Monday, 10 December 2012

Give UP!

Sering berpegian keluar kota membuatku melihat banyak sekali wajah-wajah kehidupan, yang membuatku membuka mata dengan keadaan sekitarku. Jelas sekali tampak perbedaan antara kaya dan miskin di banyak tempat, hal ini terkadang terasa miris, setiap kali aku melintas jalanan yang dipenuhi oleh rumah-rumah megah, tapi tak lama berselang munculah gubuk-gubuk yang mereka bilang itu adalah rumah. Aku merasa tak berdaya, jika harus berpikir apa yang bisa kuperbuat untuk mereka, sementara hidupku sendiri pun masih seperti gubug reot yang perlu di tata ulang. Pasca era kegelapan dalam hidupku, aku masih berjalan tanpa arah, tak ada visi, misi, atau apapun yang bisa kujadikan pegangan. Cuman satu yang kupercaya dan kuyakini, kemanapun aku melangkah Dia selalu menyertaiku dan berusaha untuk menjauhkanku dari jalan yang pernah kulalui dulu. Mereka bilang dengan belajar, kita bisa membantu mereka yang kurang beruntung. Tapi apa yang kulihat saat ini adalah mereka yang sudah belajar dan menjadi pintar hanya mencari kesenangan bagi diri mereka sendiri. Setelah mereka mendapat apa yang mereka impikan mereka malah mencari hal yang lebih lagi. Apa yang dikatakan para motivator, tokoh masyarakat, semua terasa bullshit. Belajar saja tidak bisa menyelesaikan semuanya, manusia pada dasarnya tidak pernah lepas dari rasa rakus mereka, begitu juga diriku, tapi aku mencoba belajar untuk menguranginya. Mungkin aku yang dulu memang rakus, tapi aku sudah mempunyai kontrol diriku terhadap hal tersebut, cukup mengingat barang apa saja yang sudah kurusak, apa saja yang sudah kuhilangkan, apa yang sudah kucapai, dan seperti apa aku sekarang, sudah cukup membuatku untuk tetap menutup dompetku rapat-rapat. Lalu aku mengambil kesimpulan seperti ini, jika belajar saja tidak cukup lalu apa yang dibutuhkan? Tindakan nyata saja pun tidak akan pernah cukup, memberi sumbangan pun hanya seperti memberikan setetes air di tengah kehausan yang luar biasa, tapi aku tahu satu hal, semua yang sudah terjadi memang tak bisa kita hentikan, tapi kita bisa mencegah hal itu untuk terjadi lagi. Bagiku hal itu yang kurang dari semua orang yang udah ada sampai saat ini, mereka yang pintar selalu memberikan sumbangan dalam bentuk materi. Hal seperti itu tidak akan pernah cukup menghentikan laju kemiskinan, ilmu dan rohani, adalah 2 hal vital yang tak pernah diberikan oleh orang-orang pintar ini. Mungkin untuk mereka yang sudah tua yang sudah korup, materi adalah sesuatu yang mereka butuhkan karena mereka telah melihat segala kenikmatan orang lain yang mempunyai cukup materi. Tapi tidak dengan anak-anak, mereka tidak pernah peduli dengan hal itu, jika kita memberi mereka ilmu yang cukup, dan rohani yang baik mereka pasti dapat tumbuh dengan baik pula.
Bahkan dengan ilmu yang baik saja tidak akan cukup (berkaca pada diriku sendiri), sampai sekarang pun aku masih buta dengan agamaku sendiri. Memang aku dilahirkan dikeluarga Katolik yang kental, dan aku pun tahu Tuhan Yesus adalah sumber kekuatan dan penolongku yang setia. Tapi apa itu katolik sendiri aku masih belum tahu apa-apa. Makanya ketika aku pertama kali masuk Undip, dan aku melihat orang-orang muda berdiri dengan spanduk-spanduk dari kertas yang bertuliskan PRMK-FT dengan setengah rasa segan aku mencoba menghampiri mereka, awalnya aku agak canggung untuk menyapa mereka, tapi sambutan mereka ternyata sangat ramah, dengan senyuman spesial dari orang yang belakangan kutahu namanya mbak Gori, dan Mas Rio seolah menyambutku tanpa mempedulikan seperti apa aku kelihatannya waktu itu. Lalu aku juga dikenalkan dengan mereka yang ternyata menjadi sahabat-sahabat terbaikku saat ini Ladislaus Risangpajar dan