"Hei, kenapa kamu tampak begitu sedih?"
"Aku tidak sedih, aku hanya baru menyadari, ternyata sulit untuk bersikap seperti bapak."
"Ya, ya, jelaslah, bapak ya bapak, kita ya kita, sulit pasti, kalau kita ingin seperti orang lain."
"Benar sekali, tapi aku rasa apa yang bapak lakukan dari dulu itu sudah tepat. Bapak gak pernah sekalipun mengeluhkan masalah pekerjaannya di rumah. Bapak bisa benar-benar memisahkan kehidupan keluarga dan pekerjaannya."
"Yup, bukankah itu yang membuat kita mengidolakan bapak?"
"Iya, sekarang aku baru tahu, kalau itu tidak mudah. Bayangkan saja, dulu bapak selalu tersenyum kalau pulang ke rumah, menyempatkan waktunya yang sangat sedikit di rumah untuk beristirahat, malah dihabiskan untuk mengajari kita dan adik tentang pelajaran yang kita gak paham, masih sempat mengajak kita dan adik bermain, ditambah masih mengantarkan kita dan adik ke sekolah. Aku yang sekarang baru mulai kerja saja, sudah bisa membayangkan betapa capeknya bapak dulu."
"Jadi kamu ingin seperti dia?"
"Iya, ingin sekali, karena itu, aku belajar untuk tidak pernah mengeluh di depan teman-temanku, tapi itu sulit sekali, dan rasanya itu membuatku jadi semakin jauh dengan mereka. Tidak lagi ada obrolan yang intens dan mendalam seperti zaman kuliah, karena aku tidak bisa bercerita banyak lagi, mungkin aku sudah menjadi orang yang membosankan dan menyebalkan kali ya."
"Sepertinya kita hanya kesepian."
"Mungkin. Temanku di sini banyak, tetapi sepertinya yang benar-benar memahami dan menyayangi diriku sangatlah sedikit, atau bahkan mungkin tidak ada. Aku semakin merasa mungkin aku ada di sini karena aku masih dibutuhkan mereka, jika mereka tidak pernah membutuhkanku, aku mungkin tidak akan pernah di sini. Aku yang salah sih. Aku mungkin berharap tinggi pada mereka, sampai lupa kalau aku tidak bisa mengandalkan orang lain untuk mencintaiku kecuali diriku sendiri. Orang-orang yang benar mencintai dan memahamiku ada di rumah sana, dan bodohnya aku tidak pulang, hanya karena berharap bisa menghabiskan waktu dengan seseorang yang bahkan tidak pernah mengingatku. Aku sepertinya tidak pernah belajar ya."
"Aku tahu, kita sepertinya lagi kesepian, rindu dan kecewa, 3 perasaan yang memang tidak menyenangkan. Teman-teman kita itu sudah mengerti seperti apa mencintai diri sendiri itu tapi bukan berarti kita tidak baik. Kita selalu berbuat baik bukan karena kita berharap sesuatu dari mereka bukan? Jadi itu alasannya kamu tampak murung seminggu ini. Kalau kamu butuh waktu untuk menyendiri dari semuanya, aku rasa itu bukan hal yang buruk. Jika mereka memang benar-benar sahabatmu, saat kamu kembali mereka akan tetap di sini. Sudah waktunya bagi kita untuk fokus pada diri sendiri terlebih dahulu, karena itu sesuatu yang bisa kita kontrol, sementara relasi dan perasaan orang lain, bukan kita yang atur, jadi buat apa dipikirkan."
"Iya, tapi rasanya sedih juga jika harus seperti itu."
"Well, tumbuh tidaklah pernah mudah bukan?"