Dipagi hari yang sejuk ini, sebuah pemikiran hinggap di kepalaku, sebuah pemikiran tentang kondisi mahasiswa saat ini. Menjelang pemilu presiden, aku bertanya-tanya, masih adakah harapan untuk bangsa Indonesia terlepas dari semua kecarut-marutan politik yang ada saat ini. Sejenak aku termenung, aku membayangkan apa yang dapat kulakukan? Mengikuti pemilu dan tidak golput itu kata banyak orang, tapi entah mengapa aku merasa pemilu itu rasanya seperti aku hendak memasang judi saja. Bahkan orang memasang judipun dengan segala perhitungan yang masih bisa diperkirakan hasilnya, tapi tidak dengan pemilu, aku tak mengenal mereka, semua yang kutahu tentang mereka hanya sebatas media, akhirnya masyarakat pun condong memilih yang mereka kenal saja, lagi-lagi sama saja.Lalu aku mencoba melihat apa yang ada di sekitarku saat ini, mahasiswa yang sibuk berorganisasi hanya untuk sekedar menambah-nambah CV, mahasiswa yang sibuk belajar mati-matian demi lulus cepat dan IPK tinggi, lalu apa yang ingin mereka tuju? Melamar pekerjaan di sebuah perusahaan internasional dengan gaji berlimpah ruah. Well, hal tersebut tidaklah salah, atau lebih tepatnya aku tidak dapat menyalahkan mereka. Tapi yang aku sayangkan adalah betapa lemahnya mahasiswa saat ini. Jika kita menengok kembali ke zaman di mana mahasiswa menjadi senjata paling menakutkan yang dimiliki rakyat, suaranya saja sampai membuat pemerintah saat itu mengangkat senjata untuk melawannya. Siapa yang tidak ingat peristiwa tri sakti, bagaimana mahasiswa saat itu berusaha memperjuangkan negara mereka agar terbebas dari KKN.
Kalau kita bandingkan keadaan mereka dahulu tidak lebih berbeda daripada keadaan kita sekarang. KKN di mana-mana bahkan tampak nyata dalam kehidupan kita sehari-hari, tidak hanya terjadi pada pemerintah dan kroni-kroninya, tapi hampir semua lapisan pegawai negeri hal itu sudah menjadi hal yang lumrah. Lalu ke mana para mahasiswa saat ini? Mereka sibuk mengejar berbagai program penelitian yang digadang-gadang pemerintah lalu, dengan sengaja pemerintah melupakan mereka, dan mereka lari ke luar negeri karena merasa sudah tidak diperhatikan lagi pemerintah. Mungkin pemerintah saat ini sudah cukup cerdas, belajar dari pengalaman terdahulu, pemerintah "mengekang" mahasiswa supaya taring-taring mereka tidak setajam dahulu. Dengan pemotongan masa kuliah, sistem pendidikan yang menuntut mahasiswa untuk menjadi "pegawai", dan media massa yang selalu menyorot sisi negatif kemahasiswaan.
Memang sebagai mahasiswa tugas utama kita belajar. tapi apakah tidak disayangkan jika yang kita sudah bersusah payah belajar tapi tidak ada perubahan apapun pada negara ini, lalu bagaimana nasib anak-cucu kita?
No comments:
Post a Comment