Yulius Krisna, yah mereka adalah 2 sahabat terbaik pertamaku di sini. Satu hal yang kuingat ketika aku mengenal PRMK-FT, mereka bukanlah anak-anak seperti diriku, mereka adalah orang dewasa, yang mungkin bisa menjawab semua pertanyaan seputar katolik tadi. Aku diberi tahu jika PRMK-FT adalah sebuah biro pelayanan yang ada untuk melayani semua mahasiwa katolik yang ada di Undip ini. Aku belajar mengenai makna pelayanan yang sesungguh dari sini. Aku yang awalnya hanya tertarik untuk mencari nilai sebaik-baiknya karena terbawa arus untuk bisa membuat orang tuaku tersenyum karena selama ini aku sudah menyusahkan mereka, ternyata mulai memahami semua ini kulakukan untuk siapa? untuk diriku sendiri, untuk orang lain? Lalu aku tahu orang tuaku tak pernah menginginkanku untuk membuat mereka tersenyum, itu hanyalah sebuah ambisi pribadi yang kubuat karena traumaku akan masa lalu, yang mereka inginkan adalah aku bisa menjadi siapa diriku sebenarnya, bisa menjadi bagian dari lingkungan sosial yang keras dan tetap peduli dengan mereka yang kesusahan. Awalnya semangatku untuk menjadi berguna bagi orang lain sempat gugur karena musibah-musibah yang kualami selama di kota ini, aku pernah mengutuk tempat ini. Tapi seperti biasa Dia membuka mataku, melihatkan padaku apa yang kumiliki dan kubutuhkan, ternyata memang semua yang kubutuhkan ada di dekatku, logika dan perasaan, serta bantuan orang-orang yang ada disekitarku. Makanya kenapa aku harus menangisi sesuatu yang tidak kubutuhkan. Mungkin tangisku itu bukan karena aku sedih kehilangan hal tersebut, tapi karena aku sudah melalaikan tanggung jawab yang diberikan oleh orang tuaku padaku, aku tak peduli bahkan jika dengan kehilangan nyawaku aku bisa membahagiakan orang lain itu sudah cukup bagiku. Oleh karena itu, bagiku perasaan cinta dan hampa yang kurasakan selama ini menjadi motivasi bagiku, kalau dengan penderitaan dan sakit karena sendirian aku bisa berkembang, dan membantu mereka yang membutuhkan, berjalan dijalan berbatu yang tajam ini pun akan kulakukan, walau artinya sampai mati aku tetap sendirian, karena siapa pula yang mau diajak berjalan bersama dijalan seperti ini. Lalu belakangan ini aku selalu berpikir tentang pengakuan dosa, seperti yang sudah kubilang sebelumnya, selama ini untuk ke gereja itu seperti sebuah paksaan saja, tapi setelah tinggal sendirian di kota ini, aku merindukan saat ke gereja dengan keluargaku. Karena ke gereja saja sudah paksaan apalagi untuk melayani gereja, jadi misdinar aja gak pernah, ibadat dilingkungan juga gak pernah, pelayanan terakhir buat gereja (itu juga dipaksa) waktu koor kelas 5, aku bahkan ingat pernah dibilang kafir, tapi itu tak salah karena dulu aku memang seperti itu. Tapi sekarang ketika menjelang natal ke 2 di kota ini, aku diingatkan lagi oleh ibuku untuk mengaku dosa, aku bahkan sudah lupa apa rasanya mengaku dosa, apa tujuannya sementara terakhir kali aku mengaku dosa kelas 4 SD ketika penerimaan sakramen ekaristi. Apakah aku harus mengakui semua dosaku di depan pastur dari kelas 4 SD sampai sekarang, dan aku yakin jika itu kulakukan bisa makan waktu seharian. Aku mungkin punya seorang teman yang sifatnya bertolak belakang dari diriku, dia besar dalam lingkungan yang pelayanannya sangat kental sekali, ingin sekali saat ini aku bertanya padanya, tapi karena sebuah tindakan bodoh yang kulakukan, sepertinya kehadiranku malah menjadi pengganggu baginya. Aku memang bodoh, semua yang kulakukan selalu berakhir kesalahan, aku memang naif, tapi memang ada rasa yang berbeda jika bersamanya, tapi mengumbarnya memang sebuah kesalahan seharusnya rasa itu tetap kupendam saja. Apa bisa orang bodoh sepertiku menyelamatkan mereka yang membutuhkan. 

