Hari itu sabtu tanggal 10 Desember 2016, aku masih berusaha untuk meyakinkan diriku sendiri akan pilihan yang sudah kuambil, tetapi aku tak menyangka cukup sulit. Kuhabiskan waktuku seharian di dalam kamarku, semua chat masuk kuabaikan, aku benar-benar ingin sendiri hari itu. Hingga akhirnya Arda temanku menelponku menanyakanku ada apa, dan dia berkata akan main ke kosku. Sore hari dia datang kami makan di mie ayam dekat kosku, namun karena terlalu ramai, kami memutuskan untuk berbincang di kosku saja.
Arda menanyakan ada apa, ya awalnya aku mengelak aku tidak apa-apa. Akhirnya aku ceritakan semua yang sudah kulakukan mulai dari kenapa aku ke kudus, karena cerita saat hari minggu Arda sudah tahu, bagaimana aku masih menunggu tanggapan dari Pandu, seperti yang dia janjikan. Dari obrolan kami, entah mengapa, aku seperti menemukan sesuatu yang sepertinya memang jawabannya. Dia berkata, mungkin kamu memang ada hal yang belum kamu sampaikan, kenapa kamu gak bertanya tentang perasaannya dia padamu. Dari situ aku sadar akan hal yang mungkin memang masih mengganjal di diriku. So I set my mind, If the universe allow us to be together again, I will said it. But speak of the devil, saat kami membincarakannya, ada line masuk dari Maria. Aku benar-benar berharap dia mengajakku ke gereja, atau mengajakku ke mana untuk mengobrol. Namun dia hanya menanyakan aku berada di mana, dan akhirnya kami hanya berbincang sebentar melalui line, dia ternyata sedang menemani teman-teman dan adek-adeknya membahas follow up. Bahkan selama nongkrong dengan teman-temanku, aku masih saja kepikiran dia, akhirnya kututup hari dengan pikiran menggantung, sepertinya kita gak bisa bersama besok, aku pasang alarm agar aku gak telat gereja besok pagi.
Minggu pagi 11 Desember 2016, aku terbangun, aku lihat lineku, tak ada ajakan darinya, aku sendiri bingung apakah gereja atau ikut anak-anak ngamen di kerep. Aku putuskan untuk gereja, setelah selesai mandi, tiba-tiba Adi teman kosku juga pas mau ke gereja, akhirnya aku berangkat dengannya. Sesampainya di gereja, tiba-tiba saja ada line masuk darinya, dia menanyakan apakah aku ke kerep dan udah gereja, ya aku jawab aja jujur, karena aku sendiri masih bingung tapi aku lagi nunggu misa mulai. Dalam hatiku, aku berdoa, Tuhan, izinkan kami ke kerep bersama ada yang ingin aku sampaikan padanya. Setelah berbincang melalui line akhirnya kami akan ke kerep bersama. Sepanjang perjalanan, kami berbincang akan banyak hal, hari itu cuaca cukup sejuk, hanya saja jalanan memang agak padat, dalam hati aku berbisik lagi pada Tuhan, I wish the moment like this can stay more longer, if this is the last time our time to be together like this, let me cherish this moment, and made her happy.
Setibanya di sana, kami menemani teman-teman 2016 ngamen follow up. Setelah selesai, aku ditemani Surya temanku memutuskan untuk berdoa dan curhat di dalam area kerep. Setelah puas curhat dengan bunda, aku memohon, Let me say it all, give me the courage, let me brave enough to follow my heart. Aku pun menceritakan apa yang sebenarnya sedang kurasakan saat itu pada temanku Surya. Akhirnya kami pun sudah puas di kerep, kami memutuskan kembali ke Semarang.
Selama perjalanan pulang, aku bingung, apakah yang akan aku ucapkan dapat di dengarnya dengan baik, aku menunggu jalanan agak sepi, beruntunglah sore ini tidak banyak bus dan truk yang bising. Perlahan ku tanyakan padanya, Apakah semua yang dilakukannya pada cowok yang temannya sama seperti yang biasa dilakukan padaku, dia menjawab sama, dan bertanya kenapa, aku menjawab, ternyata selama ini aku yang baper ya, dia bertanya lagi kenapa aku bisa baper, karena selama ini aku punya teman-teman cewek, ada banyak hal yang beda yang mereka biasa lakukan dengan caranya terhadapku, dia bertanya di mana bedanya, kujawab semua yang berbeda dari dirinya, yang kenapa membuatku seolah emang itu cara dia memperlakukan seseorang yang spesial bagi dirinya. Keheningan sempat terjadi, aku berusaha untuk tetap tegar, aku tak tahu aku harus berbicara apa, hingga akhirnya dia memecah keheningan tersebut dengan membicarakan hal lain, aku pun mencoba mengikutinya, dan perlahan rasa sedih yang merundungku mulai menghilang.
Sampai beskem, Maria sebenarnya dijanjikan Surya buat gereja bareng, namun sepertinya Surya php, akhirnya Maria mencari orang lain untuk menemaninya gereja, hingga akhirnya dia mengajakku, dan aku mengiyakannya. Aku menakutinya klo aku bakal tertidur, tapi sepertinya dia tidak peduli. Di gereja aku berterima kasih pada-Nya karena sudah memberikanku kesempatan dan keberanian untuk menjalani hari ini, lalu Maria bertanya kenapa aku selalu mengiyakan, setiap hal yang dia mau lakukan, awalnya aku mengelak, hingga aku tersadar, kalau aku lagi di gereja, aku gak bisa berbohong, dan yang aku lakukan itu membohongi diri sendiri. Ku dekatkan diriku padanya, dan dengan perlahan namun pasti, ku panggil dirinya, dan kubisikan, "Hmm, mungkin karena aku memang suka kamu.". Than at that exact time every thing feel so slow, so easy, It feels like something that always stuck on my neck all get loose. Aku ingat perkataan Pandu, dia pingin aku jadi seperti Alva yang biasanya, dan aku rasa Alva yang biasanya ya yang seperti ini, aku juga ingat perkataan Arda dan Acan, klo cinta memang tulus, ya gak perlu mengharapkan balasan. Aku tipe orang yang memang klo udah bilang suka sama orang, aku bakal tetap mencintai orang tersebut sampai kapanpun. After all that what's mean to be an Alva. Minggu itu, menjadi saat paling bersejarah dalam hidupku, yeah I love Maria, and nothing will ever change that fact, thanks God for everything.