Masa-masa
TK adalah masa yang sangat sulit untuk dikenang kembali, meskipun begitu banyak
juga kenangan yang masih ku ingat hingga saat ini. Kenangan pertama kali aku
berkelahi, yang diakhiri dengan gigiku tanggal 1 setelah dihajar tepat di
wajahku lalu aku menangis, saat aku mengerjai temanku dan berakhir dengan aku
yang menangis karena di marahi, yah aku memang anak cengeng saat itu, tapi
ibuku selalu ada disitu dan menenangkanku. Selain kenangan itu juga ada
beberapa kenangan bahagia yang masih bisa ku ingat hingga saat ini, kenangan di
mana aku mencari kostum untuk hari kartini dan parade keliling kota dengan
pakaian daerah jawa yang kukenakan saat itu, saat-saat dimana aku bermain bola
untuk pertama kalinya mengikuti lomba di alun-alun kota, dan saat terakhir
ketika kami akan lulus ke SD kami diminta untuk menari dengan lagu Gol-Gol
Ale-ale karya Ricky Martin. Kukira semuanya akan lebih menyenangkan daripada di
TK.
Hari
itu senin awal masuk sekolah, aku pun sudah tidak tinggal di perumahan lamaku
Usman dan pindah ke Dian Anyar. Seperti halnya anak kecil kebanyakan, aku di
bangunkan pagi, disiapkan sarapan, dan di dandani sebelum sekolah. Pagi itu aku
bersekolah di SD yang masih 1 komplek dengan TK ku, tapi sayang rumahku yang
baru lebih jauh daripada rumahku sebelumnya. Pagi itu jalanan sangat macet,
entah karena kami berangkat terlalu siang sehingga berbarengan dengan
karyawan-karyawan berangkat kerja, yang kuingat pasti pagi itu aku datang
terlambat, dan terlambat di hari senin itu berarti terlambat mengikuti Upacara.
Untung saja itu hari pertama ku masuk sekolah jadi tak ada hukuman apapun, dan
anak tinggi harus berdiri di belakang. Dan sahabatku dari TK yang mungkin akan
jadi sahabatku sampai SMA berada di sebelahku, ya namanya Gatra, tipe seorang
leader menurutku, jago olahraga, tinggi –meskipun tak setinggi diriku- tampan,
dan pintar. Aku pernah pingin jadi seperti dirinya.
Kelasku
tidaklah besar, tapi mejanya jelas berbeda dari meja anak TK. Banyak hal yang
terjadi ketika aku kelas 1. Di mulai dari aku yang ketahuan oleh sahabatku
Christian –temanku dari kecil karena ayahnya dan ayahku dari jurusan yang sama
dulu- sedang minum susu menggunakan botol bayi yang biasanya sudah ditinggalkan
anak-anak lain sejak TK. Setelah kejadian itu aku pun jadi malu dan mulai
belajar untuk meminumnya dengan gelas. Awalnya itu sulit sekali mencium baunya
saja sudah membuatku mual. Dan ada lagi sebuah kenangan yang tak mungkin
kulupakan. Test pertamaku di kelas 1, sebuah pertanyaan tentang siapakah nama
pengarang lagi Maju Tak Gentar? Karena saat itu sedang musim kampanye partai,
dan secara tidak sengaja aku mendengar salah seorang tokoh partai
menyanyikannya, yang berbunyi “Maju tak gentar membela yang benar bersama
P**” Gusdur lah tokoh itu, maka
kujawab saja dikertas tersebut Gusdur. Dan apa yang terjadi, aku yang
seharusnya mendapat nilai sempurna itu menjadi kurang satu poin gara-gara soal
tersebut. Yah tidak semua kelas 1 ku menarik, hanya ada beberapa kejadian yang
mengesanku bagiku, hanya hubungan teman-teman sekelasku dengan senior yang
berbeda 1 tingkat dengan kami kurang akrab, yah kami mulai berkelahi sejak
kelas 1. Kelas 1 berakhir dengan aku menjadi ranking 3 di kelas.