Saturday, 8 December 2012

Catch UP!!!!

Kuberjalan menyusuri setiap sudut kota semarang. Mencoba memahami makna kehadiranku di kota ini. Sering kali aku merasa aku berada di tempat yang salah. Selalu berpikir untuk kembali di awal ku membuat keputusan ini. Tapi itu percuma saja, semua yang sudah terjadi, tak bisa di ulang kembali. Lalu aku teringat akan satu hal. Mimpiku masa kecil, ketika ibuku bertanya padaku, nanti kalau kamu udah besar mau kuliah di mana? "Teknik Elektro Undip." jawabku mantap. Ibuku cuman tersenyum, dan bilang "Kamu emang dasar anaknya bapak, apa-apa maunya ngikutin bapakmu, tapi kalau udah jauh-jauh di purwakarta gini kenapa kamu gak mau ke ITB aja?". Aku yang belum tahu betapa bagusnya ITB, malah menjawab, "Lha emangnya Undip jelek?", mendengar jawabanku ibuku cuman tertawa. Beliau cuman bilang dimanapun kamu sekolah atau kuliah selama kamu menjalaninya dengan benar itu udah bisa buat ibu bahagia kok. Yah, kata-kata beliau yang terakhir seolah-olah terus terngiang terus di kepalaku hingga saat ini.

Memang kota ini sudah mengajariku banyak sekali makna penderitaan. Motor hilang, hampir masuk rumah sakit, kecelakaan, HP hilang, dan masih banyak lagi. Awalnya aku hanya menyalahkan kenapa aku harus berada di kota ini mungkin nasibku berbeda jika aku memilih kuliah di Telkom atau UKSW, lalu aku sadar semua hal diatas tadi pada dasarnya semua karena kecerobohanku sendiri, mungkin Tuhan ingin mengajariku untuk tidak ceroboh dan lebih bertanggung jawab dengan caranya. Seperti halnya ibuku yang sudah banyak berjasa mengembalikanku ke jalan yang benar, beliau tak pernah lelah memarahiku, menamparku, hanya agar aku bisa sadar. Yah, masa laluku memang aku sudah banyak mengecewakan ibuku, banyak sekali kejahatan yang sudah kulakukan di masa lalu. Disaat yang lain mulai meragukanku, mulai menjauhiku, cuman beliau yang masih percaya, yang masih mau mengeluarkan air matanya untukku. Game Online memang sempat membutakanku, tawuran sempat membuatku menjadi anak yang brutal tapi semua itu berubah semua berkat bimbingan beliau yang tak kenal lelah. Di akhir kelas 3 SMA aku sempat diragukan bisa lanjut kuliah oleh sebagian besar guruku, tapi berkat kepercayaan yang diberikan oleh orang tuaku aku tetap semangat untuk terus maju, dan hal itu tampak ketika aku keterima S1-Telekomunikasi Telkom. Karena aku merasa swasta itu biayanya besar dan selama ini aku sudah menjadi beban yang sangat besar bagi orang tuaku aku melepasnya, meskipun orang tuaku sempat menawarkanku untuk kuliah di sana, tapi keputusanku bulat. Namun sepertinya hal itu tidak disambut baik oleh guru-guruku, mereka merasa kalau aku membuang satu-satunya peluang ku untuk kuliah. Tapi kuacuhkan semua anggapan mereka, aku maju SNMPTN dengan modal Tekad dan Nekad, tanpa pegangan apapun, All or Nothing, itu pandanganku ketika mengikuti test SNMPTN. Dan ternyata aku berhasil membuktikan pada semuanya aku sudah berkembang dari diriku yang lama, dan akhirnya aku bisa membuat ibuku tersenyum lagi, yang kalau kuingat lagi selama ini aku hanya bisa membuatnya menangis.

