Monday, 25 January 2016

Semester 9

Rasanya baru kemarin semester Overtime pertama berlangsung. Mengawali perkuliahan dengan rasa sesal akibat kegagalan di semester lalu, sepertinya menjadi sedikit motivasi yang cukup membantuku untuk berkembang ke arah yang lebih baik. Hal ini terbukti dengan tidak pernahnya aku absen dari perkuliahan. Dan ternyata semua mata kuliah yang aku gagal di waktu yang lalu itu, tidak sesulit yang dulu kurasakan. Ternyata memang dulu aku tidak pernah serius dalam belajar saja, makanya aku harus merasakan semester tambahan ini. 

Nilai semester ini pun keluar, puji Tuhan, tidak ada mata kuliah yang gagal. Aku merasa sepertinya Tuhan benar-benar memberikan jalanNya. Meskipun aku sudah berusaha sekeras apapun, setiap kali ujian aku selalu merasa ada yang kurang, tapi ternyata kekhawatiranku itu tidak seperti yang kubayangkan. Setiap kali akan ujian dan selepas ujian, aku selalu menyempatkan diriku untuk berdoa di kerep. Aku selalu dapat menikmati setiap detik di kerep, menyerap segala ketenangannya, rasa damai selalu memenuhi pikiranku setiap kali ke sana. Menjalani hari-hari dengan kecemasan akan berbagai macam hal, akan masa depan yang tampaknya tidak begitu cerah. Aku selalu pergi ke kerep, dengan harapan agar pikiranku dapat tenang, dan aku dapat memikirkan suatu jalan keluar.

Aku pernah diberi tahu seorang sahabatku, jika berharap itu bukan strategi untuk maju. Tapi bagiku berharap itu memberikan suatu dorongan lebih untuk mencoba sekuat tenaga dan pikiran, ketika berbagai macam solusi dan strategi yang berada di pikiran terasa cukup sulit. Sepertinya semester kemarin merupakan fase di mana aku mulai benar-benar mengenal diriku sendiri. Di mana aku sudah mampu menerima peranku, mencintai segala kelebihan dan kekurangan yang kumiliki. 

Aku pun menemukan sebuah filosopi hidup baru. Aku merasa hidup itu bagaikan selembar kertas besar. Tuhan memberikan kertas itu ketika kita lahir, namun Dia tak pernah meminta kita ataupun memberi tahu apa yang harus kita perbuat dengan kertas tersebut. Ketika kita lahir, kertas itu masih putih bersih, lalu perlahan orang tua kita mulai mengajari kita apa yang harus kita tulis dan gambar pada kertas itu. Ketika kita beranjak besar dan mulai pergi keluar, kita melihat ternyata banyak orang yang menggunakan kertas itu dengan caranya masing-masing, ada yang menuliskan puisi, cerita, syair, lagu, dan ada juga yang menggambarnya, melipatnya. Terkadang kita tergoda dengan kertas-kertas milik mereka, dan kita tak jarang mencoba meniru apa yang telah mereka lakukan. Hingga akhirnya tanpa kita sadari, kertas tersebut tak lagi putih, dan kau bingung apa yang akan kau lakukan selanjutnya, kau sadar kau bukan seorang penyair yang mampu menuliskan bait-bait, dan kau juga sadar kau bukan seorang pelukis yang mampu melukiskan keindahan,

Hingga akhirnya pada suatu titik, kau bingung, dan kau merasa malu, karena melihat kertas milik orang lain, yang tertata rapi, indah, yang bertuliskan bait-bait penegun hati. Dibandingkan dengan kertasmu yang bercampur aduk, dan berantakan. Tapi tidakkah kau ingat masih ada halaman belakang yang kosong? Coba kau balik kertas tersebut, lihatlah kertas tersebut masih kosong, kau bisa menyusun kembali, apa saja yang sudah kau lakukan di lembar sebelumnya, lihat lagi apa yang memang benar-benar ingin kau lakukan disitu. Lalu jika suatu saat kau salah lagi, ingatlah kau masih bisa menghapusnya, ya seperti itulah hidup bagiku, kertas itu adalah diriku, dengan menerima kertas itu, berarti aku menerima diriku sendiri, bisa membagikan apa yang sudah kulakukan dengan kertaskupun, cukup menyenangkan bagiku. Meskipun kertas itu sudah kucel karena banyak coretan, aku tidak akan membuangnya karena hidup hanya sekali. Biarlah orang lain dengan kertasnya sendiri, aku mencintai kertas ini, karena kertas ini sudah mengajariku banyak hal.

