Pagi itu, 5 februari 2013, seperti biasa aku bangun langsung meraih hpku, mencoba mencari sesuatu yang baru di jejaring sosial twitter, fb, dan what's up. Hingga tiba-tiba aku melihat setengah heran, ada nama mas Tio di What's Up, seniorku di PRMK-FT, kucoba test dengan menyapanya; "wah, mas saiki koe dolanan What's Up tho.?"; tiba-tiba dia membalas, "Dolanan opo va? iki dudu dolanan ogh.". Wah ternyata memang mas Tio, lalu aku teringat kalau sebentar lagi mereka akan naik gunung Lawu, dan aku juga ingat "dia" kayaknya juga mau ikut, tapi aku kurang tau jadi atau gak.
Lalu aku mulai iseng bertanya, "Mas, yen munggah gunung butuh skill-skill khusus ra?"
mas Tio mbales; "Mesti iso jurus seribu bayangan.. Ora lah, piye? melu wae yo va?"
Aku, "Wah aku sih amateur ki mas, emange ra masalah yo?"
Tio, "Rak po va, ini isinya amateur semua juga lho, kalo masalah apa-apa aja yang dibawanya, besok dateng aja ke technical meeting di rumah, ya jam 7 malam."
Aku, "Wah kelihatannya menarik mas, oke deh besok tak ke beskem."
Setelah percakapan itu, tiba-tiba berbagai perasaan menghinggapiku, mulai resah, cemas, senang, penasaran, dan semangat tercampur aduk. Mulai dari aku bingung, bagaimana dengan perlengkapannya, ijin ke bapak sama ibunya, fisikku yang sudah siap atau belum, dan terlebih lagi ngebayangin gimana bokernya disana, cuman dilap tisu (yikes...). Terus aku berpikir, tinggi gunung lawu 3265 Mdpl, tinggi awal pendakian 1900 Mdpl, wah pas banget pikirku. Pas banget sama IP semester ini 1,95. Lalu aku membuat tekat, kalau aku gak bisa sampe puncak berarti aku gak kan pernah bisa dapet IP 3. Keesokan malamnya kami mengadakan Tech Meet di rumah tercinta. Aku mendengarkan secara seksama setiap detil tugas serta perlengkapan yang mesti dibawa. Melihat banyaknya barang yang harus dibawa, aku sempat bingung apakah nanti aku bakal kuat bawanya. Semalaman setelah Tech Meet itu aku tidak bisa tidur, cemas dan gelisah hinggap dibenakku, bahkan muncul perasaan untuk berhenti. Tapi semua itu kalah ketika aku mengingat kembali tekadku, meskipun tekadku sempat luntur karena tahu ternyata dia gak ikut. Tapi kegalauanku gak cuman disitu, selama beberapa hari sebelumnya, aku sempat berpikir sepertinya aku dijauhi temen-temenku pewartaan yang di twitter. Mereka berencana jalan-jalan tapi gak ngajak aku, padahal aku juga masih di semarang. Aku pun bercerita ke Tito, tepatnya keesokan paginya waktu kami sedang berenang di siwarak. Di sana lalu aku menceritakan semuanya pada Tito, Tito cuma menjawab, "Gak usah negatif thinking dulu va, kalo emang kamu dijauhin yo tak kancani, hehe." mendengar jawaban Tito tersebut aku menjadi sedikit lega. Lalu kami berenang selama kurang lebih 2 jam. Lalu kami makan di sebuah rumah makan steak di ungaran, di sana aku bertanya pada Tito jika dia punya kenalan yang suka naik gunung, tapi ternyata Tito cuman tahu Wisnu. Lalu aku coba bertanya pada Wisnu tapi sayang tasnya mau dipakai. Akhirnya aku memutuskan untuk membeli peralatan pendakian tersebut sendiri. Setelah bertanya-tanya pada teman-temanku yang sering naik gunung, akhirnya aku memutuskan untuk berbelanja di REI. Mulai dari tas gunung sampai sleeping bag aku beli di sana, dengan duit tabunganku sendiri. Saking semangatnya secara tidak sadar aku sudah berkemas dan langsung berangkat ke beskem. Hingga akhirnya mas Ionk setengah heran dan tertawa,
"Va, kamu mau naik gunung sekarang? Orang berangkatnya kan masih besok."
