanlah segala kesalahanCintailah cinta
Bila kamu bisa 'tuk memaafkanAtas kesalahan manusiaYang mungkin tak bisa dimaafkanTentu Tuhan pun akan memaafkanAtas dosa yang pernah terciptaYang mungkin tak bisa diampuni"
Kata-kata di atas merupakan sebuah lirik dari sebuah grup band legendaris Indonesia, dan yang kebetulan juga salah satu grup band favorit saya, Dewa19 dengan judulnya Cintailah cinta. Hari ini tanggal 5 desember 2016, 26 hari lagi menjelang pergantian tahun, semakin berakhir tahun ini, kehidupanku semakin menarik, dan lagu di atas sepertinya cocok sekali untuk kondisi yang sedang terjadi di sekitarku saat ini. Alkisah seperti biasa sudah jauh-jauh hari aku selalu merasakaan akan adanya sesuatu yang akan terjadi di masa depan, dan sejauh ini masih benar, entah aku menganggap ini anugrah atau mungkin kutukan, karena di satu sisi apapun yang aku lakukan hasilnya tetap sama, seolah semua memang sudah pada jalannya. Semuanya seperti yang sudah kuduga, dan aku sudah kerap menceritakannya pada orang-orang siapa yang menurutku akan menang nanti pada Pilkorfak PRMK FT pada hari jumat kemarin, meskipun aku sendiri sedikit ragu akan kesiapan orang tersebut, tetapi si dia yang aku harapkan bisa menangpun tidak terpilih, dan efeknya ternyata cukup besar buat si dia.

Aku lupa apakah aku pernah menceritakan tentang si dia di blog ini apa tidak (baca: Lagi dan Lagi). Selepas pemilihan korfak sebenarnya aku ingin langsung ngobrol sama si dia, tetapi karena aku harus mengantarkan suzan kembali ke kosnya, aku memutuskan untuk pulang saja sekalian. Empat jam kemudian berlalu, aku terbangun ternyata si dia menghubungiku, aku penasaran apa yang membuatnya menghubungiku. Ternyata si dia meminta tolong untuk diantarkan ke acaranya di SMAN 1 Semarang. Kita berduapun pergi ke sana, selama perjalanan aku belum tega untuk menanyakan kabarnya selepas pilkorfak kemarin, aku merasa sepertinya belum cocok aja buat menanyakan hal tersebut, aku biarkan dia fokus dulu dengan tugasnya hari ini. Acaranya aku rasa cukup besar juga, melihat banyaknya booth di lokasi acara, dan panitia yang hampir ada di setiap lorong dan sudut sekolah tersebut. Aku menemaninya sejenak, hingga akhirnya tiba jatahnya dia untuk tugas, aku memutuskan untuk undur diri, aku tak mau mengganggunya, karena aku melihat ada sesuatu yang janggal di matanya, sepertinya ada yang dia pikirkan, belum lagi juga aku ada janji untuk mengikuti acara 1 tahun kepergian teman kami Dio.

Selama perjalanan ke kerep aku bercerita dengan Emon, pendapat Suzan tentang si dia yang tidak bisa menentukan pilihan sesuai dengan apa yang pernah aku curhatin ke Suzan, aku sendiripun paham dengan sifatnya yang seperti itu, meskipun Suzan bilangnya si dia tipe orang yang gak mau rugi, namun aku rasa bukan itu permasalahan sesungguhnya. Menurutku dia hanya anak yang terlalu baik, saking baiknya dia lupa akan dirinya sendiri, dia belum benar-benar mengenal dirinya seutuhnya, dan aku rasa jika dia berhasil menemukan dan memahami siapa dirinya dia akan benar-benar menjadi wanita yang sempurna, bahkan menjadi idola para pria. Lalu Emon pun bercerita jika si dia ternyata tidak rela jika orang yang ada dalam proyeksiku itu yang terpilih, ya akupun gak aneh denger itu meskipun itu jadi hal yang mengejutkan buat Emon dan Rani. Aku masih ingat saat gereja bersamanya terakhir dulu, saat dia bercerita tentang orang yang terpilih itu, makanya aku mencoba mengeliminasi orang tersebut, meskipun pada akhirnya tetap gagal juga.

