Tuesday, 17 April 2018

Belum Ada Judul CH5

Setelah bertanya kesana kemari, tibalah aku di depan ruang guru. Ruangannya memakan hampir seluruh lantai 3, tak bisa kubayangkan seperti apa besarnya. Aku mulai mengetuk pintu dan masuk ke dalam.

Terlihat banyak sekali ruangan yang dibatasi sekat sekat. Tampak beberapa papan nama tepasang di masing masing pintu. Pasti ini ruangan guru di sini. Lalu mataku langsung tertuju pada ruangan yang terletak di pojok. Melihat dari ukurannya yang lebih besar dari ruangan lain, sudah jelas ini ruang kepala sekolah. Tampak sebuah nama terpasang di pintu tersebut, Elizabeth Ruwinda. Aku mulai mengetuk pintu tersebut, lalu masuk.

"Permisi." Kataku seraya memasuki ruangan.

"Lama sekali kamu Roi."

"Maaf bu, saya masih belum tahu letak letak ruangan di sekolah ini."

"Ya, tidak apa, tak usah tegang Roi, duduklah."

Beliau mempersilahkanku duduk di sofa, depan meja kerjanya. Sepintas ku memandangi ruangan tersebut. Ruangan yang cukup luas, dengan banyak rak rak berisi buku buku, serta beberapa ornamen serta lukisan yang menghiasi dinding ruangan tersebut. Pandanganku seketika tertuju pada sebuah foto besar yang terletak di tembok belakang meja kerja ibu Eli, di dalamnya terdapat banyak sekali orang, dan aku seperti melihat wajah-wajah yang tak asing di sana.

"Sepertinya kau tertarik sekali dengan foro tersebut Roi."

"Iya bu, sekilas saya seperti mengenal sosok yang ada di sebelah ibu Eli, apakah mereka teman dan guru-guru ibu dulu?"

"Hahaha, jelaslah kau kenal akan mereka, yang sebelah kiriku adalah kakekmu, dan yang berada di kananku adalah ayah dan ibumu."

Mendengar hal tersebut aku sedikit terkejut.
"Jadi, ibu teman seangkatan orang tuaku?"

"Tidak, lebih tepatnya, ibu wali kelas mereka." Jawabnya seraya tersenyum kepadaku.
Aku sendiri sangat terkejut mendengar hal itu. Bagaimanapun orang yang mengetahui hal tersebut pasti akan terkejut, melihat wanita yang masih muda dan cantik ini lebih tua dari kedua orang tuaku.

"Sebenarnya aku sedikit terkejut bu, tapi kejadian upacara tadi membuatku tidak begitu heran lagi."

"Bagaimana, kau bisa begitu terkejut, ketika keluargamu jauh lebih spesial."

"Aku tak sepenuhnya memahami maksud ibu."

"Hmm, sepertinya mereka tidak pernah menceritakan apapun padamu ya."

"Cerita tentang apa? Klo boleh tau keperluan apa ibu memanggil saya kemari?"

Kulihat ibu Eli beranjak dari tempat duduknya, beranjak menuju sebuah meja kecil. Diambilnya 2 buah gelas, lalu tampak sepertinya beliau sedang menyeduh teh. Seraya membawa kedua cangkir teh tersebut, beliau berjalan menuju sofaku, dan meletakan 1 cangkir teh tersebut di hadapanku.

"Minum lah Roi, hanya ada teh di sini, aku tidak begitu menyukai kopi. Mengenai pertanyaanmu tadi Roi, aku hanya ingin berbincang bincang dengan anak murid kesayanganku. Sepertinya mereka punya alasan tersendiri tidak menceritakan beberapa hal kepadamu, meskipun begitu aku rasa, dengan mereka mengirimkanmu kembali kemari, mereka pasti telah siap akan semuanya."

"Kembali? Aku tak pernah ingat pernah kemari sebelumnya.."

"Ya, kau pernah ke sekolah ini sebelumnya, saat kau masih berumur 9 tahun. Apa kau ingat betul kejadian sebelum kau berumur 9 tahun."

Mendengar hal tersebut mengingatkanku, bagaimana aku tak benar benar bisa mengingat kejadian sebelum aku berumur 9 tahun, yang kuingat hanya bayang bayang sekilas, dan semakin lama kupikirkan semakin terasa sakit pula kepalaku, oleh karena itu aku tak pernah mencoba mengingatnya lagi.

"Bagaimana ibu bisa tau akan hal itu?"

"Tentu saja, karena ibu mengingat benar akan kejadian hari itu."

Hari itu? Belum sempat aku mengungkapkannya, tiba tiba terdengar suara pintu terbuka.

(-cont)

No comments:

Post a Comment