Sunday, 22 July 2012

TK - My First School

Yah, hidup itu berlalu dengan sangat cepat, saking cepatnya rasanya deras aliran waktu tak dapat ku bendung lagi. Serasa terombang-ambing di tengah aliran sungai yang sempit, sulit sekali rasanya mencari celah untuk sejenak bernafas, mencari ketenangan dan kebebasan. Meskipun begitu aku tak pernah bisa melupakan kenangan-kenangan masa lalu, saat-saat indah di mana aku tidak pernah memikirkan segalanya, waktu, uang, negara, wanita, dan hal-hal lain yang membuatku seperti saat ini. Hanya ketenangan dan kedamaian yang kurasakan.
Ya namaku Alva seorang remaja berusia 19 tahun, yang masih berkuliah di perguruan tinggi negeri di Semarang. Aku pernah berpikir dan membayangkan bahwa jika sudah besar nanti aku ingin sekali seperti ayahku, tapi bahkan belum ada separuh jalan, rasanya mimpi itu sulit sekali. Dan mimpi itu berawal dari diriku yang masih kecil, polos, dan lugu.
Umurku 4 tahun kira-kira ketika aku pertama kali masuk ke area yang bernama sekolah. Kejadian yang sangat sulit aku lupakan bahkan hingga sekarang. Semuanya bermula ketika aku sedang bermain dengan teman sebayaku.
"Kamu tahu, ibu-ibu yang tinggal di rumah itu." tunjuk temanku yang bernama rian, badannya gemuk dan pendek sehingga menyerupai bola dan rambutnya sedikit ikal.
"Tidak, tapi aku tahu." sahutku setengah bingung.
"Ibu-ibu itu benar-benar galak tahu." kata uung temanku yang badannya kurus dan kepalanya yang botak, sehingga aku merasa aku yang paling normal diantara mereka, tidak gemuk, tidak pendek, dan rambut lurus. "Kau tidak tahu ya, kalau ibu-ibu galak itu kemarin memarahi temanku , katanya dia itu guru TK, dan semua guru itu mengerikan."kata rian.
"Kalau begitu kenapa kita lewat daerah sini, lebih baik kita memutar melewati jalan lain." sahutku termakan oleh perkataan temanku. Akhirnya kami pun memutar balik sepeda kami dan berkeliling komplek melewati daerah lain.
Keesokan harinya, aku bersepeda lagi dengan teman-temanku, tapi karena mereka harus pulang untuk ke masjid, maka aku melanjutkan bersepeda sendirian. Tanpa ku sadar aku melewati gang tempat tinggal ibu-ibu jahat yang diberi tahukan oleh teman-temanku. Awalnya aku berniat untuk memutar balik, namun karena penasaran dengan cerita kedua temanku aku melewati gang tersebut secara perlahan, kulihatnya dari jauh pintu depan rumahnya tertutup rapat sekali, aman pikirku.
Klak..
Kulihat pintu rumah tersebut terbuka sesaat ketika aku mulai mendekati rumah tersebut dan munculah sesosok ibu-ibu terlihat tua, keluar dengan kacamatanya. Dan dengan sorot mata yang mengerikan dia melihat ke arahku dan berkata "Alva, Ini udah malam cepat pulang!" suaranya yang tegas membuatku terburu mengayuh sepadaku.
Bagaimana dia tahu namaku, belum lagi suaranya yang terdengar marah itu membuatku takut. Malam itu pertama kalinya aku menyaksikan ibu-ibu itu dari dekat. Dan aku berjanji tidak akan pernah lewat sana lagi.
Beberapa bulan berlalu, aku mulai menginjak usia 4 tahun, ibuku mengajakku untuk mendaftar ke sekolah Taman Kanak-kanak di kota, letaknya cukup jauh dari rumahku. Kami harus naik angkutan umum untuk sampai di sana.
Sepanjang perjalanan aku menangis dan meronta-ronta untuk tidak dibawa ke sekolah, mengingat semua ucapan temanku, dan pengalamanku akan bertemu guru-guru galak membuatku seolah ingin lari. Tapi aku tak kuasa, badanku kecil, dengan diseret-seret sepanjang gerbang menuju tempat pendaftaran.
Aku akhirnya mulai bisa sedikit meredakan tangisanku ketika menunggu di ruang pendaftaran. Hingga tiba-tiba sesosok makhluk yang sudah jelas tidak ingin ku lihat lagi, muncul dari balik pintu masuk, ya ternyata ibu-ibu galak tersebut merupakan kepala sekolah di TK ini.
Dia terus melihatku dan bertanya, "Alva kamu, kenapa, kok nangis?"
"Owh, dia tadi nggak mau diajak sekolah, katanya takut gurunya galak-galak." jawab ibuku sambil menahan tawa, dan masih berusaha menenangkanku
"Haha.., Di sini gurunya gak ada yang galak kok, asalkan kamu tidak nakal, lagi pula kamu bisa dapat banyak teman di sini, ada tempat bermainnya pula." jawab guru galak tersebut.
"Tuh makanya jangan nakal ya biar gak ada yang galak, dengerin nasihat Bu Tutik ya." sahut mamaku.
Aku akhirnya tahu nama ibu-ibu galak tersebut. Aku pun disuruh menunggu di luar oleh ibuku. Yah cukup ku akui tempat ini mempunyai banyak mainan yang asyik, bahkan sebelum sekolahpun aku kerap bermain di sini. Tepatnya setiap hari minggu ketika keluargaku ke gereja. Aku dan adikku sering bermain di tempat ini sepulangnya.
Dan aku pun belum mengetahui kalau sebenarnya tempat ini adalah bagian awal dari perjalananku yang panjang, sulit, dan terjal.

No comments:

Post a Comment