Kelas 2
aku tidak punya cukup banyak kenangan tentang itu, mungkin karena memang tidak
ada yang istimewa. Aku memang terkenal banyak omong, gak bisa diam, tapi yah
tetap saja aku rangking 2 di kelas, padahal aku bisa rangking 1 karena point ku
dengan yang rangking 1 sama, hanya saja sikap dan tulisanku yang sama buruknya
membuat wali kelasku menurunkanku ke rangking 2. Padahal itu mungkin 1-1nya
kesempatan dalam hidupku untuk jadi rangking 1. Sepanjang SD pengalaman yang
paling masih aku ingat hingga sekarang adalah pengalamanku kelas 5 yah mungkin
pengalaman dihukum guru nulis di depan kelas gara-gara telat mencatatnya, aku
menulis sambil terisak-isak, yah waktu itu aku masih kelas 3 dan aku terhitung
cengeng, lalu kejadian aku memecahkan kaca kelas bersama Christian, Gatra, dan
Wesley, dan pengalamanku pulang dengan angkot pertama kali ketika kelas 4, dan
aku menangis lagi karena dapet nilai 4 untuk pertama kali, aku juga pertama
kalinya berbohong dengan ibuku bahwa aku pulang telat karena mengerjakan tugas
padahal sedang bermain di rental PS1. Teman-teman yang tadinya sekelas semenjak
kelas 1 hingga 4 sama terus, sekarang di pecah. Tapi tetap saja aku sekelas
dengan mereka yang pintar-pintar, sehingga memperkecil ruang untukku dalam
memperebutkan rangking. Kelas 5 aku pertama kali menjadi petugas upacara, dan
aku bertugas membacakan UUD1945, hal pertama yang aku ingat adalah aku sudah
membaca dengan keras, tetapi guru-guruku malah mengejek katanya suara ku besar
di kelas tapi kecil di lapangan, geez menurutku masalah ada pada microphonenya.
Aku juga pertama kalinya berantem sama temen sekelasku yang jahil yang gak bisa diem, namanya Readi, tapi kami jadi
akrab setelah itu. Aku masih ingat ketika adikku pertama kali masuk SD, Gatra,
Readi, dan Rudi selalu mendatangiku untuk memberi tahu kalo adikku jangan
berbuat macam-macam. Entah apa yang sedang terjadi, adikku menjahili mereka,
dan mereka menyalahkannya padaku, haha, dunia sudah terbalik rupanya. Di kelas
5 juga aku mulai menyadari adanya perasaan suka terhadap lawan jenis. Yah aku
suka dengan 2 orang teman sekelasku dan 1 orang teman seberang kelasku. Nama
mereka Puspa, Metya, dan Stella. Bisa di bilang mereka 3-3nya cewek populer
diangkatanku. Dan aku cukup dekat dengan mereka. Mengingat aku dari kelas 1-4
lebih sering bergaul dengan anak perempuan dibanding anak cowok. Teman curhatku
ketika itu adalah Rudi, Grendi, dan Ondihon/jeri. Kami sering memperdebatkan
siapa diantara mereka ber 3 yang lebih cantik.
Hari
demi hari kulalui di kelas 5, hubunganku dengan teman-temanku mulai terasa,
tapi sayang Cristian sahabat baikku sejak kecil harus pergi pindah keluar kota.
Tapi perasaan kesepian itu tak bertahan lama, karena aku mendapatkan
sahabat-sahabat baik yang baru, seperti Gatra, Rudi, Ondihon, Owen, Anggi,
Kalvin, Readi dan Grendi. Entah sejak kapan kami mulai sangat akrab, sudah serasa mempunyai
keluarga baru. Main bareng, belajar bareng, ngerjain tugas bareng, bahkan
dihukumpun bareng. Yah kami mungkin terkenal oleh guru-guru sekumpulan anak
nakal, selalu saja ada alasan buat guru-guru nge hukum kami. Mulai dari mecahin
jendela, pulang telat, ngotorin plataran kelas, dan lain-lain, tapi aku tak
pernah menyesali itu semua, meskipun mereka semua mempunyai sifat-sifat jelek
masing-masing tapi aku tetap senang bergaul dengan mereka, beruntung aku
mempunyai teman-teman masa kecil seperti mereka. Di akhir-akhir kelas 5
diadakan lomba cerdas cermat dan olimpiade tingkat SD se-kabupaten. Meskipun
begitu awalnya aku tidak terpilih jadi salah 1 pesertanya, awalnya aku agak
sedih juga, mengingat setahun sebelumnya aku Juara 3 lomba matematika tingkat
lokal. Tapi aku sadar levelnya berbeda, mereka yang tampil rata-rata genius,
sementara aku hanya anak yang kebetulan rajin, yang setiap kali mau ulangan
harus ditemani ibunya belajar, dan mungkin mempunyai daya ingat yang lumayan
hebat (kuakui sampe sekarang). Akhirnya aku pulang ke rumah dengan perasaan
sedikit kecewa, sampai waktu aku masuk ke rumah ibuku bertanya padaku, “Mas,
kamu kok udah pulang?”,”Emang udah jadwalnya pulang.” Jawabku sedikit bingung.
“Tapi ibu barusan dapet telepon dari sekolah, katanya ada persiapan buat
Olimpiade?” lanjut ibuku. “Yahh, tapi itu cuman buat yang kepilih aja, tadi aku
gak disebut kok.”jawabku dengan muka masam. “Tapi ini tadi Bu. Suharni yang
ngomong katanya kamu disuruh datang ke sekolah buat persiapan, coba ibu tanya
lagi.” Akhirnya ibuku menelpon kembali ke sekolah dan bertanya.