Sabtu malam itu, entah kenapa ada rasa untuk tidak ke gereja minggu ini, karena aku terlalu lelah dan ingin istirahat penuh hari minggunya. Setelah puas menonton di beskem sampai jam 1 bahkan sempat tertidur, aku merasa gelisah, dan aku memutuskan untuk kembali ke kosan, aku merasa ada sesuatu yang akan terjadi, sesampainya di kos, aku masih bertanya-tanya, apa besok aku gereja pagi aja, tapi jam sudah menunjukan pukul 2 dan aku belum tidur juga, aku putuskan memasang alarm pukul set 7, masalah besok berangkat gereja apa gak, aku tentukan setelah terbangun. Pukul 4 pagi aku terbangun karena ada line masuk, ternyata si dia nge line aku menanyakan apakah aku akan gereja pagi, aku sendiri masih ragu, karena itu cuma tak jawab kayaknya iya. Setelah menjawab linenya tersebut, aku tiba-tiba jadi ingin sekali menunggu jawabannya, hingga akhirnya aku setengah terjaga, dan setiap kali aku tertidur, aku memimpikan jawabannya terus. Akhirnya pukul 6 pagi pun tiba, tak ada jawaban datang darinya, kepalaku sedikit penat karena tidurku yang tidak tenang, aku sempat tertidur lagi, dan terbagun persis 1 menit sebelum alarmku berbunyi.

Perutkupun tiba-tiba mulas, aku sepertinya tidak jadi untuk ke gereja, saat aku beranjak untuk menuju kamar mandi tiba-tiba ada line masuk, dan ternyata itu jawaban dia, dia bertanya apakah aku ke gereja seorang diri, entah mengapa aku memutuskan untuk menjawab ya. Kamipun pergi ke gereja, kami berangkat sangat mepet sekali, sambil menahan kantuk aku memacu motorku agar kami tidak terlambat. Syukurlah tempat duduk favoritku di Karpas masih kosong. Kami duduk agak depan, hingga tiba-tiba saat sampai homili, dia berkata padaku kalau dia gelisah. Aku melihat matanya agak berair, aku mencoba bertanya apakah dia mengantuk, dia menjawab tidak, aku yakin sepertinya dia sedang menangis, saat itu aku benar-benar bingung aku harus apa, apalagi ini ditengah ekaristi, aku takut apa yang aku ucapkan malah membuat ekaristi kami menjadi batal, akhirnya aku memutuskan untuk menunggu hingga ekaristi selesai, meskipun ibu disebelahku juga sadar si dia menangis dan sempat melirik ke arahku, aku mencoba cuek sejenak, dan selama misa aku bertanya-tanya pada Tuhan apa yang harus aku lakukan. Aku hanya berharap semoga apa yang aku lakukan nanti sudah sesuai dengan kehendak-Nya.

Ekaristipun selesai, aku melihat tangannya masih tidak tenang, bahkan dingin rasanya, ya saat Bapa Kami, aku teringat perkataan temanku Arda, terkadang untuk memahami seseorang kita bisa merasakannya ketika kita menggenggam tangannya, saat itu aku benar-benar merasakan hal tersebut, aku merasa diriku di hujani perasaan yang benar-benar gelap dan dingin, aku memohon pada Tuhan, tolong salurkan semua rasa itu padaku, aku akan berusaha menahan rasa itu buat dia. Aku mencoba bertanya padanya apa yang membuat dia gelisah, ternyata dia sendiri menjawab tidak tahu, akupun teringat akan perkataan ibuku yang lalu aku sampaikan padanya, ketika kita gelisah, sebenarnya kita melakukan sesuatu yang menurut kita salah dan itu menjadi ganjalan dibatin kita, aku menyarankan padanya untuk curhat dengan Yesus selagi memang masih di gereja juga, mungkin Yesus bisa memberikan jawabannya. Dia pun memutuskan untuk berdoa sejenak, aku menemaninya hingga selesai, akupun menanyakannya apakah dia mau makan terlebih dahulu, aku menyarankan kita makan soto di depan kantor pos, tetapi anehnya hari itu soto itu tutup. Dia meminta untuk makan di tempat yang makanannya pedas, aku bingung karena aku jarang doyan makan pedes, akhirnya aku saranin warung nasi padang pejuang, untungnya ternyata dia mau. Entah memang sudah jalan dari Yang Di Atas atau tidak sepertinya keputusan makan di tempat itu cukup tepat.

