Hari ini semarang diguyur hujan seharian, tetapi disaat yang bersamaan aku merasakan kehangatan. Kehangatan berkumpul dengan sahabat-sahabat terbaik yang kutemukan selama perjalananku di Universitas ini. Tak terasa memang, semua seperti baru kemarin saja kita bertemu, sampai pada akhirnya waktu memaksa kita untuk mulai mengambil jalan kami masing-masing.
Banyak yang bilang keakraban kami ini merupakan hasil dari kakak-kakak kami dahulu, tidak bisa dipungkiri memang mereka yang secara halus memaksa kita bertemu satu dengan yang lainnya. Namun seiring berjalannya waktu, banyak masalah kami hadapi bersama, dan kami masih bisa berkumpul seperti hari ini, menurutku hal itu nyata dan tanpa rekayasa pihak manapun.
Hari ini kami berkumpul di rumah Ilga, ya bisa dibilang rumah Ilga ini udah kayak beskem tersendiri buat kita kumpul. Obrolan kita macam-macam, mulai dari kisah asmara, pekerjaan, kuliah, sampai rencana-rencana yang akan kita lakukan ke depan. Ada Pingkan yang bercerita bagaimana pekerjaan di kantornya yang sering nambah waktu sejam tapi dia masih senang menjalaninya, ada Chris yang bercerita bagaimana kerjaan sambilannya bayarannya ternyata kurang sehingga rencananya membeli handphone baru tertunda, ada Surya juga yang mengisahkan bagaimana kisah asmaranya dengan Vega, yang menurut dia terasa sangat serius, dan dia sedikit panik menghadapi itu semua. Lalu juga Suzan yang bercerita tentang lamaran pekerjaannya di Pharos, dan petualangan kecilnya di Jakarta, demi menjalani seleksi perusahaan tersebut. Arda dan Ilga yang menceritakan tentang perusahaan-perusahaan apa saja yang ingin mereka daftar, dan tak lupa Ibunya Ilga yang sesekali nimbrung dalam obrolan kecil kita, dan juga ada cerita tentang macam hal, dari pilkada jakarta sampai cerita kodean iti yang kita gak tangkep. Sederhana sih, tapi entah kenapa aku tak pernah bosan mendengar cerita mereka semua.
Dulu pernah ada yang bilang harta paling berharga adalah keluarga, dan aku tidak bisa tidak setuju dengan hal tersebut. Mereka sudah menjadi bagian dari keluarga kecilku di Semarang, dan aku tidak bisa tidak bangga dengan pencapaian mereka semua. Yang hadir hari ini memang belum semuanya sih, masih ada Tito, Risang, Kecap, Hayu, Prima, Pundhi, Acan, Alan, Kristanto, Yesica, Lowo, Maria, Febri, Juan, Tinus, Alan, Bowo, Deci, Tia, Sony, Adit, Gery, Sondang, Yogi, Anjar, Dodi, Yoel, Andre, Hiacinta, Lambertus, GB, Aaron dan masih banyak lagi yang lainnya, dan mereka sekarang sedang berjuang mencapai impiannya masing-masing. Jika suatu saat aku ditanyakan oleh pewawancara, apa yang sudah saya dapatkan di sini, aku tak akan lupa menyampaikan, Aku sudah bertemu dengan rekan kerja, mentor, sahabat, sekaligus keluarga yang sangat berharga, dan aku akan melakukan setiap hal yang sama berulang kali, jika aku diharuskan menjalani kehidupan ini lagi, karena itu aku juga berharap di tempatku memijakan kakiku pertama kali di dunia profesional nanti, harapanku adalah semoga aku dapat menemukan rekan-rekan seperti mereka. Saat bersama mereka aku selalu merasa tak ada hal yang tak dapat aku lakukan.