Seperti malam biasanya, aku hanyut dalam dunia imajinasiku. Hujan malam ini seolah membangkitkan kembali kenangan yang pernah aku alami selama aku kuliah. Aku tak pernah menyangka, aku mendapatkan pengalaman yang benar benar berharga. Membuatku tak bisa berhenti tersenyum. Aku ingat sekali bagaimana rasanya menjadi orang asing di tengah lautan manusia yang akan berlomba lomba mencari jati dirinya masing masing di universitas ini. Jalan dari patung kuda sampai ke kampus biru tercinta, Teknik Elektro, mendorong motor ditanjakan gerbang Undip, bergadang di kampus demi wifi cepat, bersembunyi dari serangan ibu kos galak, ngasih kajur surat rusak, lupa nama komting 2009 di pelantikan, botak satu setengah tahun, jatuh cinta ke beberapa orang wanita hebat, dan masih banyak lagi yang lain. Semua kenangan itu, ya Tuhan, kenapa aku gak bisa diam sedikit saja. Dalam hatiku aku benar benar bersyukur atas semua kenangan itu, baik yang buruk maupun yang baik. Sudah cukup banyak tawa, air mata, dan tenaga yang aku rasa cukup setimpal dengan semua yang aku dapatkan hingga saat ini. Kurang lebih satu bulan lagi, perjalanan ini akan sampai pada bagian akhirnya. Aku tak pernah menyangka aku mampu menyelesaikannya. Bahkan jika waktu harus berputar kembali sekalipun, aku akan tetap melakukan semua hal yang aku lakukan saat ini. Aku percaya setiap kenangan dan kejadian itu lah yang suatu saat nanti akan menolongku.
Karena hidup ini terlalu panjang untuk tidak kita abadikan, aku menulis untuk membuat semua kenangan hidup ini terukir jelas, semuanya kutulis berdasarkan hati yang tulus.
Wednesday, 19 July 2017
Thursday, 13 July 2017
Nasehat
Belakangan aku ngerasain, betapa hebatnya kedua orang tuaku. Gimana gak, selain udah bisa nyekolahin aku dan adekku untuk mengejar impian kita masing-masing satu hal yang aku gak habis pikir adalah mereka tidak pernah lelah menasehati kami berdua. Klo adekku dinasehati kadang masih nurut sih, cuma klo aku dasarnya kepala batu, kadang masih bandel aja. Akibatnya adalah setiap kali aku gak nurutin nasehat mereka, hal-hal negatif yang mereka peringati kepadaku, kejadian juga. Disaat hal itu terjadi, aku mulai ngerasa apa yang diomongin kedua orang tuaku ternyata memang benar. Mereka marah? Jelas, mereka sudah memperingatkanku tapi aku masih juga membandel, namun mereka tidak lelah untuk tetap menemaniku keluar dari masalah tersebut. Kejadian seperti itu gak cuma sekali, hampir lumayan sering, tapi ya siklusnya selalu seperti itu, makanya di situ aku merasa mereka orang tua paling hebat yang pernah ada.
Kenapa aku bisa kepikiran seperti itu? Pertama karena aku mulai merasa, aku sudah lelah untuk menasehati teman-temanku ketika mereka membutuhkannya mereka mendatangiku, tapi sepertinya tidak semuanya mereka dengarkan. Sepertinya aku mulai merasa lelah untuk melakukan itu, aku mulai berpikir lebih baik aku simpan tenaga untuk hal lain dari pada mengurusi hal tersebut. Soalnya kamu tahu, ketika nasehat kamu berikan kepada orang lain dan mereka tidak mengindahkannya, maka hal yang kamu harapkan tidak terjadi pada mereka, malah akan terjadi, dan itu otomatis akan membuat mereka berpikiran, klo kamu ada benarnya juga, akhirnya mereka akan balik ke kamu lagi, dan menurutku itu cukup melelahkan. Aku selalu berpikir coba kamu ikutin kata-kataku kemarin kamu gak bakalan curhat masalah ini sekarang.
Ya dari situ aku sadar, tidak mudah menjadi orang tua yang baik bagi anaknya. Aku lalu membayangkan, jika kedua orang tuaku memiliki sikap yang sama sepertiku, entah aku akan menjadi manusia seperti apa. Aku merasa sepertinya aku masih belum cocok untuk menjadi seorang ayah yang baik bagi anak-anakku besok. Oleh karena itu, aku mencoba untuk tetap sabar dan belajar mengahadapi teman-teman, sahabat, serta mereka yang aku kasihi, yang keras kepala, sehingga suatu saat, aku bisa menjadi seperti kedua orang tuaku. Mungkin ini juga menjadi alasan mengapa Tuhan belum mempertemukanku dengan jodohku, Dia masih ingin mempersiapkanku lebih baik lagi.