Aku lalu teringat kalau sekarang masih tanggal 7 Februari, sial pikirku, lalu aku mengeluarkan teknik ngelesku yang terkenal itu,
"Aku cuman mau nitip tas kok mas, soalnya ini aku mau ke salatiga dulu habis ini ngambil barang yang ketinggalan, biar besok bisa langsung siap aja."
Dengan setengah malu aku melangkah masuk ke beskem dan meminta izin pada Arda untuk menitip tas di sana.
Karena hidup ini terlalu panjang untuk tidak kita abadikan, aku menulis untuk membuat semua kenangan hidup ini terukir jelas, semuanya kutulis berdasarkan hati yang tulus.
Wednesday, 13 February 2013
Saturday, 2 February 2013
PRMK-FT UNDIP ~ FOLLOW UP 2011
Beberapa hari setelah retret aku merasa sangat semangat sekali untuk aktif di PRMK, bahkan dengan tugas Follow Up setelah Retret ini mungkin akan jadi acara pertama yang kami para anggota keluarga baru akan buat, dipimpin oleh Alexander David (arda) sebagai ketuanya kami belum juga mulai rapat. Acara berikutnya setelah retret yang kuikuti adalah rosario pertama dalam hidupku aku lakukan di Rumah tercinta (beskem) PRMK-FT Undip. Aku gak tau gimana caranya, yang jelas waktu itu aku belum punya rosario, dan aku mengandalkan jariku untuk menghitung. Setelah sekali ikut, setelah itu gak ikut lagi, lalu aku mendapat info acara POR PRMK saat itu akan ada pertandingan basket, aku ingin sekali menontonnya, lalu seperti biasa, aku mengajak kedua temanku Risang dan Yulius untuk ikut menonton, tapi karena tiba-tiba hujan, aku memutuskan untuk berteduh dahulu, hingga akhirnya kesialan pertamaku di kota ini terjadi, ya setelah aku keluar ketika hujan reda, motor yang kuparkir depan kos mereka tiba-tiba hilang tanpa ada yang melihatnya. Seketika itu juga semangatku hancur, aku merasa kenapa kesialan tiba saat aku mulai menemukan semangat yang sudah lama hilang dihidupku. Aku merasa sepertinya aku hanya mengecewakan orang tuaku lagi, sama seperti sebelumnya. Tapi bersyukurlah aku karena aku mempunyai teman seperti kecap dan risang, mereka selalu menghiburku sejak saat itu, mereka menolongku ketika aku kesusahan, dan tak mengharapkan balasan, mereka mengajariku untuk ikhlas dan tulus.
Perlahan aku mulai mencoba untuk bangkit lagi, lalu kami mendapat pengumuman tentang pendaftaran kepengurusan tahun berikutnya, aku sama kecap dan risang, bingung mau mengambil apa waktu itu, lalu aku dan Risang memutuskan mengambil Liturgi dan Mikat, sementara kecap Liturgi dan Pewartaan. Hingga akhirnya Kecap dan Risang mendapat pengumuman kalau mereka diterima di Liturgi, sementara aku tidak mendapat pengumuman apa-apa, aku sempat berpikir mungkin aku memang gak kepilih untuk masuk kepengurusan. Acara ngamen pertamaku adalah waktu danus Follow Up angkatanku di Kerep, dan kami berangkat ke Kerep bareng-bareng, dan kejadian mengenaskan terjadi waktu itu dimana Chris dan Maria ditilang polisi karena hanya memakai spion sebelah saat berangkat. Aku yang lebih dahulu tiba di kerep menunggu mereka cukup lama.
Perlahan aku mulai mencoba untuk bangkit lagi, lalu kami mendapat pengumuman tentang pendaftaran kepengurusan tahun berikutnya, aku sama kecap dan risang, bingung mau mengambil apa waktu itu, lalu aku dan Risang memutuskan mengambil Liturgi dan Mikat, sementara kecap Liturgi dan Pewartaan. Hingga akhirnya Kecap dan Risang mendapat pengumuman kalau mereka diterima di Liturgi, sementara aku tidak mendapat pengumuman apa-apa, aku sempat berpikir mungkin aku memang gak kepilih untuk masuk kepengurusan. Acara ngamen pertamaku adalah waktu danus Follow Up angkatanku di Kerep, dan kami berangkat ke Kerep bareng-bareng, dan kejadian mengenaskan terjadi waktu itu dimana Chris dan Maria ditilang polisi karena hanya memakai spion sebelah saat berangkat. Aku yang lebih dahulu tiba di kerep menunggu mereka cukup lama.
Subscribe to:
Posts (Atom)