Sunday, 7 August 2016

Mahasiswa

Dipagi hari yang sejuk ini, sebuah pemikiran hinggap di kepalaku, sebuah pemikiran tentang kondisi mahasiswa saat ini. Menjelang pemilu presiden, aku bertanya-tanya, masih adakah harapan untuk bangsa Indonesia terlepas dari semua kecarut-marutan politik yang ada saat ini. Sejenak aku termenung, aku membayangkan apa yang dapat kulakukan? Mengikuti pemilu dan tidak golput itu kata banyak orang, tapi entah mengapa aku merasa pemilu itu rasanya seperti aku hendak memasang judi saja. Bahkan orang memasang judipun dengan segala perhitungan yang masih bisa diperkirakan hasilnya, tapi tidak dengan pemilu, aku tak mengenal mereka, semua yang kutahu tentang mereka hanya sebatas media, akhirnya masyarakat pun condong memilih yang mereka kenal saja, lagi-lagi sama saja.Lalu aku mencoba melihat apa yang ada di sekitarku saat ini, mahasiswa yang sibuk berorganisasi hanya untuk sekedar menambah-nambah CV, mahasiswa yang sibuk belajar mati-matian demi lulus cepat dan IPK tinggi, lalu apa yang ingin mereka tuju? Melamar pekerjaan di sebuah perusahaan internasional dengan gaji berlimpah ruah. Well, hal tersebut tidaklah salah, atau lebih tepatnya aku tidak dapat menyalahkan mereka. Tapi yang aku sayangkan adalah betapa lemahnya mahasiswa saat ini. Jika kita menengok kembali ke zaman di mana mahasiswa menjadi senjata paling menakutkan yang dimiliki rakyat, suaranya saja sampai membuat pemerintah saat itu mengangkat senjata untuk melawannya. Siapa yang tidak ingat peristiwa tri sakti, bagaimana mahasiswa saat itu berusaha memperjuangkan negara mereka agar terbebas dari KKN.
Kalau kita bandingkan keadaan mereka dahulu tidak lebih berbeda daripada keadaan kita sekarang. KKN di mana-mana bahkan tampak nyata dalam kehidupan kita sehari-hari, tidak hanya terjadi pada pemerintah dan kroni-kroninya, tapi hampir semua lapisan pegawai negeri hal itu sudah menjadi hal yang lumrah. Lalu ke mana para mahasiswa saat ini? Mereka sibuk mengejar berbagai program penelitian yang digadang-gadang pemerintah lalu, dengan sengaja pemerintah melupakan mereka, dan mereka lari ke luar negeri karena merasa sudah tidak diperhatikan lagi pemerintah. Mungkin pemerintah saat ini sudah cukup cerdas, belajar dari pengalaman terdahulu, pemerintah "mengekang" mahasiswa supaya taring-taring mereka tidak setajam dahulu. Dengan pemotongan masa kuliah, sistem pendidikan yang menuntut mahasiswa untuk menjadi "pegawai", dan media massa yang selalu menyorot sisi negatif kemahasiswaan.
Memang sebagai mahasiswa tugas utama kita belajar. tapi apakah tidak disayangkan jika yang kita sudah bersusah payah belajar tapi tidak ada perubahan apapun pada negara ini, lalu bagaimana nasib anak-cucu kita?

Balada Hukuman Mati

Seperti yang kita ketahui belakangan ini, permasalahan seputar hukuman mati ini, menjadi topik pembicaraan yang menarik sekali.  Pro dan kontra seputar pantas atau tidaknya hukuman mati dilaksanakan, menjadi sebuah zona abu abu yang sulit untuk dilihat benar tidaknya. Terutama terhadap kasus yang baru ini terjadi yaitu eksekusi Bali Nine dan Mary Jane - Mj masih ditunda- yang menyita perhatian dunia Internasional.

Temanku pernah berkata, hukuman mati itu tidak bisa hanya dilihat dari satu sudut pandang saja. Jika melihat dari sudut pandang hukum NKRI maka, semua terpidana tersebut memang layak untuk dihukum mati, karena narkoba merupakan ancaman terbesar bagi generasi penerus bangsa Indonesia. Namun jika kita melihat dari sudut pandang kemanusiaan, hidup dan mati seseorang itu bukan manusia yang menentukan karena hal itu bertentangan dengan HAM. Saya tidak membawa sudut pandang agama, karena akan agama tidak hanya satu dan setiap agama mempunyai cara masing-masing untuk menyikapinya. 
Setelah mengetahui hal tersebut apakah negara kita salah melaksanakan hukuman mati? Jelas tidak karena hukuman tersebut sudah disepakati 10 tahun yang lalu, dan sampai saat ini belum pernah ada yang menolaknya. Jadi menurut saya apa yang dilakukan Negara Australia itu sebuah tindakan yang lebay. Kenapa saya bilang lebay? Mereka memprotes eksekusi mati 2 orang warga negaranya yang bekerja sebagai bandar narkoba, menurut saya seharusnya mereka berterima kasih pada NKRI karena sudah membantu membersihkan bandar tersebut dari kemungkinan untuk menyebarkan narkobanya lebih luas lagi. Tidak tahukah mereka berapa banyak warga NKRI yang menjadi korban narkoba? Jika tidak ada orang-orang tersebut, maka jumlah korban narkoba di Indonesia mungkin tidak sebanyak saat ini. Lalu mereka hanya menuntut untuk menghentikan eksekusi tanpa memberi solusi pada NKRI cara yang lebih baik, kalau Australia dan negara negara lain mampu mengurusi warga negaranya dengan baik seharusnya tidak perlu ada warganya yang tertangkap karena narkoba di Indonesia. Oleh karena itu kalian sebagai warga negara asing kalau mau nyelundupin narkoba pikir-pikir lagi. Death Penalty for the drug smugglers in Indonesian, you just have to face it or just fucking leave it.  We Indonesian people wanted our nation free from drugs, and to achieve that we need a strong rules, so please tell your friends or family who running the drugs smuggling thing to keep their thing out of my beloved country.