Hampir 1 bulan sudah semenjak kejadian tersebut. Masih teringat dengan jelas setiap detik momen yang kurasakan saat itu. Pengalaman pertama dan seumur hidup dari seorang anak lelaki yang mengambil segala resiko dan keberanian yang ada pada dirinya untuk mengungkapkan isi perasaannya yang murni kepada seorang wanita yang dikaguminya.
Delapan belas januari, hari itu ada sebuah acara, yang bukan hal baru lagi bagiku, tetapi ada sesuatu yang berbeda dari acara-acara sebelumnya, mulai dari tema serta isinya, termasuk mereka yang hadir. Untuk pertama kalinya setelah dalam acara-acara sebelumnya dia tak hadir, pada hari itu secara tak terduga dia hadir.
Saat itu juga aku habiskan pagiku untuk merangkai tiap kata menjadi kalimat, kalimat menjadi paragraf, hingga terbentuklah sebuah surat, sebuah surat cinta, sebuah surat cinta pertama yang pernah kutulis dengan hati dari sebuah cinta yang lama terpendam. Hanya satu pengharapanku saat aku menulis surat itu, surat ini harus sampai padanya. Karena sudah cukup lama bagiku untuk menyimpan semua perasaan ini tanpa pernah mengungkapkan padanya.
Setibanya aku di sana, aku langsung memberikan surat itu pada pihak panitia, dengan harapan, surat tersebut diberikan padanya, bahkan aku sampai mengingatkan pada panitia untuk memberikannya. Hari itu rasanya semua pikiranku tak bisa tenang, bertanya-tanya apakah suratku akan sampai padanya, belum lagi tulisan-tulisan pada buletin yang akan terbit hari itu, membuatku benar-benar tidak tenang.
Malam tiba, acara berlanjut di aula, aku tak kuasa mengalihkan pandanganku darinya, berharap ada kesempatan untuk mendekatinya, tapi sayangnya kesempatan itu tak pernah ada. Hingga acara makan malampun tiba, kepala dan pikiranku semakin tidak tenang, kuputuskan untuk memejamkan mata sejenak mencoba melepaskan semua pemikiran yang mengganggu. Tanpa sadar aku tertidur di ruang makan, setelah tersadar aku mencari yang lain menuju aula.
Tanpa kuduga hal yang tak pernah kusangka, ternyata surat yang telah ditulis para peserta dipilih dan dibacakan oleh mereka. Saat itu juga hawa dingin meresapi sekujur badanku, aku hanya bisa duduk dan berharap semoga suratku tak dibacakan. satu, dua, tiga dan seterusnya suratku tak dibacakan, akhirnya ada sedikit rasa lega dalam diriku. Tetapi hal itu berubah saat para senior meminta mereka untuk membacakan suratku. Ditengah kerasnya seruan mereka memanggil namaku, aku berteriak dalam hati "tolong hentikan", dan benar saja. Mereka mengambil sepucuk surat lalu membaca judul amplop, yang memang benar tertulis namanya "Kepada Kepala Departemen Pewartaan, *yang tahu aja*". Seketika rasa dingin semakin menjadi merasuki badanku, aku hanya bisa pasrah, tapi ya sudahlah semuanya mungkin memang semua harus dibacakan malam ini. Aku hanya duduk dan memandangnya dari belakang, ketika tiap isi dari suratku dibacakan dengan jelas, karena memang itu suara hatiku malam itu.
Setelah suratku telah selesai dibacakan, teman-teman baikku tiba-tiba saja mengerubungiku seolah-olah aku ini gula ditengah-tengah semut, mereka membicarakan banyak hal yang sudah lupa aku apa isinya. Begitu juga para senior yang menanyakan apa yang akan aku lakukan selanjutnya. Apa? Aku memang tak pernah tahu apa yang ingin kulakukan setelahnya. Acara berlanjut pada persiapan pentas seni, kelompokku memintaku untuk melakukan sebuah hal yang belum pernah kubayangkan sebelumnya akan benar-benar pernah aku lakuin. Setelah berpikir surat ini memang tak akan pernah diberikan oleh panitia pada orang yang dituju maka kuputuskan sudah saatnya berhenti bersembunyi, saatnya menatap kenyataan, dan mungkin ini satu-satunya jalan agar suratku sampai padanya. Aku memutuskan untuk mengungkapkan perasaanku malam itu juga.