Yak
seperti yang kuduga sebelumnya, aku terpilih untuk ikut lomba cerdas cermat.
Tim tersebut terdiri dari 3 orang, dan kami sudah dibagi tugas masing-masing,
mulai dari Gatra ketua tim bagian berhitung, Aku bagian sosial, dan
Stella-gadis yang kusukai-bagian Alam. Awalnya aku agak keberatan kebagian ilmu
Sosial, karena pada dasarnya aku menyukai ilmu Alam, tapi apa boleh buat,
mengalah demi cewek yang kau sukai, not bad at all huh, haha. Dan seperti yang
kuduga, aku agak kesulitan dalam menghapal segala macam hal tentang ilmu
Sosial, meskipun ketika di test tentang negara Asia Tenggara mulai dari bahasa,
ibukota, lagu kebangsaan, dan mata uang aku hafal, tapi itu membutuhkan waktu
setidaknya 2 hari 2 malam untukku menghafal. Yah lagi-lagi aku bertahan demi
seseorang. Pada dasarnya aku juga memiliki kemampuan yang hampir merata di
segala bidang ilmu, meskipun tidak ada yang terlalu mencolok, tapi kemampuan
tersebut kadang berguna ketika dalam uji coba, aku bisa menjawab hampir semua
pertanyaan, bahkan kemampuan menghitungku pun gak terlalu kalah cepat dengan
gatra, yah dia lebih unggul di pertanyaan yang sulit. Setelah beberapa kali uji
coba, akhirnya lomba yang ditunggu-tunggu pun berlangsung. Lomba pertama
tingkat gugus, kami dapat melaluinya dengan mudah, kami menang dengan telak di
tingkat tersebut. Aku tak tahu apa yang terjadi ke esokan harinya, ketika aku
tiba di sekolah, dan terdengar pengumuman kalau kami menang lomba, seolah aku
menjadi pusat perhatian satu sekolah, semua murid dari senior sampe yunior
menyoraki kami semua. Yeah jadi pusat perhatian 1 sekolah tak pernah
terpikirkan olehku sebelumnya, dan tentu saja orang pertama yang memberikan
ucapan selamat adalah temanku Rudi, yah dia sudah jadi sahabat terbaikku di
kelas 5. Hari-hari kami lalui lagi dengan latihan-latihan setelah sekolah,
karena tingkat kabupaten sangatlah sulit, kau tahu selain sekolahku, masih
banyak sekolah-sekolah negeri unggulan di kabupaten purwakarta ini. Entah karena
belakangan ini sering bersama aku merasa hubungan ku dengan You Know Who,
serasa dekat, yah meskipun aku sudah kenal dan berteman sejak lama tapi tak
pernah se akrab saat ini. Setelah 2 minggu lewat kurang lebih, akhirnya perlombaan
tingkat kabupaten pun dimulai, aku sudah lupa seperti apa soalnya, tapi aku
rasa bukan soal yang sulit. Tapi setelah dibacakan pengumuman nilainya, aku
terkejut karena kami berada di peringkat 3, tapi untunglah, kami maju ke babak
berikutnya yaitu cepat tanggap, lawan kami di sana cukup tangguh, persaingan
nilai cukup ketat, bahkan aku sampai tidak bisa memalingkan wajahku
memperhatikan papan skor. Setelah pergelutan yang cukup ketat, akhirnya kami
memenangkan lomba tersebut dengan menjawab pertanyaan bonus, aku masih cukup
ingat seperti apa pertanyaannya, dan sekaligus aku membayar kegagalanku dalam
menjawab pertanyaan seputar globe. Pertanyaannya berbunyi “Jika ada sebuah
lilin menyala, lalu ditutup oleh gelas apa yang akan terjadi?”; dengan cepat
aku memencet bell dan menjawab “Karena sudah tidak ada oksigen di dalamnya.” Dan
aku melirik ke arah guru ipa favoritku Pak Pandri, aku masih ingat perkataan
beliau tentang api membutuhkan oksigen untuk menyala, bahkan aku masih ingat
pertanyaanku padanya, “Kenapa, kita gak ngumpulin orang aja buat bernafas di
deket kebakaran biar padam apinya.” Aku hanya setengah bercanda ketika itu. Tapi
entah kenapa juri berbeda pendapat dan menganggap jawabanku salah. Akhirnya terjadi
perundingan sengit diantara juri dan penonton, bahkan aku ingat ayahku ikut
berdebat ketika itu. Dan akhirnya diputuskan bahwa jawabanku benar.