Dan seperti biasa ayahku dengan bercanda, gimana mas mau di Undip atau UKSW? ya jelaslah aku ambil Undip, dan itu artinya aku berhutang maaf ke nenekku, soalnya aku gak jadi tinggal di salatiga, padahal dulu aku pernah janji kalau gak SMA ya kuliahnya aku di salatiga, tapi ternyata hal itu tidak pernah terjadi. Aku masih ingat aku datang semarang dengan semangat setinggi langit, soundtrack ku pun saat itu lagu Good Charlote feat M.Shadow+Synch Gate "The River", lagunya cocok banget sama kondisiku saat itu. Like A Prodigal Son Walking Out On My Own, Now I'm Trying to Find My Way Back Home. Yah anak hilang ini sekarang sudah tahu jalan pulang dan berjalan di jalan yang benar. Karenanya kota Semarang yang awalnya ku benci ini, perlahan-lahan aku mulai menyukainya, banyak hal baru tentang hidup yang kupelajari dari kota ini, tak ada lagi penyesalan. Aku bersyukur Tuhan telah menempatkanku di kota ini, aku juga berterima kasih karena sudah memberikanku seorang Ibu yang tangguh, yang selalu memberiku semangat di pagi aku membuka mata, mungkin beliau satu-satunya wanita yang peduli denganku seumur hidupku, soalnya sampai sekarang dari lahir masih jomblo, haha. Gak masalah sih, kalau aku belum sepenuhnya bisa mengenal diriku sendiri, yang ada aku cuman jadi beban kalau pacaran. Kenali diri sendiri, kembangkan potensi, dan mendewasakan diri, mungkin kalau saatnya sudah tiba, cinta gak akan ke mana, meskipun sekarang aku lagi suka sama seseorang dan sepertinya sudah jadi rahasia umum, haha. Dan dengan semua pengalamanku di sini, aku juga masih berhutang maaf buat teman-teman dekatku yang ada di semarang ini, maaf kalau aku udah berbohong dengan kalian, aku belum pernah pacaran sampai saat ini, semua yang ku ucapkan hanya bualan belaka, semua itu demi gengsiku ke kalian. Sekarang juga aku sudah berhenti dari bisnis game online soalnya semua hutangku ke orang tuaku juga sudah lunas, saatnya fokus kuliah lagi, mungkin akan sulit sih tapi gak ada yang mustahilkan. CATCH UP VA!!!!

Thursday, 6 December 2012

BERKEMBANG BUKAN BERUBAH!


Sekarang ini sering kali aku mendengar, kata "berubah". Apa yang mau dirubah? Hal apa yang lewat dibenak kita saat mendengar kata "berubah", mengganti semuanya dengan hal yang baru. Lalu apa yang kita dapat dari hal baru tersebut? Kesalahan yang sama? Mereka selalu bilang, ini saatnya kita berubah, ini waktunya bagiku untuk berubah, Negara ini butuh perubahan, dan bla-bla-bla perubahan dan berubah.

Akupun sering mengalami hal tersebut, dalam diriku setiap kali melihat berita, seputar korupsi, terorisme, pelecehan seksual, kejahatan, dan kriminal di mana-mana, aku selalu bilang dalam diriku negara ini harus berubah. Atau dilain kesempatan saat aku mengerjakan soal-soal ujian, dan sadar tidak ada 1 soal pun yang bisa kukerjakan, lagi-lagi aku bilang dalam diriku aku harus berubah, dan terakhir saat aku sedang jatuh cinta, aku yang selama ini belum pernah tahu seperti apa rasanya jatuh cinta, apalagi pacaran, merasa sepertinya ada yang berubah dalam diriku.

