Friday, 24 April 2020

Hidup Dalam Pandemi

Sebuah wabah baru mengguncang dunia di tahun 2020 ini. Covid-19, begitu lembaga kesehatan dunia atau WHO menamainya, virus yang diduga berawal dari Wuhan, sebuah kota di China. Awalnya sama seperti masyarakat awam pada umumnya, aku hanya mengira, ini merupakan virus baru yang biasa saja, tapi ternyata tidak. Angka kematian yang tinggi, yang diberitakan media, baik dalam dan luar negeri yang terjadi di China, lalu menyebar ke asia timur, asia selatan, bahkan hingga eropa dan amerika. Data korban terus bertambah setiap hari, menyebabkan kepanikan dimana-mana. Alat kesehatan seperti masker dan hand sanitizer menjadi langka, bahkan alkohol sendiri pun hilang dari peredaran.

Aksi penimbunan yang dilakukan beberapa oknum masyarakat, sungguh memperburuk keadaan, ditambah respon pemerintah yang sangat lambat. Pemerintah selalu berkoar-koar baik media masa dan cetak, untuk masyarakat tidak menggunakan masker medis, namun sampai hari ini aku masih saja menemukan masker medis dijual belikan secara online, di group-group social media. Berbeda dengan masker, berbeda pula dengan peraturan PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar), aturan ini seperti aturan karet, pemerintah tidak bersikap tegas sama sekali, dan cenderung acuh dengan kondisi masyarakat.

Sebenarnya ada kecemasan tersendiri dalam diriku. Aku tidak cemas, akan kesulitan pangan, yang aku cemaskan adalah kondisi sosial masyarakat pada umumnya. Tidak semua warga yang tinggal di Jakarta mempunyai penghasilan tetap tiap harinya, beberapa ada yang harus bekerja tiap hari hanya untuk makan hari itu saja. Belum lagi, gelombang phk, dan pemecatan, akibat imbas dari perusahaan yang merugi bahkan beberapa ada yang gulung tikar, semakin mencekik kondisi sosial masyarakat. Hal ini diperparah pula dengan dibebaskannya narapidana dari dalam lapas, tanpa adanya rehabilitasi yang jelas, semakin menambah beban pikiran masyarakat yang masih waras.

Aku benar-benar merasa pemerintah sudah sangat blunder dengan hal ini. Sekarang aturan yang melarang warga untuk keluar dari Jakarta, juga bukan jawaban yang tepat saat ini. Bayangkan, mereka yang hendak keluar dari Jakarta itu kebanyakan adalah mereka yang sudah mulai merasa kesulitan untuk tetap terus bertahan di Jakarta, terutama dari segi materi dan ekonomi. Lalu pemerintah hendak menahan mereka tetap di sini? Aku tidak dapat membayangkan apalagi yang akan terjadi selanjutnya. Aku hanya bisa berharap, aparat masih mampu bertindak tegas dalam menjaga ketertiban dan keamanan.

Hingga hari ini aku sudah kurang lebih tiga minggu bekerja dari rumah. Aku bersyukur karena tempatku bekerja tidak terdampak begitu besar dengan kejadian pandemi ini, tapi aku sadar, di luar sana banyak yang tidak seberuntung aku. Hari ini, hari awal puasa, dan perpanjangan masa PSBB selama satu bulan. Baru saja aku sembuh dari eksimku yang tetiba kumat, beruntung terakhir kali aku berobat dengan bpjs, obatnya tidak kuminum, dan ternyata bisa sembuh juga, tanpa perlu obat dari dokter spesialis. Aku sebenarnya juga kepikiran dengan kabar seputar temanku di Semarang, tapi aku yang sekarang sudah terlalu malas mengurusi hal seperti itu, maksudku, bukan aku tidak peduli, hanya saja, dia sudah dewasa, dia seharusnya sudah tahu hal terbaik yang seharusnya dia lakukan, sementara aku dan teman-temanku menurutku sudah memberikan bantuan yang terbaik yang bisa kami berikan, semoga saja dia tidak salah dalam melangkah. Aku hanya kasihan dengan orang tuanya, sungguh. 

Semakin sering di dalam rumah pun, sangat tidak sehat untuk pikiranku. Aku sangat rindu adekku, kedua orang tuaku, kakek, nenekku. Tiket yang sudah kubeli sampai harus cancel dua kalipun tidak sanggup membawaku pulang. Aku sebenarnya saat ini sangat benci berharap, tapi untuk satu ini, aku berharap Tuhan menjaga orang-orang yang kucintai dan kusayangi, karena bagiku, lebih baik diriku yang celaka, daripada mereka. Aku sangat benci pikiranku yang gelap ini, tapi aku juga sangat sayang, setidaknya pikiran ini yang mengingatkanku kalau aku masih manusia biasa.

Kali ini aku tidak akan membahas cinta dan romansa, karena dua rasa itu sudah kubunuh tahun lalu.

No comments:

Post a Comment