Dinginnya malam ini tidak merisaukanku, langkah demi langkah aku berjalan menyusuri jalan ini. Petir dan guntur yang bersahut-sahutan malam itu seolah tak berarti. Tibalah aku di depan sebuah gang kecil, tak jauh dari situ terdapat sebuah rumah yang tampaknya sangat ramai. Aku mencuri pandang dari kejauhan, kulihat dirinya berdiri di teras di tengah kerumunan temanya dan temanku. Kuberanikan diriku untuk mendekat, namun belum sempat aku melangkah, kulihat lelaki itu berdiri di hadapannya, dan seketika itu juga dia berlutut dan berkata
"Would you be mine?" ujar lelaki tersebut sembari menawarkannya sebuah coklat berbentuk hati dan seikat bunga.
Melihat hal tersebut seketika rasa dingin yang hebat menyeruak disekujur tubuhku. Aku seperti baru saja melihat petir di depan mataku. Suara pecahan kaca menyadarkanku dari lamunanku. Tanpa kusadari aku menjatuhkan hadiah yang kusiapkan untuknya, sebuah sepatu dari kaca.