Aku masih melihat kegelisahan terpancar cukup jelas di wajahnya, aku menanyakan lagi dan akhirnya dia cerita. Dia menceritakan semua kekesalannya, semua hal yang selama ini dipendamnya,
aku mencoba untuk memasukan sedikit logika-logika ke dalam pemikirannya tersebut, bagaimana dia gak senang kalo yang terpilih orang itu, bagaimana dia menyalahkan semuanya akan masalah tersebut, bagaimana dia merasa hope less, bagaimana dia merasa gak bisa berbuat  apapun, bahkan bagaimana dia benci akan itu semua, dan semua hal itu membuat dia sedih. Ya seperti yang sudah-sudah, klo membahas hal apapun sama dia aku tahu ujung-ujungnya kita akan berdebat panjang, karena kadang aku merasa pola pikirnya dan diriku memang agak berbeda, dan aku tahu seharusnya saat posisi seperti itu aku sedikit mengalah, tapi aku rasa kemarin aku agak lupa akan hal tersebut. Untungnya aku masih sadar, aku paham betul apa yang dia rasakan, meskipun aku gak pernah ngalamin kegagalan nyalon jadi ketua apapun, tapi semua rasanya itu aku pernah mengalami itu semua. Aku paham betul ketika cinta yang kita berikan tidak sesuai dengan yang kita harapkan, rasa benci itu akan muncul. Aku tahu rasanya seperti apa, aku pernah ditolak wanita yang aku sayang berkali-kali, dulupun aku pernah merasa seperti dia, aku benci akan itu semua, sampai aku tersadar, ya bisa dibilang belum lama ini aku sadarnya, Yesus yang tergantung di kayu saliblah yang selalu menyadarkanku, Cinta kasih itu abadi, kalau kamu memang cinta, harusnya kamu tidak akan pernah merasa benci, kecuali jika cintamu memang hanya cinta semu belaka, ketika cinta yang kamu miliki bercampur dengan nafsu disitu bibit kebencian akan tumbuh.

Aku benar-benar ingin menyelematkannya, aku sudah sayang sekali sama dia, aku gak tega melihatnya seperti ini, bahkan jika dia harus masuk ke dalam jalan kebencian. Aku gak mau dia tenggelam dalam lautan hitam yang gelap dan dingin itu, aku pernah masuk ke sana, aku pernah lihat seperti apa hasilnya orang yang tenggelam dalam lautan tersebut. Aku benar-benar ingin menyelamatkannya saat ini aku belum tahu bagaimana caranya, aku hanya ingin berada di dekatnya menemaninya melalui semua ujian ini, masuk dalam lautan tersebut dan membawanya keluar, malam tadi saat dia tertidur, aku sempatkan menceritakan semua hal yang aku tahu, yang aku rasa padanya, aku tak tahu apakah yang aku lakukan sudah tepat. Tolong Tuhan bantu dia, bisikan padanya Bapa, dia tidak sendiri.

Belum selesai perkara itu, teman-teman cewek favoritku sepertinya juga sedang mengalami masalah dalam hubungan mereka, sore ini aku dan Chris mencoba untuk memediasi mereka, semoga saja kami dapat menengahi masalah tersebut.

1 comment: