Saturday, 24 October 2015

366 Hari Menuju Wisuda

Di sabtu sore ini 24 oktober 2015 gw memutuskan 1 hal, ya gw mutusin buat mulai nulis diary lagi. Okey karena gw rasa, hal ini adalah salah satu jalan terbaik untuk mengeluarkan semua isi omongan dan bualan-bualan dalam kepala gw, biar gak jadi gila and stress. Mungkin banyak dari kalian yang bertanya-tanya, tentang judul gw, ya judul gw ini sekaligus buat ngingetin gw tentang target paling akhir/lama menuju wisuda. Sebagai peringatan buat gw juga, biar gak males.

Yup hari ini hari sabtu yang cerah, mengawali hari sabtu dengan mengucapkan selamat ulang tahun buat sobat gw Suzan yang klo pas biasa aja nyeremin, tapi pas senyum manisnya keterlaluan, dilanjut ngobrol sama tukang burjo, terus nonton youtube tentang kisah seorang billionaire yang menyumbangkan 99% dari keuntungannya untuk research dibidang free electricity dan pure water.  Manoj Bhargava beliau adalah seorang CEO dari minuman kesehatan yang mempunyai nilai keuntungan bersihnya mencapai 4 triliun USD. Setelah menonton videonya [video]sejenak aku berpikir, wow, orang ini mempunyai visi yang sama denganku, aku masih belum tahu apakah video itu benar, tapi jika itu memang benar, berarti aku tidak sendirian. Aku selalu berpikiran hal yang sama, aku selalu merasa kenapa manusia tidak bisa menolong satu dengan yang lainnya, kenapa semua teknologi yang harusnya memudahkan kita malah dijual untuk keuntungan personal semata. Tapi aku tahu dunia yang kita huni saat ini memang seperti itu, mereka yang memiliki uang mereka yang berkuasa, karena itu aku tertarik dengan quote dari video tersebut, "Dibutuhkan seseorang yang cukup kuat (crusader) untuk mengubah itu semua."; bahkan dengan entengnya beliau bercanda, "Wow, untuk apa uang sebanyak itu, untuk membuat diriku terlihat keren? Tidak, aku tidak ingin terlihat keren, sejujurnya tak akan bisa.".Ya beliau sadar, di masa depan nanti kita tidak butuh uang untuk hidup, yang kita butuhkan adalah energi dan air, lalu dari mana sumber kehidupan itu berasal? Dari alam tentunya, karena itu beliau berharap dari tim peneliti yang dimilikinya untuk mengembangkan peralatan yang mampu mendukung itu semua.

Akupun memiliki mimpi yang sama, aku ingin mendirikan, sebuah perusahaan listrik swasta, berbahan dasar Nuklir atau bio fuel, yang ramah lingkungan. Apakah aku mencari keuntungan? Tentu, karena seperti yang sudah kubilang tadi, kita hidup di zaman di mana uang mengendalikan semuanya. Tapi aku berharap dapat mengikuti jejak beliau, aku akan mendonasikan sebagian besar keuntungan yang kumiliki untuk mengembangkan sesuatu yang dapat dinikmati secara gratis oleh masyarakat luas. 

Video ini seakan meredakan segala pesimisku terhadap manusia saat ini. Aku bercermin pada bencana yang sedang melanda negaraku. Ya, kabut asap melanda sebagian besar daerah di sumatra dan kalimantan, Kabut asap bukanlah bencana yang baru bagi negaraku, setiap tahun saat musim kemarau bencana ini selalu terjadi, dan sebagian besar penyebabnya adalah pembukaan lahan gambut yang dilakukan oleh orang-orang yang mencari keuntungan semata, lalu siapa yang terkena dampaknya? masyarakat luas.

Rasa marah dan kecewaku bukan semata hanya kepada para oknum tersebut saja, tetapi juga kepada mereka yang terus menerus mengeluh kepada pemerintah. Hey, kalian sadar betapa sulitnya mengelola sebuah negara? Coba kalian pikirkan, apakah kalian berhenti berangkat bekerja saat kalian setiap hari merasakan asap masuk dalam paru-paru kalian? Apakah kalian pernah berpikir untuk berhenti sejenak dari aktivitas kalian, dan bahu membahu dalam memadamkan api di tanah kalian sendiri? Di tanah tempat kalian lahir, di tanah tempat kalian hidup? Pernahkah kalian tahu sedikitnya jumlah petugas yang merelakan waktunya dan nyawanya untuk mengusahakan udara yang segar bagi kalian. Sementara yang kalian lakukan adalah bekerja demi mencari uang yang katanya bisa memberi kalian hidup itu? Ingatlah, jika alam ini rusak, uang tidak dapat masuk ke dalam paru-paru kalian untuk mengganti udara segar yang kalian rindukan itu. Maaf saja jika aku hanya bisa berdoa bagi pemerintah, para relawan dan kalian yang berada di sana, karena aku tahu kebatasanku, serta bagaimana aku mau membantu jika kalian yang tinggal di sana saja tidak mau ikut berusaha, dan hanya mengeluh saja. Apakah kalian pikir dengan mengeluh saja akan menyelesaikan permasalahan?
Maafkan jika kata-kataku terlalu frontal, tapi memang seperti itu kenyataannya.

Bahkan dengan bermain basket tadi pagi pun sepertinya tidak dapat meredakan rasa gelisahku. Belum lagi ditambah rasa putus asaku, karena dalam waktu hampir 1 tahun aku sudah gagal 6 kali dalam usaha pendekatan dengan wanita. Memang aku mempunyai sebuah janji dengan teman-temanku, tapi bukan itu alasannya aku mencoba, aku hanya menanyakan seberapa besar nilaiku, dan aku rasa nilaiku tak begitu besar, mungkin aku akan menyerah saja, dan menyerahkan permasalahan satu ini kepada Tuhan saja, lagipula dari awal aku memang berjanji untuk sesuatu yang mustahil, aku hanya ingin agar akhir tahun ini dan awal tahun depan, aku masih bisa berkumpul dengan kawan-kawanku yang sudah banyak yang lulus ini. Bahkan di saat beberapa dari mereka sudah ada yang lulus, sibuk dengan skripsi, dan mencari pekerjaan, aku di sini mahasiswa semester sembilan yang masih berkutat dengan mata kuliah dasar.

Aku yang sekarang bukanlah apa-apa, hanya mahasiswa pas-pasan, dengan kemampuan pas-pasan, bahkan mimpiku terdengar seperti bualan saja jika melihat keadaanku saat ini. Mahasiswa yang senengnya cuma jalan-jalan, galau, sama nulis-nulis gak jelas di blog. Tapi untunglah, barusan ini aku menemukan dua buah lagu, yang satu judulnya Bunda yang nyanyi Potret/Melly Goes Slow, sama Cintaku untuk mama, cuma aku lupa yang nyanyi siapa kalau yang ini. Aku jadi teringat ibuku di Purwakarta sana yang selalu setia berdoa dan mensupportku, aku tak mau mengecewakannya lagi, tak mau melihatnya menangis lagi karena itu, meskipun sering dihina dosen, jadi bahan tertawaan teman 1 kampus sekalipun, hanya untuk beliau aku tak akan gagal lagi, bahkan jika harus berjuang sampai mataku gak sanggup melihat, kakiku gak sanggup melangkah, mulutku tak sanggup berbicara, aku akan mencapai impianku. Terima kasih ibu sudah jadi wanita yang paling setia menemaniku. Masih ada 365 hari lagi, dan aku belum menyerah, dengan semuanya, aku masih mau melihat ibu tersenyum, berbincang dengan sahabat-sahabatku sampai hari tua, dan melihat anak cucuku mendaki puncak semeru, aku belum menyerah.

No comments:

Post a Comment