Wednesday, 28 November 2018

Flash Fiction (Gak tau judulnya apa)

Pagi ini aku pacu sepeda motorku, membelah dinginnya udara pagi Salatiga. Hamparan gunung Merbabu tampak menghiasi pandanganku pagi ini, dengan puncak-puncaknya yang tertutupi awan, nampak seperti kopi susu yang diaduk asal. Matahari yang bersembunyi dibaliknya tampak pelit membagi hangatnya pagi ini. Hembusan angin pagi ini membuat wajahku mati rasa. Untunglah jalanan masih sepi, hanya satu dua Bus-bus besar yang tampak. Aku bergegas ke Semarang.

Aku masih tidak habis pikir, kenapa aku bisa tidak mengontrol emosiku semalam. Semua penat dan kesalku yang selama ini kutahan, kulampiaskan padanya. Bodoh..!! Setelah semua yang dikatakannya benar adanya. Yang dilakukannya hanya menunjukan salahku, dan aku lari. Aku harap dia masih di sana.

Sampailah aku di ruangan itu. Teman-temanku masih di sana, dia masih berada di sana. Kusingkirkan egoku, aku beranikan mendatanginya.

"Kau, ada waktu sebentar?"

Kupandangi wajahnya sekilas, tampak ada raut takut dan ragu pada wajahnya, seakan enggan untuk menerima ajakanku. Terimalah, tolong Tuhan, buat dia menerima ajakanku. Aku memohon dalam hatiku. Aku memberi isyarat padanya untuk mengikutiku, meskipun tampak ragu awalnya, dia akhirnya berjalan mengikutiku.

Kami berhenti di taman, di bawah pohon jati yang tampak tua, namun masih tampak kokoh dengan batangnya yang besar, dan daunnya yang rimbun. Aku membalikan badanku ke arahnya, kulihat raut wajahnya masih tampak sama.

"Soal yang semalam. Aku tidak akan menyerah, aku akan berjuang bersama yang lain. Maaf jika aku sudah membentakmu, kau sudah mengatakan yang benar." 

Wajahnya tampak terkejut melihat hal itu, kuperhatikan bibirnya yang sedari tadi tertutup rapat mulai bergerak berbicara secara perlahan.

"Tidak apa, aku juga salah, aku minta maaf. Temanku semalam memberiku nasehat. Terkadang tanpa kita sadari, kita melukai orang yang dekat dan peduli dengan kita. Tetapi, saat kita berpisah, kita merasa kesepian. Hal yang indah seperti bunga mawar, selalu penuh dengan duri. Mungkin aku terlalu dekat dengan duri-duri itu. Namun aku tahu ada bagian yang lembut dari dirimu. Dan ternyata dugaanku itu benar."

Wajahnya yang dipenuhi dengan senyum itu, seolah memberikanku akan harapan baru.

Monday, 19 November 2018

I Wish

Suddenly I remembered when my mom asked me what is my wish on this year's birthday, and I answered her, just like usual, healthy life, got a job, still together with my friends and families. That time I answered it nonchalantly like it doesn't really matter, but after several months has past, I wish I could say that, I wish I had someone who will said to me, that everything gonna be fine in the end, because you know it was tiring enough just to fight with your own voices, struggling days and nights. I tried several times to speak out all of my worries but I don't think it reaches anyone not even my parents. I am always stuck at who am I question.

Sunday, 4 November 2018

Kadang rindu kadang tidak, bayangmu sekilas melintas di dingin malam, dalam sudut pikiranku yang paling gelap.

Menerawang sunyi langit malam, deneb altair vega, seolah memberitahuku akan kehangatan yang akan datang.

Entah berapa lama sudah rasa ini tak beranjak, apakah ini sebuah kutukan, masih belum kupahami apa itu cinta.

Rasa yang menggebu saat dekatmu, rasa yang merintih saat melihatmu pergi, semua hanya kutahan dalam dalam.

Apakah ini perasaan matahari terhadap rembulan, yang selalu dirindukannya tapi hanya gelap yang terasa saat bersama.

Matahari dan Pluto sejauh itulah jarak kita berdua, hanya aku yang mampu melihat biasmu dari kejauhan, dan kau tak kan pernah melihatku.

Hanya sebuah benda kecil di luar orbitmu, kecil, gelap dan dingin, tak sebesar Jupiter yang kau dambakan, atau seindah Bumi yang kaurindukan.

Mungkin akan datang sang Saturnus memberikan cincin terindahnya padamu, atau Merkurius yang selalu ada untukmu.

Mungkin aku akan sedih, mungkin aku akan bahagia, semua kemungkinan masih ada, sebanyak rasi bintang di angkasa.

Jika kau bertanya seberapa rindunya diriku malam ini, coba kau tanyakan pada bulan dan bintang-bintang yang tak pernah melihat fajar.