Akhirnya kami berkumpul di sekitar api unggun, ditengah dinginnya malam ditemani hangatnya nyala api di tengah kami. Kelompok pertama tampil, ternyata kelompoknya dia yang tampil, diteruskan kelompok ke dua, dan ketiga, dan tanpa kuduga lagi, ternyata hanya kelompok terbaik yang berhak tampil malam itu. Sekilas aku berpikir kenapa pada hari itu semua yang aku rencanakan tidak berjalan sesuai harapan, banyak hal tak terduga terjadi, tapi aku berkata pada diriku tidak untuk yang satu ini, aku harus melakukannya, karena aku tak dapat berpikir kapan lagi. Aku dan rekan sekelompokku meminta panitia untuk diberikan kesempatan. Dan seperti biasa panitia nurut saja.
Akhirnya sebuah momen hadir, meskipun di tengah gelapnya malam, serta dinginnya udara pegunungan, dan rintik gerimis yang turun malam itu. Seperti mendapatkan kekuatan ajaib, aku mengumpulkan semua keberanianku, aku berdiri ditengah api unggun, dibantu penerangan dari hpku, aku mulai membaca lagi isi suratku, saat itu aku menyadari betapa sulitnya membaca tulisanku sendiri, ditengah penerangan yang minim, dan rintisan air hujan membasahi kertasku, tapi seolah semua tulisan tersebut sudah ada dihatiku, yang aku lakukan hanya mengeluarkannya. Setelah kata demi kata aku ucapkan, semakin ingat aku akan sikapnya, dan semakin jelas aku mengetahui jawaban yang akan aku terima. Dalam hati aku berusaha untuk berhenti, tapi memang tidak akan ada yang kuasa menghentikan niatan seorang pria dalam melakukan sesuatu sekalipun itu datang dari dirinya sendiri. Saat itu aku mencoba egois untuk pertama kalinya semua hanya untukku, tanpa memikirkan yang lain, tanpa memikirkan perasaannya, yang aku inginkan hanya mengungkapkan semuanya dan tak ada yang lain. Hingga akhirnya kalimat penutup pun tak kuasa kuhentikan, dan benar saja surat itu sampai padanya. Meskipun akhirnya surat itu dilemparnya dalam nyala api yang malam itu tak cepat padam. Seketika waktu terasa berhenti, aku hanya terdiam karena memang yang kubayangkan benar-benar terjadi. Ada perasaan yang sedih saat itu, tapi tetap saja seperti biasa tak ada air mata yang mengalir, aku terdiam seakan tak percaya dengan apa yang baru saja kudengar, apa yang baru saja kulakukan, seolah aku akan jatuh saat itu dan tetap kupaksa untuk berdiri, sepertinya semua hal tadi sudah menguras banyak tenagaku. Tapi setelah selesainya lagu berputar, seketika itu juga aku berada ditengah kerumunan, orang-orang yang selama ini ada didekatku yang selama ini ada buatku, yang selalu mensupportku tak peduli berapa kali aku mengecewakan mereka. Berkat mereka aku tetap berdiri saat itu, berkat mereka pula aku masih berdiri kokoh saat ini.
Malam itu memang malam yang istimewa, aku disadarkan akan banyak hal. Mungkin benar seperti yang diucapkannya "Teman", memang hal itulah yang kubutuhkan, sebuah tempat kosong yang hilang itu ternyata selama ini berada didekatku. Aku menemukan kembali keberanianku yang hilang, menyadarkanku betapa bodohnya aku selama ini. Aku tak pernah menyesal melakukan itu semua, karena memang tak ada cinta yang tak diungkapkan kecuali oleh mereka yang mencintai dirinya sendiri, dan memang aku dulu orang yang seperti itu. Aku berterima kasih sekali karena telah diberikan momen tersebut, telah diberikan kesempatan tersebut. Malam itu terlalu indah untuk dilupakan, malam itu akan menjadi bagian dari sejarah hidupku yang luar biasa keren. Karena pada malam itu sebuah keajaiban kecil telah terjadi dalam diriku.
Karena hidup ini terlalu panjang untuk tidak kita abadikan, aku menulis untuk membuat semua kenangan hidup ini terukir jelas, semuanya kutulis berdasarkan hati yang tulus.
Sunday, 21 March 2021
Saturday, 13 March 2021
My Conviction
It's not anyone fault. Maybe I am just so stupid that I had to fall for the same things over and over again. I don't want to blame anyone for my own weaknesses. But, still I never thought that she is so stupid either. But, whatever everything already shattered to pieces. And I don't feel like collecting it anymore, just let it be forever gone. I don't need something that already broken anyways.
If there's one thing I know for sure, maybe I don't really belong with everyone. Maybe I shouldn't have asked, maybe I shouldn't put so much consideration to it. Because that time I never knew it would become this troublesome. After all no one believe in me, and no one ever understand me, so what the point for me to be around anymore. I think, it's the time for me to start looking at a brand new horizon. I've been stuck in this place for far too long.
Subscribe to:
Posts (Atom)