Saturday, 2 January 2016

2015

Tak terasa sudah 2 hari berselang dari 2015. Tahun ini cukup mengajarkanku banyak hal. Meskipun salah satu targetku untuk melepas status singleku sepertinya harus membutuhkan extra time, tapi itu semua tak jadi masalah. Karena di tahun ini pada akhirnya aku menemukan ketenangan sesungguhnya. Banyak sekali pelajaran dan pengalaman yang kupelajari selama setahun ini. Bagaimana aku mencoba mendekati 7 cewek dalam setahun dan semuanya gagal, bagaimana aku merasa malu untuk masuk ke kelas dan mengikuti perkuliahan bersama junior yang beda jauh, serta perasaan sedih karena ternyata melihat teman-teman dekatmu wisuda tidak semudah yang dibayangkan orang-orang, serta masih banyak lagi. Semuanya berlangsung hanya dalam waktu 1 tahun. Mungkin ini semacam kaleidoskop singkatku selama setahun ini.

Masih teringat jelas aku di bulan januari kemarin saat teman-temanku mulai sibuk mengurusi KKN sementara aku masih mengejar nilai melalui SP. Beberapa nilai memang ada yang membaik tetapi juga ada yang bertahan -buruk-. Aku menargetkan untuk merubah semua nilai D di semester genap besok menjadi minimal B. Awalnya sangat optimis, sampai ketika harus masuk ke kelas untuk pertama kali, tiba-tiba saja, aku merasa malu, cemas dan takut menjadi satu, hingga akhirnya kuputuskan untuk tidak masuk. Namun setelah kejadian itu aku mulai berpikir, kalau semua ini terjadi karena pilihanku dulu untuk tidak mempermasalahkan jika harus kuliah dengan junior, karena di semester-semester awal aku masih ingin mencari banyak hal, belajar banyak hal tentang berbagai macam hal yang selama ini tak kutemukan ketika masih tinggal di rumah bersama orang tua dan bersekolah dulu, lagipula jika aku harus kalah dengan rasa tersebut selamanya aku tak akan bisa maju, akupun bertekad bulat dan syukurlah meskipun belum sepenuhnya sesuai harapan satu mata kuliahku masih bisa dapet B.

Bermodal pengalaman salah di semester sebelumnya, di semester ganjil ini aku menjadi super semangat, mungkin selama aku kuliah, cuma di semester ini saja absenku jarang banget yang dicoret. Bahkan tanpa ada teman seangkatanku yang berangkat kuliahpun aku tetap berangkat. Dan baru kali ini aku benar-benar sadar apa saja yang sudah kulewatkan selama kuliah dulu. Sebentar lagi akan UAS dan aku masih berusaha untuk dapat mencetak hasil yang kuinginkan. 

Sementara itu tugas akhirku, untuk saat ini aku sudah tahu mau dibawa ke mana tugas akhir ini. Judul pun sudah aku persiapkan dengan matang. Simulasi, analisis, dan menambah refrensipun mulai kugiatkan. Mungkin awal semester besok aku akan maju menghadap dosen pembimbing, dan membuat proposal, semoga saja semua yang sudah kurencanakan ini dapat berjalan dengan baik.

Sebenarnya acara taruhan aku punya pacar di tahun 2015 atau gak itu hanya sekedar untuk mengumpulkan teman-temanku di akhir tahun nanti. Aku tidak terlalu ambil pusing dengan status semacam itu, namun karena aku sudah berucap seperti itu, setidaknya untuk menunjukan niatku buat menang taruhan, aku pelan-pelan mulai mendekati setiap peluang yang ada, namun sampai target ke 7 hasilnya masih nihil. Tapi ya tak masalah juga sih, aku tahu kapabilitasku sampai di mana, dan aku juga yakin Tuhan gak akan menjatuhkan pada hati yang salah, karena aku tahu Dia mencintaiku, yang perlu kulakukan adalah percaya dan tetap menjadi diriku sepenuhnya. Kalau suatu saat Dia yakin aku mampu pasti Dia akan menunjukan jalan-Nya untukku. Dan sampai penghujung akhir tahun kemarin, aku kalah, sepertinya aku harus bersiap mentraktir teman-temanku.

Hal yang paling bahagia dalam selama setahun ini terjadi tepat saat natal, di mana pada akhirnya aku mampu mencairkan kembali hubungan di keluargaku. Tanpa kuduga ternyata aku mampu mengakrabkan kembali hubunganku dengan sepupu-sepupuku. Sepertinya pengalamanku di Undip selama ini tidak sia-sia.

Aku hanya bisa berterima kasih banyak pada Tuhan, atas semua yang telah Ia berikan padaku selama 1 tahun ini. Saat ini aku merasa, aku sudah siap menghadapi apapun yang ada di depan sana. Aku masih bisa bertemu, berkumpul, dan bermain dengan orang-orang yang kusayangi sudah lebih dari cukup bagiku untuk tetap tersenyum dan melangkah ke depan dengan mantap. Semoga di 2016 ini Dia tidak pernah lelah menuntun jalanku ke arah yang lebih baik, aku tahu rintangan itu tidak pernah berhenti, dan tidak pernah mudah, tapi aku yakin, aku tak melangkah sendirian.

Selamat jalan 2015..