Saturday, 13 July 2013

Semester 4

Semester 4 akhirnya selesai kulalui banyak cerita menarik terjadi selama semester ini, diawali dari masa liburan dimana aku memutuskan untuk tidak pulang karena telah berjanji tidak akan pulang sebelum mendapat IP 3,00. Aku yang sempat menjadi peng-galau-ers di semester 3 mencoba untuk berubah. Aku mengawali semester ini dengan segepok harapan, dan sekarung semangat, aku sudah me-manage semua hal yang akan aku lakukan untuk memperbaiki itu semua. Tapi semua sepertinya tidak berjalan seperti yang sudah aku planning. Kesibukan dalam dan luar kampus membuat semua hal yang sudah aku rencanakan tersebut hanya seperti angin lalu, mudah untuk membayangkannya tapi sulit untuk melaksanakannya. Praktikum yang juga datang secara beruntun seolah semakin menyulitkan diri untuk bernafas. Tapi kalau aku merasa dari sisi akademis, sepertinya ada sedikit perbaikan dibandingkan aku 3 semester yang lalu. Beberapa teknik pembelejaran baru yang aku terapkan sepertinya sedikit menaikan level akademisku. Namun tetap saja aku merasa ada yang kurang setiap kali ujian tiba, tetap hanya sedikit yang aku mengerti.

Di semester 4 ini aku sepertinya memang terlalu aktif dimana-mana, mulai di jurusan aku mulai mencoba masuk dalam kepanitian lustrum, kegiatan temu alumni yang biasa diadakan setiap 5 tahun sekali. Dengan motivasi bisa ber-lustrum dengan bapak yang notabene juga alumnus teknik elektro undip. Di tempat lain aku mencoba untuk aktif di Kokerma, Komisi Kerasulan Mahasiswa dengan kegiatan pelatihan ansosnya. Aku merasa kontribusiku di dua kegiatan tersebut sepertinya sangatlah minim, dan aku sepertinya sudah banyak membuat kesalahan-kesalahan. Entah mengapa rasanya aku ingin sekali menyibukan diri, setiap kali ditanya alasannya aku hanya menjawab, untuk cari pengalaman, relasi, dan lain-lain, padahal sepertinya aku hanya mencoba melarikan diriku dari suatu hal yang mengangguku selama semester kemarin, yaitu perasaan suka-ku terhadap seseorang. Aku yang terlalu takut untuk mengungkapkan perasaanku malah mencari tempat untuk bersembunyi dan melarikan diri. Tapi semua hal tersebut sepertinya tidak banyak berpengaruh, dengan uniknya jalan kami selalu bersilangan. Bukannya aku takut cintaku tak bersambut jika kuutarakan hanya saja aku merasa kalau diriku belum siap untuk menjadi se-seorang yang pantas bagi orang lain untuk dicintai, karena aku merasa aku bukanlah tipe cowok dewasa, aku masih merasa kalau aku masih terjebak dalam pola pikir seorang anak kecil, aku tak mau mengecewakannya dengan kondisiku yang seperti itu.

Terlalu takut..

Dalam perjalananku selama setengah semester 4 ini, banyak sekali hal yang sudah kuperbuat. Perubahan kulakukan di sana-sini. Aku yang selama ini terkesan pasif sekarang mencoba untuk lebih aktif. Belajar, olahraga, organisasi, pelatihan, dan hal-hal positif lain kulakukan selama setengah semester ini. Tapi entah mengapa aku merasa ada saja yang kurang. Aku masih belum menemukan siapa diriku sebenarnya. Mungkin aku beruntung bisa melewati setengah semester ini lebih baik dari semester-semester sebelumnya, karena pada semester ini aku menemukan kawan-kawan yang mau mensuport dan menolongku.
Kau tahu mungkin aku seperti Barney yang ada dalam gank di film "How I Met Your Mother". Aku hanya orang bodoh yang bertingkah sok cool, yang selalu mencoba mencari perhatian di sana sini dengan tindakan-tindakan bodoh, yang merasa dirinya selalu baik saja padahal tidak. Entahlah aku tak tahu apakah teman-temanku menganggapku se-annoying Barney di film itu atau tidak. Aku terkadang merasa, kalau tempatku dengan mereka sangatlah jauh berbeda. Mereka hebat, mereka mempunyai pendirian, mereka memiliki kelebihan, dan mereka tahu apa yang harus diperbuat. Aku selalu membayangkan mungkin enak bisa jadi kayak Pundhi, Tito, Risang, Kecap, Christoper, Arda, Achan, Juan, Surya, Prima, Tinus, Bowo, Alan atau yang lainnya. Mereka punya semuanya yang aku gak punya. Terkadang aku hanya mencoba melakukan segala hal yang dapat kulakukan agar aku bisa menjadi mereka. Tapi aku tahu itu tak pernah cukup.
Aku tak pernah menyelesaikan apapun, aku tidak pernah bisa pintar berbasa-basi seperti mereka, aku tak pernah pandai mengajak orang, aku tak pandai olahraga, tak pandai seni, tak tampan, dan gak se percaya diri seperti mereka, sepertinya tidak ada hal baik yang datang dari diriku seperti halnya "Barney".
Tapi seburuk-buruknya Barney sekalipun akhirnya dia bisa berubah, dan hal itu karena dia jatuh cinta pada Robbin, tapi tidak denganku. Saat aku jatuh cinta padanya, aku malah berubah jadi seorang bocah cengeng yang mengemis untuk cinta. Banyak halku lakukan hanya untuk menarik perhatiannya, dan belakangan aku merasa kalau yang membuatku melakukan semua yang kulakukan selama ini karena aku hanya ingin saja sekali dia memperhatikanku, meskipun aku selalu berkata ini semua hanya untuk mengisi waktu luang, untuk cari-cari pemandangan, atau cari pengalaman, atau berbagai alasan lainnya. Tapi sejujurnya aku melakukan ini semua untuk menutupi semua perasaan itu, untuk menyangkal semuanya, untuk mencari alasan agar aku tak menatap wajahnya. Aku sendiri bingung aku ini seorang pecundang atau orang buta, atau mungkin keduanya. Aku seperti ingin mencapai sesuatu tapi tak pernah tahu dimana arahnya, jadi yang kulakukan hanya bergerak ke sembarang arah, tapi karena aku terlalu takut untuk terluka, aku selalu berhenti tak jauh dari tempat aku mulai melangkah.