Friday, 22 April 2016

Cinta dan Kaderisasi

Artikel kali ini saya tujukan untuk teman-teman saya dan pembaca yang masih belum atau susah move on di luar sana. Kata orang putus cinta itu menyesakan sekali (karena belum pernah ngalamin jadi gak tahu persis kayak gimana rasanya), alasannya rata-rata karena mereka merasa sudah menemukan orang yang benar-benar pas untuk mereka, atau karena merasa sudah mempunyai cita-cita dan mimpi bersama, namun harus hancur karena hubungan yang kandas. Perlu kalian ketahui, pemikiran kalian yang seperti itu adalah pemikiran yang salah, dan jika kalian masih berpikiran seperti itu saatnya bagi kalian untuk mengintropeksi diri. Banyak teman-teman saya sering kali bertanya-tanya, kenapa saya bisa biasa aja, bahkan tetap akrab dengan teman-teman wanita yang sudah menolak saya, jawabannya sederhana, cinta adalah sebuah proses kaderisasi.

Kenapa cinta bisa dibilang sebuah proses kaderisasi?

Jika kalian pernah aktif dalam berorganisasi, pasti kalian tahu apa makna dari kaderisasi itu sendiri. Singkatnya kaderisasi adalah sebuah proses pengembangan dan pembentukan pribadi untuk mencapai suatu hasil yang telah ditentukan. 

Lalu di mana hubungan antara cinta dan kaderisasi? 

Anggaplah hidup kalian ini adalah sebuah organisasi besar, di mana kalian berperan sebagai ketua dalam organisasi tersebut. Seperti halnya organisasi, kamu pun pasti memiliki visi, misi, serta tujuan dan cita-cita dalam hidupmu. Ketika kamu sedang berjuang untuk mencapai visi dan misimu tersebut, kamu akan tersadar jika kamu tak akan mampu mencapainya seorang diri, adakalanya kamu akan menyadari kekuranganmu dan merasa membutukan seseorang untuk membantumu melengkapinya. Kamu akan membuat suatu kriteria seseorang tersebut yang akan membantumu nanti. Hal ini menurutku sah-sah saja, karena memang seperti itu sifat dasar manusia. Setelah itu kamu pasti akan berusaha mencari orang tersebut, yaitu dengan cara pendekatan. Namun terkadang orang yang memiliki kriteria yang sesuai kamu harapkan itu sulit sekali, makanya selama pendekatan itu perlu adanya penilaian, sedekat apa kriteria orang yang kamu dekati itu dengan kriteria yang kamu harapkan, begitu juga dengan sebaik apa sih potensi targetmu tersebut. Oleh karena itu kenapa menurutku cinta adalah sebuah proses kaderisasi. 

Kali ini saya tidak akan membahas bagaimana caranya mengkader, karena setiap orang dan setiap target punya caranya masing-masing. Tapi saya akan membahas apa saja yang dibutuhkan untuk memulainya.

1. Pahami Apa itu Cinta

Jika menurut wiki, Cinta adalah sebuah emosi dari kasih sayang yang kuat dan ketertarikan pribadi. Dalam konteks filosofi cinta merupakan sifat baik yang mewarisi semua kebaikan, perasaan belas kasih dan kasih sayang, tanpa adanya perbedaan baik Tuhan, lingkungan dan sesama. 

Sementara menurut Psikolog Robert Sternberg, cinta memiliki tiga dimensi, yakni hasrat (passion), kedekatan (intimacy), dan Komitmen.


Sumber: google

Dimensi hasrat (passion) memfokuskan pada intensnya perasaan dan keterbangkitan yang muncul dari daya tarik fisik dan daya tarik seksual. Dimensi keintiman (intimacy) menekankan pada kedekatan perasaan antara dua orang dan kekuatan yang mengikat mereka untuk bersama. Dimensi komitmen (commitment) diartikan sebagai keputusan untuk tetap bersama seorang pasangan dalam hidupnya. Dari 3 dimensi tersebut munculah 7 kombinasi tipe cinta lainnya, seperti tampak pada gambar di atas:

1. Liking (intimacy). Hubungan secara esensial dimaknai sebagai persahabatan. Tipe cinta ini mengandung kehangatan, keintiman, kedekatan, dan emosi positif lainnya, akan tetapi kurang adanya hasrat (passion) dan commitment.

2. Infatuation (Passion). Dalam tipe cinta ini ‘cinta pada pandangan pertama’ menjadi cerita yang paling menonjol. Daya tarik satu sama lain sangat kelihatan dan menggetarkan. Gelora dan hasrat sangat tampak.

3. Empty love (Commitment). Dalam cinta ini, antar pasangan memiliki komitmen untuk saling setia dan setia pula terhadap hubungan itu. Akan tetapi mereka kurang memiliki keterhubungan emosi yang dalam dan tidak pula memiliki hasrat yang mendalam.

4. Romantic love (Intimacy + passion). Pasangan memiliki rasa dekat dan keterhubungan serta daya tarik fisik yang kuat. Mereka memiliki hasrat yang menyala dan memiliki kedekatan emosional. Mereka yang memiliki tpe cinta ini tidak memiliki komitmen untuk setia terhadap hubungan dan terhadap pasangan.

5. Companionate love (intimacy + commitment). Dalam hubungan cinta tipe ini terdapat persahabatan yang stabil dan jangka panjang. Mereka yang memiliki tipe cinta ini memiliki kedekatan emosional yang tinggi, berkeputusan untuk mencintai pasangan, dan komitmen untuk selamanya dalam hubungan itu. Tipe hubungan ini sering disebut ‘persahabatan terbaik, dimana tidak ada ketertarikan seksual ataupun kalau ada dalam pernikahan jangka panjang daya tarik seksual akan memudar dan tidak diangggap penting.

6. Fatuous love (passion + commitment). Hubungannya penuh gelora dan hangat. Akan tetapi biasanya hubungan seperti ini tidak stabil dan berisiko cepat berakhir.

7. Consummate love (intimacy + passion + commitment). Ini adalah cinta yang lengkap dimana setiap orang ingin mencapainya. Dalam tipe cinta ini terdapat hasrat, terdapat keintiman, dan sekaligus terdapat komitmen. Inilah tipe cinta yang diidealkan.

Setelah kamu memahami apa itu cinta, dan cinta seperti apa yang kamu harapkan ke depannya, maka kamu dapat memulai mengambil suatu tindakan untuk mewujudkannya, mulailah dengan mengenal dirimu terlebih dahulu.

2. Mengenal dan Mencintai Dirimu Sendiri

Hal ini menjadi penting karena bagaimana kamu berharap orang lain untuk mau mengenal dan mencintai dirimu jika dirimu sendiri masih merasa asing dengan dirimu yang seutuhnya. Bagaimana caramu mengenali dirimu sendiri? Cara paling mudah adalah dengan merefleksikan setiap hal yang sudah terjadi selama hidupmu hingga saat ini. Apakah hal-hal tersebut bersifat positif atau negatif, apakah setiap hal tersebut sudah sesuai dengan yang kamu harapkan? Ingat-ingat lagi, cita-cita serta mimpimu, apakah kamu sudah berjuang untuk itu semua? Bagaimana visi-misi hidupmu ke depannya, apakah kamu sudah mempunyai visi-misi yang matang, atau masih sekedar gambaran kasar, atau belum sama sekali? 

Pertanyaan-pertanyaan tersebut akan selalu berkembang menjadi pertanyaan-pertanyaan lain terhadap dirimu sendiri, namun dengan begitu kamu akan semakin paham, apa sih kekuatanmu, kekuranganmu, potensi apa yang sebenarnya ada dalam dirimu. Dengan begitu kamu akan semakin mudah menggambarkan seperti apa sih tujuan hidupmu, dan karena kamu sudah mengenal itu semua, dengan sendirinya rasa cinta itu akan tumbuh, kamu tidak akan lagi melihat kelemahanmu sebagai hal yang menghambat dirimu, serta kamu sudah memiliki tujuan yang jelas arah hidupmu mau kamu bawa ke mana. Kamu akan tahu hal-hal apa yang kamu senangi, kamu memiliki passion dalam menjalani hidupmu, serta berani membuat sebuah komitmen akan hidupmu sendiri untuk menjadi pribadi yang lebih baik. Pada akhirnya orang lain yang melihat dirimu yang seperti itu akan sendirinya tertarik untuk mengenal dirimu.

sumber: google

3. Saatnya Bagimu Menentukan Kriteria Si Dia

Sekarang kamu sudah tahu cinta itu apa, kamu sudah bisa mengenal dan mencintai dirimu sendiri, dan kamu juga sudah tahu tujuan hidupmu apa. Pertanyaan yang tersisa, apakah kamu benar-benar butuh sosok si dia tersebut? Adakalanya disaat kamu mencapai titik tersebut, kamu jadi semakin tidak aware akan kebutuhanmu terhadap sosok si dia tersebut. Saat kamu benar-benar bisa menikmati hidupmu sendiri, kamu akan merasa dirimu sudah memiliki segala yang diperlukan. Namun percayalah akan ada suatu fase di mana, kamu akan merasa, ada beberapa hal yang tidak dapat kamu lakukan sendirian, dan hal tersebut adalah wajar. Pada dasarnya memang manusia diciptakan berpasang-pasangan untuk saling melengkapi, serta manusia adalah makhluk sosial yang tak bisa lepas dari manusia lainnya.

Sekarang jika kamu mulai menyadari akan kebutuhan tersebut, tidak adanya salah menentukan kriteria yang tepat bagi dirimu. Hal paling pertama yang akan menjadi kriteria si dia, sudah jelas dia yang memiliki segala kelebihan dari kekuranganmu, itu adalah hal yang wajar, karena ketika 1 itu baik, maka 2 itu sempurna, buatlah kriteria si dia se ideal mungkin bagi dirimu. Bahkan tanpa kalian sadari, sebenarnya si dia bisa saja mereka yang selama ini berada disekitarmu, yang perlu kamu lakukan hanyalah melakukan miss and match dengan orang-orang tersebut. 

4. Miss and Match

Pada fase ini, setiap orang akan mempunyai caranya masing-masing untuk dapat mengenal karakter atau pribadi orang lainnya. Setiap orang juga memiliki penilaiannya masing-masing terhadap orang lain, yang terpenting adalah bagaimana orang yang kamu nilai tersebut sudah sesuaikah dengan kriteriamu. Kamu bisa memulai penilaian tersebut dari orang-orang disekitarmu, atau jika kamu sudah mencapai fase ini memulai hubungan dengan orang lain seharusnya bukan masalah besar bagi dirimu, atau  bahkan tanpa kamu yang memulaipun orang lain yang akan memulainya. Sekarang tinggal bagaimana kamu mencocokan si targetmu dengan kriteriamu. Namun perlu kamu sadari bahwa tidak semua orang yang kamu temui atau targetmu memiliki kriteria idealmu tersebut, disitulah bagaimana kamu harus benar-benar mengenal targetmu, sehingga kamu bisa melihat potensi apa yang ada  di dalam dirinya.

Hal ini menjadi penting karena, saat kamu melihat suatu kasus di mana ada 2 target yang saat ini sedang dekat dengan drimu, si A dia mempunyai 4 dari 5 kriteria yang kamu anggap ideal, sedangkan si B hanya memiliki 2 dari 5 kriteria yang kamu anggap ideal. Secara kasat mata tentu kita akan memilih si A, tapi apakah si A pilihan yang tepat? Belum tentu, oleh karena itu kita perlu melihat pula potensi keduanya, Untuk menggali dan menilai potensi seseorang, dibutuhkan jam terbang yang tinggi, dan setiap orang juga punya caranya masing-masing. Kembali ke kasus, ternyata si B memiliki potensi yang lebih besar untuk mencapai 5 kriteria idealmu dibandingkan dengan si A yang punya kecendrungan untuk tidak terjadi perubahan, dan dengan kamu mengetahui hal tersebut, kamu dengan sendirinya akan tahu cara apa yang kamu bisa lakukan agar si B ini mencapai kriteria Idealmu.
sumber: google

5. Kegagalan Bukan Akhir

Saat hubungan kandas, atau cintamu tak berbalas, jangan lantas hal tersebut membuat dirimu patah arang, meskipun sedih itu wajar, tapi jangan berlarut-larut, ingat kembali apa tujuan hidupmu, dan jadikan kegagalan ini suatu bahan refleksi baru. Jika hubungan itu kandas, ibarat sebuah perusahaan, artinya ada sebuah posisi lowong, yang bisa diisi oleh orang lain, dan ingat lagi cinta itu apa, karena kamu yang sudah berhasil istilahnya membuat mereka memiliki kriteria ideal tersebut maka kerugian tidak berada pada dirimu. Kamu cukup mencari lagi orang-orang yang berpotensi untuk mengisi kriteria tersebut, atau jika cintamu ditolak sekalipun juga sama, kamu melihat potensi orang tersebut untuk mencapai ke sana tetapi dianya yang tidak mau, maka kerugian jelas tidak ada pada dirimu. Ingat bahwa hidupmu tetap lebih berharga dari apapun.
sumber:google

Mungkin hanya sedikit pemahaman yang saya bagikan kepada kalian melalu artikel ini. Bahkan sampai sekarang saya masih mencari orang yang mau saya kader tersebut. Semua proses di atas bukan hanya tentang mengkader orang lain, tapi juga bagaimana mengkader dirimu sendiri. Karena itu jangan berhenti berdinamika, dengan berdinamika kita bisa berkembang menjadi lebih baik lagi.



sumber-sumber: http://www.psikoterapis.com/?en_segitiga-cinta-dari-robert-sternberg,167

No comments:

Post a Comment