Yah jatuh cinta ku kali ini membuat pikiranku yang tertutup ini terbuka. Banyak hal aku lakukan untuk mendapatkan perhatian dari dirinya, tapi rasanya semua percuma, bahkan aku hanya diam seribu bahasa saat bersamanya berbeda dari dulu ketika semua rasa ini tak ada. Aku merasa diriku ini memang pendiam dan aku harus "berubah", untuk mendapatkan perubahan itu aku bertanya dengan mereka yang ahli dalam hal ini, sahabat baikku. Tapi dari situ aku jadi tahu satu hal, ternyata dia yang kusukai menyukai orang yang levelnya jauh di atasku. Lagi-lagi aku berpikir "aku harus berubah menjadi seperti dirinya." Tapi semuanya percuma, seolah ada bagian dari diriku yang menolak hal tersebut. Pergulatan batin kurasakan dalam diriku, apakah semua perubahan ini perlu? Apa yang aku dapatkan jika aku berubah menjadi seperti dirinya? Lalu aku ingat satu hal manusia berkembang dari anak-anak, remaja lalu dewasa. Benar yang kubutuhkan untuk menarik perhatiannya bukan aku harus berubah, tapi aku harus berkembang.

Berubah dan berkembang, mungkin secara kasat maknanya hampir sama, namun sesungguhnya berbeda. Berubah, artinya mengganti/menjadi lain dari yang ada sementara berkembang artinya memajukan/meluaskan yang ada (sumber KBBI). Dari situ kita bisa melihat dua perbedaan yang jelas. Dengan kata lain, jika kita berubah, kita harus mengganti segala sesuatunya secara total dari dasar hingga menjadi suatu bentuk yang benar-benar baru, sementara berkembang, kita cukup mengusahakan sesuatu yang sudah ada itu hingga menjadi sesuatu yang baru tapi tidak kehilangan dasarnya. Untuk lebih mudahnya kita ambil contoh dari hidupku. Seperti aku bilang tadi aku mau berubah menjadi dirinya, dan itu menghasilkan gejolak dalam diriku, Kenapa? karena mengganti sesuatu yang sudah menjadi dasarku itu sangat sulit, bahkan mustahil, kalau dari dasar sifatku memang seperti itu mau dibuat bagaimanapun juga aku tetap menjadi aku yang ada saat ini, dan itu sangat sulit bagi diriku sendiri untuk menggantinya. Lalu jika muncul pernyataan seseorang cewe terhadap kekasihnya "Kamu berubah, kamu bukan kamu yang dulu lagi." menurutku cowok itu tidak berubah hanya mungkin dia mengembangkan sifatnya ke arah yang salah. Lalu hal lain lagi, aku ingin merubah negara ini, karena negara ini sudah bobrok, hancur. Bagiku kata yang paling tepat adalah mengembangkannya ke arah yang lebih baik, masa iya negara ini mau dirubah, kalo negara ini berubah negara ini bukan Indonesia dong, kan negara kita punya Dasar UUD 1945 dan Pancasila. Kalau yang dirubah bagian bobroknya aja itu namanya tutup lubang gali lubang, yang ada yang dirubah itu bakalan rusak lagi, tapi kalu kita mengembangkannya maka kita berusaha agar dasarnya tetap dan bagian yang bobrok itu bisa kita kembangkan sehingga tidak lagi berlubang. Seperti halnya sebuah program jika ada bagian dari program tersebut yang sehingga mudah ditembus oleh malware/spyware, mengganti programnya tidak akan menyelesaikannya, tetapi mengembangkan keamanan program tersebut sehingga tidak mudah ditembus akan terlihat lebih bijaksana.

Aku tak menyangka dari perasaan jatuh cintaku kali ini bisa membuka wawasanku sejauh ini. Karena itu aku tak mau merubah diriku menjadi dirinya, karena kalau aku berubah, maka itu bukan Alva tetapi orang lain. Oleh karena itu aku mau mengembangkan diriku yang sudah ada ini ke arah yang lebih baik, tidak hanya supaya cewek itu menyukai diriku tetapi juga agar aku bisa lebih berguna bagi lingkunganku, aku harus berkembang menjadi lebih dewasa, dan mempunya visi yang jelas dalam menjalani hidup sehingga orang lain akan melihat diriku sebagai Alva yang berkembang dan bukan orang lain. 

Saatnya Berkembang bukan Berubah!!!